Angkatan Pujangga Lama Sebelum Kemerdekaan

Pujangga Lama merupakan salah satu periodisasi sastra di Indonesia sebelum abad ke-20. Pada angkatan ini, karya sastra yang dihasilkan didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat.

Oleh Rahmadayani

Sejarah sastra dikatakan sebagai cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan serta perkembangan sastra suatu bangsa. Contohnya  sejarah sastra Indonesia, sejarah sastra Jawa, serta sejarah sastra Inggris. Sejarah sastra memiliki segala objek peristiwa yang terjadi pada masa pertumbuhan dan pada masa perkembangan sastra suatu bangsa. Dalam pengantar Ilmu sastra menjelaskan bahwa sejarah sastra membahas mengenai periode kesusastraan, aliran, jenis, pengarang, dan juga reaksi pembaca. Semua itu bisa dihubungkan dengan perkembangan diluar bidang sastra, sosial, serta filsafat. Sejarah sastra dapat meliputi penulisan dari  perkembangan sastra dalam arus sejarah dan di dalam konteksnya. 

  Sastra merupakan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dapat dikatakan bahwa sastra adalah gambaran kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangannya, sastra dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan zaman di mana sastra itu dibuat yaitu karya sastra lama dan karya sastra baru. Sastra masuk ke Indonesia sejak sebelum abad ke-20 yang dalam perkembangannya terbagi menjadi beberapa periode. Periodisasi sastra adalah istilah yang dipakai untuk penggolongan sastra berdasarkan waktu pembuatannya. Periodisasi Sastra Indonesia selama ini telah dipetakan sangat beragam oleh ahli sastra Indonesia. Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai awal kemunculan sastra Indonesia. Hal itu disebabkan karena tidak adanya suatu batasan yang jelas mengenai bentuk sastra Indonesia itu sendiri.

Pujangga Lama merupakan salah satu periodisasi sastra di Indonesia sebelum abad ke-20. Pada angkatan ini, karya sastra yang dihasilkan didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat. Kesusastraan Melayu pada waktu itu masih bersifat cerita lisan dari mulut ke mulut, belum berbentuk tulisan atau huruf. Orang yang bercerita dan berpantun disebut pawang. Pawang dianggap sebagai buku kesusastraan. Pawang berjasa menerapkan kesusastraan kepada rakyat karena rakyat pada waktu itu belum dapat membaca dan menulis. Rakyat dapat mengetahui kesusastraan jika menghadiri pertunjukan yang dilakukan oleh para pawang di daerah Melayu. Ciri-ciri kesusastraan pada angkatan ini adalah bahasanya masih menggunakan bahasa baku yang kaku dan masih kental tradisional, ceritanya masih berkisar tentang dewa-dewa, raksasa, atau dongeng yang muluk-muluk, misalnya menceritakan putri yang cantik jelita serta istana yang indah, atau cerita tentang pengembaraan seorang putra raja.

Budaya Melayu klasik di Indonesia memiliki pengaruh Islam yang kuat. Hal tersebut sudah terbukti pada sebagian besar wilayah Sumatra dan Semenanjung Malaya. Pada bagian Sumatera bagian utara mulai bermunculan karya-karya penting yang berbahasa Melayu terutama karya keagamaan. Salah satu tokoh diantara penulis-penulis utama angkatan pujangga lama yang pertama menjadi penulis puisi Indonesia adalah Hamzah Fansuri. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri. Karya sastra seperti pantun, syair, hikayat, dongeng, mantra, dan banyak lagi yang lainnya lahir pada periode ini.

Sastra lama dalam bentuk puisi di antaranya pantun, mantra, bidal, carmina, syair, gurindam, talibun, gurindam, syair masnawi, bait, rubai, kithah, gosali, dan nazam. Syair berasal dari bahasa Arab, gurindam dari bahasa Tamil. Seloka berasal dari bahasa Sanskerta. Adapun mantra, bidal, dan pantun merupakan sastra lama asli Indonesia. Jenis puisi lainnya adalah masnawi, bait, rubai, khittah, gosali, gajal, dan nazam diambil dari bahasa atau sastra Arab Parsi. Pujangga-pujangga yang terkenal penggubah syair adalah Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, Hamzah Fansuri, dan Raja Ali Haji. Puisi yang berasal dari Barat adalah soneta. Soneta berasal dari bahasa Italia yang terbentuk dari kata lain sono, berarti bunyi atau suara. Soneta lahir pada pertengahan abad ke-13 di Kota Florence. Dari Italia, soneta menyebar ke seluruh Eropa terutama ke Eropa Barat, di antaranya Inggris dan Belanda. Kira-kira abad ke-20, soneta itu dibawa ke Indonesia oleh pemuda-pemuda yang bersekolah di Belanda. Adapun pelopor pujangga soneta Indonesia adalah Muhamad Yamin, Y. E. Tatengkeng, Rustam Efendi, Intoyo, dan Sutan Takdir Alisjahbana.

Baca Juga :   Sarekat Islam: Perjuangan Melawan Kolonialisme dan Kapitalisme

Ada beberapa sastrawan yang termasuk angkatan Pujangga Lama beserta karya sastranya. Pertama, Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dengan karya sastranya, yaitu syair singapura terbakar dan syair kampung gelam terbakar. Kedua, Hamzah Al-Fansuri dengan karya sastranya, yaitu syair dagang dan syair perahu. Ketiga, Syekh Syamsudin Pasai dengan karya sastranya, yaitu mir’atul haqiqah dan kitabul martabah. Keempat, Raja Ali Haji dengan karya sastranya, yaitu gurindam dua belas dan bustan al-khatibin. Kelima, Nuruddin Al-Raniri dengan karya sastranya, yaitu bustan al-salatin dan shiratal mustaqim. Setelah periode Pujangga Lama, bergulir beragam periode sastra baru dengan karya dan nama-nama sastrawan yang karyanya masih tetap diingat hingga di era modern sekarang ini.

Daftar Pustaka

Pratiwi, D. I. (2011). Sastrawan Angkatan Pujangga Lama. Jakarta: Logika Galileo. 73 halaman.

Wicaksono, A. (2017). Pengkajian Prosa Fiksi (Edisi Revisi). Yogyakarta: Garudhawaca. 480 halaman.

Yudiono, K. S. (2010). Pengantar sejarah sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. 366

 halaman.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts