Mohammad Hatta; Membawa Demokrasi ke Indonesia 

Mohammad Hatta adalah salah satu pencetus gagasan demokrasi di Indonesia. Beliau memiliki pandangan demokrasi karena melewati pendidikannya di Belanda, yang mana di sana ia melihat seharusnya konsep demokrasi barat bekerja dan menerima konsep tersebut (liberte, egalite, fraternite). Akan tetapi, Hatta tidak menerima bagaimana kerja demokrasi barat tersebut melainkan mengkritisinya sebab konsep individualisme di budaya barat terlalu membabi buta atau mendominasi dan hanyalah demokrasi politik tanpa adanya demokrasi dan keadilan bidang ekonomi.

Oleh Aurelia Christabel Hardy, Jesslyn Felita Linardy, Keira Nadia Santoso, Megan Alexandra Tjhia, Vania Andreas

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” dan “Kratos”. “Demos” berarti rakyat sedangkan “Kratos” berarti pemerintahaan. ini artinya rakyat dapat terlibat langsung dalam mengambil keputusan yang ada hubungan dengan keberlangsungan sebuah negara. Ideologi ini sudah mulai ada sejak pertengahan abad 6 SM (508 SM) yang mana istilah demokrasi banyak digunakan untuk menunjukkan sistem politik di Yunani, spesifiknya Athena yang dikenalkan oleh Cleisthenes pada 508 SM. maka dari itu, Cleisthenes dikenal sebagai bapak demokrasi Athena. Saat itu, Athena menganut demokrasi langsung.

Demokrasi Yunani hilang dari dunia Barat saat memasuki abad pertengahan (600-1400 M). Masyarakat Abad Pertengahan melewati kehidupan sosial yang dikuasai oleh Paus dan pejabat agama lainnya, dan perebutan kekuasaan antar bangsawan (tidak memiliki hak untuk berpendapat. Namun kemudian terjadi abad pencerahan (Renaissance) diikuti dengan abad pemikiran (Aufklärung) yang menghasilkan pemikiran ingin memerdekakan manusia dari batasan Gereja. Dari sini dibentuknya lah teori kontrak sosial oleh John Locke dan Montesquieu yang menjelaskan bahwa harus ada landasan hukum untuk kesejahteraan dan keadilan serta harus adanya pembagian dan pembatasan kekuasaan (trias politika).

Tidak hanya di Eropa saja, tetapi kemudian istilah ini juga mulai berkembang di Indonesia yang mana pencetus awalnya merupakan Mohammad Hatta. Mohammad Hatta kita kenal sebagai bapak bangsa dan tokoh oposisi cerdas, serta wakil presiden pertama. Hatta dikenal sebagai Bapak Proklamator bersama dengan Soekarno. Ia juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. 

Pendidikan Mohammad Hatta

Saat ia berusia 11 tahun pada tahun 1913, ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu dan menamatkan pendidikan dasar pada tahun 1916. Setelah itu, Hatta melanjutkan pendidikannya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Pada 1915 (13 tahun),  Hatta mengambil ujian untuk masuk ke Hoogere Burgerschool (HBS) yang setara SMA di Jakarta dan dinyatakan lulus. Namun, ia tidak mengambil tawaran tersebut diakibatkan ibunya menginginkannya untuk tetap berada di Padang karena usianya yang masih muda. Jadi, pada akhirnya Hatta melanjutkan pendidikannya di Padang ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan lulus pada 1919. Tidak berhenti sampai sini, Hatta juga menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi ke HBS hingga lulus pada 1921 dengan nilai yang sangat memuaskan (Subroto & Tri Indriawati, 2022). Terakhir, di tahun yang sama, ia melanjutkan pendidikannya untuk mempelajari Ilmu Ekonomi ke Rotterdam, Belanda. Ia masuk universitas Nederland Handels Hogeschool (NHH) dan lulus tahun 1932. Ketika ia kembali, ia memberikan gagasan demokrasi.

Awal karir politik 

Sebelumnya, Mohammad Hatta juga merupakan seorang pelajar yang aktif berorganisasi. Hatta pernah menjabat sebagai bendahara organisasi Jong Sumatranen Bond cabang Padang. Akan tetapi, awal mula masuknya Mohammad Hatta dalam dunia perpolitikkan ketika dirinya mulai bersekolah di Belanda pada tahun 1921 hingga 1932.  Selama sekolah, ia tergabung dalam Indische Vereeniging dan juga menjabat sebagai bendahara. 

Pada awalnya, Indische Vereeniging merupakan sebuah ajang pertemuan pelajar asal Indonesia di Belanda yang berdiri pada tahun 1908 akan tetapi seiring waktu, rasa nasionalisme yang dimiliki mahasiswa di Indonesia semakin berkembang dan mengubah tujuan organisasi ini menjadi organisasi politik, salah satunya adalah pengaruh dari Tiga Serangkai. Organisasi akhirnya terus berkembang dan dikenal sebagai Perhimpunan Indonesia (1924). Pada 1926, Hatta diangkat menjadi pimpinan PI.

Pada tahun 1927, Moh Hatta bergabung ke dalam organisasi Liga Menentang Kolonialisme di Belanda. Karena kontribusi dan aktivitas Hatta dalam organisasi ini menyebabkan ia ditangkap serta dipenjara oleh pemerintah Belanda. 

Baca Juga :   Madura, Mataram, dan Kompensasi Mahal yang Dibayar Dalam Oleh Trunojoyo

Pada tanggal 23 September 1927, Hatta dimasukan ke dalam penjara di  Den Haag, Belanda. Meski demikian, tantangan ini tidak menyurutkan tekad Moh Hatta untuk berjuang memerdekakan Indonesia. Pada akhirnya, Moh Hatta baru dibebaskan karena menyampaikan pidato pembelaannya yang dikenal dengan judul Indonesia Free. 

Pada tanggal 25 September 1927, Hatta dan Ali Sastroamijoyo ditangkap dan dijebloskan tiga  tahun penjara oleh penguasa Hindia Belanda atas tuduhan terlibat pemberontakan yang dilakukan PKI tahun 1926-1927 dan melakukan penghasutan agar menentang Kerajaan Belanda. Namun pada akhirnya dibebaskan karena tuduhan palsu. Hingga pada tahun 1931, Hatta mundur dari kedudukannya dan berhenti dari PI karena ingin fokus skripsi menyebabkan organisasi jatuh kepada tangan komunis Belanda yang mana akhirnya menendang Hatta keluar dari organisasi (Ahmad, 2022).

Pengasingan

Ia pun kembali ke tanah air pada 1932, dan bergabung dengan sebuah organisasi bernama Club Pendidikan Nasional Indonesia. Organisasi ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui berbagai pelatihan. Ia juga terus menulis kritik-kritiknya terhadap pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1933. Karena tindakan ini, ia kembali ditangkap karena aktivitasnya dianggap sebagai bentuk pembangkangan terhadap pemerintah Belanda. 

Pada tahun 1934, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir diasingkan ke Boven Digul (Digoel Atas) selama satu tahun yaitu sebuah tempat pengasingan yang ada pada masa penjajahan Belanda. Banyak tokoh nasionalis Indonesia yang diasingkan ke Boven Digoel yang terletak di tepi Sungai Digul Hilir, Papua bagian Selatan. 

Alasan Mohammad Hatta dibuang ke lokasi ini adalah karena pemerintah kolonial Belanda menganggap gaya perjuangan yang dilakukan oleh Mohammad Hatta terlalu berbahaya. Hal ini dikarenakan, Moh Hatta sudah terlibat aktif dalam berbagai macam organisasi yang mendukung kuat kekuatan nasionalisme. Pada tanggal 28 Januari 1935, Mohammad Hatta bersama dengan Sutan Sjahrir dibuang ke Boven Digoel, Irian Barat (Verelladevanka adryamarthanino & Nailufar, 2022). Keduanya dipindahkan ke Banda Neira, Maluku lalu ditahan di sana selama enam tahun. Pada 8 Desember 1941, Jepang melakukan pengeboman di Pearl Harbour dan menjadi awal mula Belanda kalah sehingga terdapat pengalihan kepemimpinan menjadi Jepang. Di tengah perlawanan tersebut, keduanya dan yang lain dipindahkan dari Digul ke Sukabumi pada Februari 1942.

Semasa lepas dari pengasingan, Mohammad Hatta bertemu dengan Mayor Jenderal Harada yang menawarkannya untuk kerjasama yang mana jika Hatta menerimanya, ia akan diberi jabatan penting. Pihak Jepang menawarkan hal tersebut dengan harapan agar Hatta dapat menjadi penasihat yang menguntungkan, akan tetapi Hatta memanfaatkan hal ini untuk membela kepentingan rakyat Indonesia.

Wakil Presiden

Soekarno dan Hatta pertama kali bertemu di Bandun. Pada saat itu Soekarno baru bebas dari penjara Sukamiskin sedangkan Hatta baru tiba di Tanah Air setelah menyelesaikan kuliahnya di Belanda. Keduanya memiliki partai dengan cara kerja yang berbeda meski memiliki satu tujuan; Soekarno merupakan pimpinan utama Partai Nasional Indonesia sedangkan Hatta adalah pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Maka saat pertemuan pertama keduanya berlangsung, terjadi perdebatan antar keduanya. 

Meski keduanya kerap tak sependapat, Soekarno dan Hatta mampu mengesampingkan ego pribadinya demi kepentingan bersama yakni kemerdekaan Indonesia. Soekarno sadar, ia membutuhkan sosok Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa. “Demi persatuan aku memerlukan seorang dari Sumatera. Dia (Hatta) adalah jalan yang paling baik untuk menjamin sokongan dari rakyat pulau yang nomor dua terbesar di Indonesia,” ucap Bung Karno. Usai memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, keduanya pun ditahbiskan sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama (Hakim, 2021). Setelah 11 tahun menjabat, pada tanggal 1 Desember 1956, Hatta akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatan wakil presiden karena gagasan demokrasi terpimpin yang diusulkan Soekarno menurutnya tidak sesuai dengan nilai demokrasi.

Pencetus demokrasi pertama di Indonesia

Mohammad Hatta adalah salah satu pencetus gagasan demokrasi di Indonesia. Beliau memiliki pandangan demokrasi karena melewati pendidikannya di Belanda, yang mana di sana ia melihat seharusnya konsep demokrasi barat bekerja dan menerima konsep tersebut (liberte, egalite, fraternite). Akan tetapi, Hatta tidak menerima bagaimana kerja demokrasi barat tersebut melainkan mengkritisinya sebab konsep individualisme di budaya barat terlalu membabi buta atau mendominasi dan hanyalah demokrasi politik tanpa adanya demokrasi dan keadilan bidang ekonomi.

Baca Juga :   Dinamika Eksistensi Minuman Keras di Indonesia

Mohammad Hatta menyadari bahwa jika Indonesia menelan secara langsung sikap demokrasi Barat, bukannya mengarah lebih baik melainkan sebaliknya sebab tidak ada keadilan dan kesejahteraan untuk rakyat bersuara. Ekonomi juga akan menurun karena dominannya demokrasi politik dapat menimbulkan bentuk kapitalisme atau ketidakmerataan kekayaan karena monopoli. Oleh karena itu, gagasan demokrasi yang diberikan Hatta kepada Indonesia adalah untuk mencapai kedaulatan rakyat tidak hanya berfokus pada demokrasi politik saja, namun juga demokrasi ekonomi yang mana menciptakan Koperasi pada tanggal 12 Juli 1960 dan berhasil mensejahterakan rakyat dengan kerjasama memberikan bantuan.

Mempedulikan Indonesia

Meski telah bersekolah di Belanda, Mohammad Hatta tidak melupakan negara kelahirannya yang sedang dijajah oleh Belanda itu sendiri. Hal ini dilihat dari tindakan Hatta yang masuk dan berpartisipasi dalam ragam organisasi menentang kolonialisme ketika di Belanda. Meski beliau beberapa kali dipenjara, tekadnya untuk membebaskan negara Indonesia tidak pernah padam. Moh Hatta selalu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan selalu mendahulukan kepentingan tanah air.

Aksinya yang mundur dari jabatan wakil presiden dan mengkritisi Soekarno

Pada tanggal 1 Desember 1956, ia memutuskan untuk mengundur diri yang disebabkan perbedaan pandangan Hatta dengan Soekarno yang menyebabkan Hatta melihat bahwa Soekarno hanya berpusat pada dirinya sendiri (egosentrisme). Hal ini disebabkan karena pengajuan gagasan demokrasi terpimpin yang diajukan Soekarno dinilai Hatta jauh dari kata demokrasi sebab rakyat tidak lagi memiliki hak untuk berpendapat (semua pilihan ada di tangan Soekarno sendiri) (Hakim, 2021). Tidak hanya mundur, namun Hatta juga mengkritisi demokrasi tersebut dalam tulisan Demokrasi Kita.

Tindakan yang dilakukan Hatta ini juga menjadi alasan mengapa kami memilih beliau untuk dibahas sebab hal ini menunjukkan bahwa Hatta memang merupakan sosok yang benar-benar peduli kepada rakyat dan keadilan dalam Indonesia.

Referensi

Ahmad, N. A. (2022, August 16). Mohammad Hatta: Biografi, Pendidikan, dan Perjalanan Politiknya. Orami. Retrieved February 22, 2024, from https://www.orami.co.id/magazine/mohammad-hatta

Fajri Salim. (2014, October 7). Demokrasi dan Sejarah Perkembangannya. Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar. Retrieved February 22, 2024, from https://pustakaarsip.kamparkab.go.id/artikel-detail/700/demokrasi-dan-sejarah-perkembangannya

Hakim, R. N. (2021, June 18). Soekarno dan Hatta, Dwitunggal yang Terpisahkan oleh Politik tetapi Tetap Bersahabat. KOMPAS.com. Retrieved February 22, 2024, from https://nasional.kompas.com/read/2021/06/18/13414211/soekarno-dan-hatta-dwitunggal-yang-terpisahkan-oleh-politik-tetapi-tetap?page=all

Hakim, R. N. (2021, June 18). Soekarno dan Hatta, Dwitunggal yang Terpisahkan oleh Politik tetapi Tetap Bersahabat Halaman all – Kompas.com. KOMPAS.com. Retrieved February 22, 2024, from https://nasional.kompas.com/read/2021/06/18/13414211/soekarno-dan-hatta-dwitunggal-yang-terpisahkan-oleh-politik-tetapi-tetap?page=all

Media Indonesia. (2021, September 1). Demokrasi ala Bung Hatta. Media Indonesia. Retrieved February 22, 2024, from https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/2240-demokrasi-ala-bung-hatta

Muhammad Fakhriansyah. (2023, August 11). Jarang Orang Tahu Sosok di Balik Sukses Bung Hatta, Siapa? CNBC Indonesia. Retrieved February 22, 2024, from https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20230809130650-25-461444/jarang-orang-tahu-sosok-di-balik-sukses-bung-hatta-siapa

Perpustakaan Universitas Bung Hatta. (2022, May 10). 5 Nilai Semangat Mohammad Hatta yang Patut Diteladani. Pustaka Bung Hatta. Retrieved February 22, 2024, from https://pustaka.bunghatta.ac.id/index.php/318-5-nilai-semangat-mohammad-hatta-yang-patut-diteladani

Sasmita, R. P. (2022, June 30). Demokrasi Tan, Hatta, dan Syahrir Halaman all – Kompas.com. KOMPAS.com. Retrieved February 22, 2024, from https://nasional.kompas.com/read/2022/06/30/07000031/demokrasi-tan-hatta-dan-syahrir?page=all

Sitongningrum, N. D. (2023, July 11). Apa Itu Koperasi? Ini Pengertian, Jenis, Fungsi dan Tujuannya. detikcom. Retrieved February 22, 2024, from https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6817556/apa-itu-koperasi-ini-pengertian-jenis-fungsi-dan-tujuannya

Subroto, L. H., & Tri Indriawati. (2022, August 23). Biografi Moh Hatta, Wakil Presiden Pertama Indonesia Halaman all. Kompas.com. Retrieved February 22, 2024, from https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/23/120000479/biografi-moh-hatta-wakil-presiden-pertama-indonesia?page=all

Utami, S. N. (2022, November 2). Koperasi: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Prinsip, dan Jenisnya. Kompas.com. Retrieved February 22, 2024, from https://www.kompas.com/skola/read/2022/11/02/160000369/koperasi–pengertian-fungsi-tujuan-prinsip-dan-jenisnya

Verelladevanka adryamarthanino, & Nailufar, N. N. (2022, December 4). Mengapa Mohammad Hatta Dibuang ke Boven Digoel? Kompas.com. Retrieved February 22, 2024, from https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/04/070000579/mengapa-mohammad-hatta-dibuang-ke-boven-digoel-?page=all

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts