Pendidikan Sebagai Alat Perlawanan Jamiat Kheir 1901-1942

Jamiat Kheir melakukan pembaruan sistem pendidikan Islam dengan tujuan melawan pengaruh pendidikan kolonial. Tidak hanya dalam bidang pendidikan, Jamiat Kheir juga melakukan perlawanan melalui media Jurnalistik berupa muatan narasi anti kolonial pada tiap surat kabar sebagai bagian penggalangan suara dunia luar terhadap praktik kolonisasi. 

Oleh  Kurnia Zohari

Periode kolonial Belanda membuat kebijakan tentang pembentukan perkampungan Arab yang tersebar di wilayah Nusantara sebagai siasat untuk melemahkan persatuan antara kaum pribumi dengan kaum Arab. Regulasi tentang praktik pembelajaran agama diatur begitu ketat, penetapan sekolah agama Kristen di setiap  karesidenan hingga kebijakan kolonial untuk membentuk badan  khusus pengawas kehidupan beragama dan pendidikan Islam yang disebut Priesterraden.

Pada awalnya, wajah pendidikan Islam di Nusantara terwakili oleh sekolah kolonial yang sekuler dan kental dengan rasisme dan pesantren sebagai model pendidikan Islam yang konvensional. Namun, sejatinya sistem pendidikan kolonial ini dirancang untuk mengeksploitasi sumber daya sedangkan pesantren menjadi institusi paling kolot dan hanya berorientasi pada keagamaan tanpa mempertimbangkan urgensi ilmu pasti. Kesadaran berserikat menjadi langkah pertama dalam merespon ancaman mengenai pemudaran Islam sebagai kepercayaan dan gaya hidup. Langkah ini yang kelak melahirkan sikap patriotisme dan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia.

Berkat kontak langsung dengan pemikiran barat membawa perubahan paradigma umat untuk belajar kepada bangsa barat sehingga ketertinggalan selama ini dirasakan mampu diminimalisir. Pendidikan Islam mulai mengadopsi pemikiran yang disesuaikan dalam paham teologis dengan ilmu pengetahuan yang rasional serta terbarukan. Langkah tersebut diharapkan mampu melepaskan umat Islam dari romantismenya sehingga melupakan langkah inovatif sebagai terobosan untuk selanjutnya dibawa pada kemajuan.

 Prof. Suwito dalam bukunya Sejarah Sosial Pendidikan Islam mengatakan bahwa faktor pendorong terjadinya proses pembaruan pendidikan Islam yaitu kebutuhan pragmatis sistem pendidikan Islam yang mampu dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia Muslim yang berkualitas, bertakwa, dan beriman kepada Allah SWT; untuk bermetafora dan menganalisis sesuatu yang kemudian bisa diterapkan untuk menciptakan hal yang baru. Faktor tersebut juga berlaku bagi latar belakang berdirinya Jamiat al-Kheir mengingat keprihatinan para Habaib yang ada di Batavia tentang kondisi anak-anak umat Islam yang tidak mendapatkan hak pendidikan yang wajar dari pemerintahan kolonial. Terdapat praktik diskriminasi serta segmentasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dalam bidang pendidikan. Untuk mengikis sekat tersebut, keturunan Arab mendirikan lembaga islam yang berbasis dalam bidang pendidikan salah satunya Jamiat al-Kheir.

Jamiat Kheir didirikan pada tahun 1901 sebagai sebuah organisasi dan mendapat izin dari pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905 dengan bestuit nomor 4. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa tujuan organisasi mereka adalah untuk memberikan bantuan bagi orang-orang Arab, laki-laki maupun perempuan yang tinggal di Batavia dan sekitarnya bila anggota keluarga meninggal dunia atau mengadakan pesta pernikahan juga mempunyai tujuan untuk mendirikan sekolah-sekolah hingga pelaksanaan pengajarannya dan anggotanya tidak berasal dari golongan Arab saja tapi melibatkan pribumi sekalipun asalkan dia merupakan seorang muslim. Surat keputusan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang datang pada 17 Juni 1905 menyatakan bahwa organisasi yang bernama Jami’at Khair resmi terdaftar sebagai organisasi. Sementara Yayasan Pendidikan Jamiat Kheir diaktekan oleh notaris pemerintah Belanda bernama Jan Willem Roellofs Valk pada tanggal 19 Oktober 1919.

Jami’at Kheir didirikan oleh Sayid Ali bin Ahmad bin Syahab. Beliau merangkap ketua dan Sayid Muhammad bin Abdullah bin Syahab sebagai wakilnya.  Dikarenakan anggota dan pemimpin organisasi ini terdiri dari orang-orang yang berada, maka menurut Harun Nasution mereka dapat menggunakan sebagian besar waktunya untuk perkembangan organisasi tanpa merugikan usaha mereka untuk pencaharian nafkah (1992, hlm. 480-481). Mungkin hal ini  yang menjadi salah satu penyebab utama yang menunjang kemajuan dan perkembangan Jamiat Kheir. Hal ini sangat penting mengingat Jamiat Kheir merupakan organisasi dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam juga mendirikan suatu sekolah dengan sistem modern dengan kurikulum, kelas, dan sarana prasarana lainnya. 

Baca Juga :   Peristiwa Pemberontakan dan Pemusnahan PKI di Kediri 1961-1966
Habib Abūbakar bin ʻAli Shahāb, the first principal of Jamiat Kheir (wikipedia.org)

Dalam sepak terjangnya, organisasi ini juga berkecimpung dalam dunia ekopol. Hal ini menyebabkan organisasi ini berubah menjadi yayasan yang menekankan pada pendidikan Islam yang mempunyai visi untuk mencerdaskan umat sejalan dengan tantangan kemajuan zaman dan berpegang teguh pada landasan ajaran Islam; wawasan Keislaman secara utuh (kaffah) terpadu antara iman, ilmu dan amal, terintegrasi antara IMTAQ dan IPTEK; wawasan keunggulan, ketekunan, kesungguhan dan keikhlasan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan misinya adalah menyiarkan agama Islam dan bahasa Arab; Berkhidmat untuk umat sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW; Menanamkan keyakinan yang kuat dan kebanggaan terhadap kebenaran Islam sebagai petunjuk Allah SWT satu-satunya demi keselamatan hidup di dunia dan akhirat. 

Sistem pendidikan di Jamiat Kheir memiliki kurikulum yang mengatur skema pendidikan waktu, jam, dan target-targetnya. Beberapa aturan pengajaran di Jamiat Kheir adalah lama belajar 6 tahun yang terdiri dari 1 tahun persiapan dan 5 tahun sekolah dasar; usia minimal masuk sekolah 7 tahun; penerimaan murid dilakukan setiap bulan Syawwal; pengajaran di kelas persiapan dan kelas satu berlangsung selama 4 jam pelajaran (09.00-11.15); kemudian untuk kelas lainnya berlangsung selama 6 jam pelajaran (09.00-13.00). Di setiap dua jam, terdapat waktu istirahat selama 15 menit. Adapun pelajaran yang diajarkan di sana adalah: Al-Qur‟an Ejaan Bahasa Arab, Membaca dan Telaah, Ilmu Bumi, Tafsir, Sejarah Nabi Percakapan, Bahasa dan Tulisan Melayu, Aqa‟id Sharaf Dikte Sejarah Tauhid, Nahwu, Hafalan, Ilmu Alam, Ibadah, Tashrif, Berhitung, Keterampilan, Fikih, Tajwid, Karangan, Kesenian, Menulis Arab (Khat), Ilmu Faraid, dan menulis latin.

Jamiat Kheir, selain sebagai pelopor pembaruan dalam bidang pendidikan Islam, juga menjunjung tinggi semangat nasionalisme dalam melawan Belanda. Organisasi ini membangun hubungan diplomasi dengan Negara-negara Islam di Timur Tengah seperti Turki, Mesir, dan lain sebagainya.  Jamiat Kheir mengirim surat untuk Sultan Turki yang saat itu menduduki Khilafah di Turki. Melalui pengurusnya, Jamiat Kheir menjalin hubungan dengan pemuka-pemuka Islam di Timur Tengah Diantaranya Sayid Ali Yusuf, Ali Kamil, Abdul Hamid Zaki, Ahmad Hasan Tabarah, dan masih banyak yang lainnya.

Dalam konsep perlawanan yang diterapkan dalam Organisasi Jamiat Kheir, Organisasi ini tidak menganjurkan anggotanya untuk melawan penjajah Belanda dengan cara fisik. Jamiat Kheir lebih menekankan perlawanan terhadap penjajah Belanda dengan amunisi Jurnalistik dari luar negeri khususnya negara-negara Arab untuk melawan Pemerintah Kolonial Belanda. Untuk melancarkan perlawan dengan media jurnalistik, Jamiat Kheir membangun relasi dengan berbagai tokoh pemuka Islam di timur tengah yang sebagian besar dari mereka adalah penerbit surat kabar. Surat kabar tersebut dapat memuat berbagai berita yang isinya mengkritik tindakan pemerintahan Belanda kepada Umat Islam di Nusantara dan redaksi yang bernafaskan semangat anti penjajahan. Bahkan salah satu surat kabar Al-Ma’lumat yang terbit di Konstantinopel telah menyediakan rubrik tetap yang berisi pemberitaan dan ulasan yang bercorak anti pemerintah Kolonial Belanda. Selanjutnya, kaum Muslim di Nusantara berinisiatif untuk menerbitkan sendiri surat kabar yang bernuansa perlawanan terhadap Belanda. Diterbitkanlah koran dan majalah berbahasa Arab seperti harian Bir Hoed pimpinan S Moehammad bin Agil bin Yahya yang diterbitkan di Betawi. Di Surabaya diterbitkan harian Hadrmaut yang redaksinya dipimpin oleh Idrus bin Umar Al- Masyhur. Mansur dalam bukunya Api Sejarah 1 mengemukakan bahwa perkembangan Jamiat Kheir di Batavia dan Syarikat Islam di Surakarta pada 1911 M dinilai oleh pemerintah Kolonial Belanda sangat membahayakan perkembangan penjajahan Belanda di Nusantara.

Baca Juga :   Oeang Republik Indonesia Daerah; Solusi Jenius untuk NKRI pada Masa Revolusi Kemerdekaan

Tokoh-tokoh pahlawan Nasional yang pernah menjadi anggota perkumpulan Jamiat Kheir diantaranya Raden Umar Said Tjokroaminoto, R. Jayanegara, Hoofd Jaksa Betawi, R.M. Wiriadimaja, Asisten Wedana Rangkasbitung, R. Hasan Djayadiningrat, dan pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan.

Daftar Pustaka

Al-Masyur, Idrus Alwi. (2010). Sejarah Silsilah Dan Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW Di Indonesia, Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India Dan Afrika. Jakarta: Saraz Publishing.

Atjeh, Abu Bakar. (1985). Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia. Solo: Ramadhani,

Daulay, Haidar Putra. (2007). Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.

Harun Nasution dkk, (1992). Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Ikapi

Hasbullah, (1996). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kuntowijoyo, I. P. U. I., & Cet III, B. (1999). Paradigma Islam. Interpretasi Untuk Aksi, Cet VIII, Bandung: Mizan.

Maksum. (1999). Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Noer, Deliar. (1991). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.

Rukiati, K. Enung; Hikmawati, Fenti. (2006). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Suminto, H. A. (1985). Politik Islam Hindia Belanda. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Suryanegara, A. Mansur. (2009). Api Sejarah. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Suwito. Et al. (2005). Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts