Perkumpulan Sekar Rukun: Kiprah Pemuda Sunda Masa Pergerakan Nasional 1919-1931

Sejarah Pergerakan Nasional adalah bagian dari Sejarah Indonesia yang meliputi periode sekitar 45 tahun, yang dimulai sejak lahirnya politik etis yang diterapkan oleh pihak kolonial Belanda yang menyebabkan banyak lahirnya kaum intelektual. Menurut Iwa Kusumasumantri (1965) dalam bukunya Iwa Kusumasumantri Sejarah Revolusi Indonesia (Jilid Pertama) kaum intelektual nantinya akan membentuk sebuah organisasi modern. 

Oleh : Mohammad Refi Omar Ar Razy

Organisasi Budi Utomo menjadi pelopor organisasi-organisasi modern selanjutnya yang menjadi sebuah corak khas masa pergerakan nasional. Organisasi modern ini digerakkan oleh para pemuda yang kala itu memiliki akses pendidikan di Hindia-Belanda. Fenomena pemuda sebagai salah satu elemen yang berpengaruh dalam sebuah era atau masa tidak hanya pada masa pergerakan nasional, tetapi hingga masa kini.  

Sejarah Pergerakan Nasional sebagai fenomena historis merupakan hasil interaksi dinamis dari perkembangan ekonomi, sosial, politik, kultural dan religius. Kata pergerakan mencakup semua macam aksi yang dilakukan dengan organisasi modern ke arah kemerdekaan Indonesia. Menurut R.Z Leirissa, et al (1989) dalam buku Sejarah Pemikiran Tentang Sumpah Pemuda dari pergerakan nasional inilah, nasionalisme ke Indonesiaan mulai terbentuk. Nasionalisme ini yang nampak akan mempersatukan Indonesia kedepan. Persatuan dan kesatuan secara kesukuan, agama, ras dan adat istiadat terbentuk juga pada masa pergerakan nasional. Jika sebelum masa pergerakan nasional perlawanan dilakukan secara individual saja atau hanya satu golongan saja, pada masa pergerakan nasional, perlawanan dilakukan secara masif, terstruktur dan bersama-sama. 

Sudah disebutkan di atas bahwa yang paling menonjol apda masa pergerakan nasional adalah organisasi. Organisasi ini menjadi sebuah wadah pergerakan pada masa pergerakan nasional.  Berbagai ideologi, sudut pandang dan keyakinan organisasi turut andil dalam perlawanan melawan kolonialisme dan imperialisme Belanda pada masa itu. Menurut Nina H. Lubis (2003) dalam buku Sejarah Tatar Sunda Jilid 2 Perkumpulan Sekar Rukun yang merupakan organisasi pemuda Sunda yang berdiri pada masa-masa Pergerakan Nasional yang tampaknya tidak setenar organisasi pemuda lainnya, seperti Jong Java, Jong Islamieten Bond, Kaum Betawi, Persatuan Minahasa, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks, atau organisasi pemuda lainnya. Organisasi-organisasi pemuda ini bukan saja dimasukkan ke dalam buku sejarah nasional, tetapi banyak diekspos secara khusus atau secara umum oleh media-media kala itu. Sehingga kalangan umum jarang ada yang mengetahui tentang Perkumpulan Sekar Rukun. 

Bila dilihat secara nama organisasi jelas agak unik organisasi pemuda umumnya menggunakan nama jong yang merupakan bahasa Belanda dan memiliki arti pemuda atau nonoman. Namun Sekar Rukun juga memiliki suatu arti yang tidak jauh dari pemuda. Sekar diartikan sebagai bunga, dan tentu para pemuda adalah bunga-bunga cantik nan-indah atas segala bentuk perjuangan yang sedang dilakukannya. Selain itu, rukun juga memiliki arti kebersamaan dan saling akur antara satu dengan yang lain. Tahun 1919, Perkumpulan Sekar Rukun untuk pertama kali didirikan di Batavia. Menurut Edi S. Ekadjati (2014) dalam buku Dari Pentas Sejarah Sunda; Sangkuriang Hingga Juanda Dengan berbagai macam kerangka organisasi tertuang dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dengan tujuan awal untuk menghimpun orang-orang Sunda yang berada di Batavia, memajukan kebinangkit-an Sunda, memperbaiki bahasa Sunda dan menghibur hati tentu saja hal ini berpengaruh dalam nama Perkumpulan Sekar Rukun, agar perkumpulan ini tumbuh besar maka nama yang digunakan adalah Sekar Rukun bukan Jong Sunda. Tercantum tokoh-tokoh yang mengawali berdirinya Perkumpulan Sekar Rukun di mana para tokoh ini mayoritas merupakan para pemuda sunda yang bersekolah di Kweekschool Batavia yang notabene asalnya merupakan anggota Jong Java. Saat itu, organisasi yang eksis dalam menaungi pemuda-pemuda khususnya di Jawa adalah Jong Java.

Baca Juga :   Abu Nawas Sang Pemabuk dan Syair-syair  Taubatnya

Tokoh-tokoh awal dari Perkumpulan Sekar Rukun adalah Doni Ismail, Iki Adiwidjaja, Djuwariah, Hilman, Moh. Sapii, Mangkudiguna dan Iwa Kusumasumantri sebelum akhirnya nanti Dr. Husein Djajadiningrat ikut terlibat dalam Perkumpulan Sekar Rukun. Menurut Nina H. Lubis (2000) dalam buku Tradisi dan Transformasi Sejarah Sunda Perkumpulan Sekar Rukun lebih aktif terfokus dalam hal kebudayaan terutama kebudayaan Sunda. Perkumpulan ini diupayakan kegiatannya tidak terkait dengan urusan agama, tidak menyimpang dari undang-undang dan hukum negara kala itu dan tidak ikut campur dengan urusan politik. 

Mereka menerbitkan surat kabar yang dinamai surat kabar Sekar Roekoen. Surat kabar Sekar Rukun didirikan pada Desember 1922 yang dikelola oleh pengurus Perkumpulan Sekar Rukun. Surat kabar Sekar Rukun diterbitkan satu bulan sekali secara berkala yang mayoritas isinya pun lebih terfokus dalam hal kebudayaan Sunda karena memang tujuan awal Perkumpulan ini terfokus pada kebudayaan Sunda. Wawasannya tidak hanya terfokus pada lingkungan internal organisasi tetapi sudah lebih luas bahkan sudah dapat menjalin hubungan dan merancang kerjasama dengan organisasi pemuda lainnya. Kegiatannya berhubungan dengan buku, perpustakaan, koperasi, kesenian, keterampilan wanita, olahraga, dan diskusi. 

Namun, perubahan terjadi pada tahun 1926-1927, ketika Perkumpulan Sekar Rukun dengan organisasi pemuda lain mulai berorientasi ke arah politik. Menurut Abdul Karim Pringgodiogdo (1980) dalam buku Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia mereka (para pemuda) ingin mendirikan sebuah negara yang merdeka, bebas dari kekuatan asing. Pada tahun yang sama, rapat besar pengurus Perkumpulan Sekar Rukun yang juga diterangkan dalam surat kabar De Locomotief 7 Mei 1926 “De Heer Waktoedi, vertegenwordinger van Sekar Roekoen. Onze voorlopige sympathiebetuigingen Een vaste bonding zal door ons worden bepaald na afloop van het congress van onze Vereeniging in September a.s.” memutuskan untuk aktif dalam kongres Pemuda Indonesia, baik kongres pemuda ke I pada tahun 1926. 

Keterangan: Kongres Pemuda I Pada tahun 1926
Sumber: kebudayaan.kemendikbud.go.id 
Keterangan : Peserta Kongres Pemuda II tahun 1928
Sumber : kebudayaan.kemendikbud.go.id

Kongres tahun 1926 juga diliput oleh surat kabar De Locomotief 25 Maret 1926 “Jongstleden Zondag wer een samenkomstgehuden door de leiders van onderschheidenejeugvereenigingen, z.a. Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak Bond, Sekar Roekoen (Jong Sundaneezen Bond), enz. ter nadere besprekingen dier plannen. Vasgesteld werd hier, dat het eerste Jeungdongies zal worden gehouden te Batavia van 29 April tot 2 Mei a.s. Een ontwerpagenda werd bereidss samengesteld, doeh nog niet officieel goedgekeurd, aangeezieumen nog wachteude is op antwoord van andere jeugdvereenigingen, en tevens ook op dat van de Indonesische Vereeniging in Nederland”. Menurut Sartono Kartodirjo, Djoened M. Poesponegoro & Nugroho Notosusanto (1975) dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid Ke V Komite dalam kongres ini dibentuk sehabis konferensi antara Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, pelajar-pelajar Minahasa, Sekar Rukun, dan lain-lain pada tanggal 15 November 1925.

Gerakan para organisasi pemuda ini sangat dinamis, yang menarik pernyataan dari organisasi pemuda ini mengenai Independensi Indonesia atau Indonesia Merdeka yang dimuat dalam surat kabar De Locomotief 10 Mei 1927 “De hoofdbesturen der vereenigingen Jong Java, Sumatranenbond, Jong Ambon, Studeerensen vereeniging Minahassa, Jong Batak, Sekar Roekoen, Jong Indonesie, en Perhimpunan Pelajar Indonesia, in gecoombineerde vergadering bijeen op 23 April 1927 spreken volmondig uit, da teen zelfstandig Indonesia het doel moet zijn van ieder rechtgeaard Indonesier” Selanjutnya kiprah Perkumpulan Sekar Rukun masuk ke dalam kongres Pemuda ke II pada tahun 1928 yang juga ikut menandatangani isi dari “Sumpah Pemuda”. Sebelum pada akhirnya akan bergabung dalam Indonesia Moeda pada tahun 1931.

Baca Juga :   Napak Tilas Perumusan Kebalian Manusia Bali

Tentu Perkumpulan Sekar Rukun dan organisasi pemuda lain pada masa pergerakan nasional memiliki suatu kesan tersendiri khususnya untuk para pemuda. Kehadiran pemuda bukan semata-mata hanya dalam konteks demografis saja, tetapi juga historis (penentu arah sejarah). Pemuda tidak hanya mengisi generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat tetapi merupakan subjek dan objek yang potensial yang bersama-sama ikut andil dan berperan dalam setiap perubahan. Pemuda dapat menemukan jalan untuk tujuan dan cita-citanya melalui kebersamaan, dengan cara tersebut tanpa disadari dapat melatih kepemimpinan mereka serta mempersiapkan diri untuk turun ke masyarakat. Para pemuda kelak yang akan melanjutkan kepemimpinan demi mencerdaskan dan memajukan bangsanya. Selaras denga pernyataan John Inglesson (2018) dalam buku Mahasiswa, Nasionalisme dan Penjara; Perhimpunan Indonesia 1923-1928 yang mengatakan perjuangan nasional seharusnya memang lebih bersemangat jika kaum intelektual muda memainkan peran yang penting di dalamnya hanya dengan percaya kepada kekuatan sendiri, cita-cita mereka akan tercapai. 

DAFTAR PUSTAKA

Buku : 

Ekadjati, E. S. (2014). Dari Pentas Sejarah Sunda; Sangkuriang Hingga Juanda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama

Inglesson, J. (2018). Mahasiswa, Nasionalisme dan Penjara; Perhimpunan Indonesia 1923-1928. Depok: Komunitas Bambu

Kartodirdjo, S., Poesponegoro, D. M., & Notosusanto, N. (1975). Sejarah Nasional Indonesia Jilid ke V. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kusumasumantri, I. (1965). Sejarah Revolusi Indonesia (Jilid Pertama). Jakarta 

Leirissa, R. Z. et al. (1989). Sejarah Pemikiran Tentang Sumpah Pemuda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 

Lubis, N. H. (2000). Tradisi dan Transformasi Sejarah Sunda. Bandung: Historia Utama Press

Lubis, N. H. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran

Pringgodigdo, A.K. (1980). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: PT Dian Rakyat 

Surat Kabar

De Locomotief 25 Maret 1926 “Het Indonesisch Jeugdcongres

De Locomotief 7 Mei 1926 “De Waktoedi, Vertegenwoordiger van Sekar Roekoen

De Locomotief 10 Mei 1927 “Nationale Jeugdorganisaties

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts