kalijati

Kapitulasi Kalijati: Berakhirnya Kekuasaan Belanda di Hindia Belanda

Hindia Belanda terus mengalami kekalahan di dalam usahanya melawanserangan dari Jepang. Terhitung sejak 1 Maret 1942, pasukan Jepang sudahberhasil mendaratkan pasukannya di Pulau Jawa, pusat kekuasaan Belanda diHindia Belanda. Selain itu, hanya beberapa hari saja pasukan Jepang telahberhasil menduduki beberapa kota di Jawa.

Oleh Saka Mukhamad

Pada 1 Maret 1942, Jepang mulai mendaratkan pasukannya di Jawa. Terdapat tiga titik pendaratan ketika itu, pertama di Teluk Banten, kedua di Eretan Wetan dekat Indramayu dan ketiga di Krangan. Di Jawa Barat Letnan Jenderal Imamura mendaratkan satu divisi ditambah kesatuan-kesatuan artileri dan teknik, seluruhnya 30.000 tentara. Di Krangan Timur didaratkan tiga resimen dengan tentara artileri dan teknik, seluruhnya 20.000 tentara. Sementara itu di Indramayu didaratkan satu detasemen dan lain-lain berjumlah 5.000 orang. Satu hal yang menjadikan Jepang lebih unggul dari Sekutu adalah kekuatan angkatan udaranya. Hal ini dikarenakan Angkatan Udara Hindia Belanda sudah lemah sekali.

Peta Pendaratan Jepang di Jawa (Sumber: guruips.com)

Di Eretan Wetan, Kolonel Shoji Toshinari berhasil mendarat di pantai dan kemudian dengan cepat melakukan serangan terhadap unit pertahanan pantai KNIL yang hanya terdiri dari 15 orang prajurit Jawa pimpinan Sersan E.A. Mahler. Di dalam pendaratan tersebut, pasukan Jepang harus kehilangan satu kapal pengangkut akibat serangan dari pesawat-pesawat pembom dan pemburu Sekutu yang berpangkalan di Kalijati dan Andir. Setelah berhasil mendarat, Kolonel Shoji segera melakukan konsolidasi dan mengerahkan pasukannya menuju lapangan-lapangan terbang di Kalijati dan Cikampek serta memotong jalur perhubungan antara Batavia dan Bandung.

Pada tengah hari, tentara Jepang kemudian berhasil merebut Subang dan terus mendesak ke barat menuju lapangan terbang Kalijati. Lapangan terbang Kalijati diserang oleh gabungan pasukan tank dan infanteri Jepang. Di dalam serangan tersebut, Sekutu berhasil menyelamatkan dua pesawat terbang Hudson untuk terbang ke Andir. Tetapi Jepang berhasil mendapatkan 7 pesawat terbang Blenheim yang penuh dengan bom dan siap untuk diterbangkan. Selain itu gudang-gudang juga penuh dengan amunisi. Setelah Jepang berhasil merebut lapangan terbang Kalijati, para prajurit Inggris dan Belanda kemudian dieksekusi.

Mendengar berita mengenai jatuhnya Kalijati, markas besar KNIL di Bandung segera memerintahkan untuk melancarkan suatu serangan balasan untuk merebut kembali Kalijati yang memiliki lapangan strategis berjarak kurang lebih 40 km dari Bandung. Kesatuan yang menjadi tulang punggung dalam serangan tersebut adalah Mobiele Eenheid yakni kesatuan mobile yang merupakan bagian cadangan umum KNIL di bawah pimpinan Kapten G.J. Wulfhorst. Unit tersebut memiliki 24 tank ringan, empat kendaraan lapis baja, tiga meriam anti-tank kaliber 37mm, dan satu meriam gunung. Di dalam melakukan serangannya, unit tersebut juga mendapat dukungan dari Batalyon Infanteri ke-5 KNIL di bawah pimpinan Mayor C.G.J. Teerink.

Pada pukul 08.15 pagi tanggal 2 Maret 1942, serangan terhadap Detasemen Hoji di Subang untuk merebut kembali Kalijati dimulai. Serangan tersebut didahuli oleh dua kendaraan lapis baja yang didukung oleh satu peleton infanteri yang mengendarai truk overlvalwagen bergerak maju menuju posisi musuh. Namun, kendarangan pengangkut pasukan yang mengirinya ternyata tidak dapat bergerak maju, untuk merebut kota dibutuhkan dukungan pasukan infanteri. Akibatnya, tank tersebut terpaksa mengundurkan diri.

Sementara itu gelombang infanteri KNIL lainnya bergerak menyusuri jalan raya dan sawah untuk memasuki Subang. Tetapi karena kurangnya pasukan infanteri dan tidak adanya dukungan udara serta mulai datangnya bala bantuan pasukan Jepang, akhirnya Belanda menghentikan serangannya. Di dalam serangan tersebut 14 orang prajurit tewas, 13 orang terluka, dan dua lainnya hilang. Selain itu, Belanda juga kehilangan 13 tank, satu kendaraan lapis baja, 5 truk overvalwagen, dan satu meriam anti-tank. Keberhasilan Jepang mempertahankan Kalijati membuat seluruh pertahanan Belanda di Jawa Barat terancam hancur. Hal tersebut membuat Belanda harus menarik pasukannya yang berada di front lain untuk melindungi Bandung.

Baca Juga :   Max Havelaar Buku Yang Membunuh Kolonialisme

Pada tanggal 7 Maret 1942, Jepang telah berhasil mengepung Bandung, benteng terakhir Belanda di Jawa. Kini, Belanda sudah tidak mungkin lagi mengadakan suatu perlawanan terhadap Jepang untuk menghindari pemboman atas kota Bandung. Jalan satu-satunya yang harus dilalui Belanda tentu melalui perundingan dengan pihak Jepang. Upaya melakukan perundingan dengan pihak Jepang diberikan kepada Jenderal Jacob J. Pesman, panglima Distrik Bandung. Ketika itu perintah yang harus dijalankan adalah untuk menawarkan penyerahan sebagian dari Hindia Belanda. Kebijakan tersebut dikeluarkan oleh pemerintah Belanda di London.  Sekalipun ada keraguan kalau Jepang akan menerima tawaran penyerahan sebagian tersebut, kebijakan tersebut tetap dijalankan.

Selain itu, setiap komandan KNIL di daerah diminta untuk mengabaikan setiap perintah menyerah dari Bandung dan terus melanjutkan pertempuran. Jenderal Pesman kemudian mengirim Kapten Gerharz ke arah Lembang untuk mencari kontak dengan Jepang. Akhirnya sekitar pukul 19.30, dia bertemu dengan pasukan Jepang dan kemudian dibawa ke markas Kolonel Shoji. Jenderal Imamura yang mendengar keinginan Belanda untuk menyerahkan kota Bandung segera melarang perundingan di bawah tangan Jenderal Pesman. Pihak Jepang kemudian mendesak agar Gubernur Jenderal maupun panglima KNIL secepat mungkin pergi ke Subang untuk berunding dengan Imamura sendiri. Apabila hal tersebut tidak dipatuhi, kekuatan udara Jepang akan menggempur Bandung habis-habisan.

Gubernur Jenderal dan pimpinan Hindia Belanda kini berada dalam keadaan yang sulit. Di satu pihak kabinet Belanda di London memerintahkan untuk tidak menyerah atas nama seluruh tentara di Hindia Belanda apapun yang terjadi dan di lain pihak terdapat ancaman dari pihak Jepang terkait pemboman atas Bandung. Jenderal Ter Poorten dalam keadaan ini kemudian memutuskan untuk menemui Jenderal Imamura di Subang. Sesampainya di Subang, JenderalTer Poorten bersama beberapa pejabat sipil dan militer Belanda kemudian diberitahu bahwa pertemuan dipindahkan ke Kalijati. Rombongan Belanda sampai di Kalijati pada tengah hari.

Di Kalijati, rombongan Belanda kemudian disambut oleh Jenderal Endo, komandan pasukan udara Jepang. Imamura sendiri baru tiba di Kalijati dari Batavia pada pukul 17.00. Segera setelah kedatangannya, pertemuan antara kedua pihak (Belanda dan Jepang) diadakan di rumah bintara sekolah penerbangan. Imamura duduk di depan meja perundingan dengan diapit oleh Jenderal Endo dan Jenderal Okazaki. Di belakangnya berdiri sejumlah besar orang berseragam. Sedangkan van Starkenborgh duduk berseberangan dengan Imamura dan diapit oleh Mayor Jenderal Bakkers, Letnan Jenderal Ter Poorten, dan Mayor Jenderal Pesman.

Selanjutnya terjadilah perundingan yang alot antara Imamura dan van Starkenborgh. Imamura tetap menginginkan penyerahan total tetapi van Starkenborgh tetap bersikeras untuk hanya menyerahkan kota Bandung saja. Berbeda dengan van Starkenborgh, panglima KNIL Ter Poorten terlihat sedikit ragu-ragu. Ketika Imamura menggertaknya dan menuntut suatu penyerahan total dari Ter Poorten, panglima KNIL itu hanya menoleh kepada van Starkenborgh dan melakukan gerakan putus asa dengan tangan terbuka dengan berkata,“Bukankah Tuan sudah melihat bahwa hal ini sudah dapat diperkirakan?” Imamura pun segera melihat kelemahan Ter Poorten.

Setelah istirahat selama 10 menit, Imamura, yang sudah kehilangan kesabarannya memutuskan untuk tidak berbicara lagi dengan para diplomat dan ahli hukum, tetapi selanjutnya hanya akan berbicara dengan pihak militer Belanda saja yakni Ter Poorten. Tidak adanya van Starkenborgh di meja perundingan dimanfaatkan Imamura untuk menekan Jenderal Ter Poorten. Pada akhirnya, Ter Poorten kemudian menyetujui penyerahan total. Pada pukul 18.20, panglima KNIL tersebut menandatangani perjanjian penyerahan pasukan Belanda kepada Jepang.

Baca Juga :   Sejarah Pendudukan Jepang di Indonesia dalam Buku Pelajaran Sejarah di Jepang
Rumah Sejarah Kalijati- Tempat dilaksanakan penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang, yang ditandai dengan penandatangan naskah penyerahan tanpa syarat kekuasaan Belanda kepada Jepang (Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/)

Pada pukul 06.30 tanggal 9 Maret 1942, stasiun radio Nirom mengumumkan berita penyerahan atas nama panglima KNIL oleh seorang perwira tinggi staf umum. Tak lama setelah tersiarnya berita penyerahan tanpa syarat tersebut, banyak orang di Bandung menyaksikan perwira-perwira Belanda melepaskan kekecewaan mereka dengan melemparkan jas seragam militer, baju resmi dengan bintang emas di pinggir-pinggir jalan. Demikianlah HindiaBelanda yang sudah berpuluh-puluh tahun lamanya dikuasai oleh Belanda, dalam waktu beberapa bulan saja hancur dan diambil alih oleh Jepang.

Daftar Sumber:

Imran, Amin, dkk. Perang dan Revolusi; Indonesia dalam Arus Sejarah. Jilid 6. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 2012.

Oktorino, Nino. Konflik Bersejarah – Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013.

Onghokham, Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta: Gramedia, 1987.

http://www.disparbud.jabarprov.go.id/

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts