Upacara Sipaha Sada Dalam Agama Malim

Ugamo malim atau agama Malim adalah kepercayaan tradisional yang berkembang di tanah Batak dan keberadaannya masih ada sampai sekarang. Agama Malim dipercaya sebagai agama tertua di masyarakat Batak Toba karena telah ada dari zaman dahulu kala dan dilestarikan secara turun-temurun. Terdapat ritual-ritual yang harus dijalankan oleh para pengikut Ugamo Malim, salah satunya adalah upacara Sipaha sada. Sipaha sada dikenal sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta atau Mula Jadi Na Bolon. Upacara Sipaha sada dilaksanakan pada awal tahun di bulan pertama berdasarkan kalender Batak atau Parhalan.

Oleh : Elsa Carolina Sihombing

Salah satu acara keagamaan (sumber: medan.tribunnews.com)

Upacara Sipaha Sada Bagian Dari Agama Malim 

Upacara ini dilaksanakan sebagai ucapan syukur atas kelahiran tuhan Simarimbubosi. Upacara Sipaha sada menjadi upacara yang wajib dilakukan oleh umat Parmalim. Upacara Sipaha sada mengandung nilai religius yang mendalam bagi penganut agama Malim. Upacara ini sebagai perayaan kemenangan umat Parmalin terhdap kuasa iblis karena kelahiran sang tuhan Simarimbubosi.

Pada saat pelaksanaan upacara Sipaha sada, para pengikut akan menggunakan pakaian tradisional khas Batak. Pakaian yang digunakan oleh laki-laki adalah ulos dan kain putih yang dililitkan di kepala. Sedangkan untuk perempuan menggunakan kebaya dan ulos. Posisi tempat duduk antara laki-laki dan perempuan terpisah pada saat pelaksanaan upacara Sipaha sada. Posisi tempat duduk Laki-laki berada di sebelah kanan dan perempuan di sebelah kiri. 

Umat Parmalim terbuka dengan masyarakat luar daerah maupun orang asing sehingga informasi mengenai upacara Sipaha Sada dapat diperoleh dengan mudah dan dapat mempelajari banyak hal dari upacara tersebut. 

Prosesi Upacara Sipaha Sada 

   Upacara Sipaha sada adalah prosesi komunikasi untuk memohon berkat kepada Debata Mula Jadi Na Bolon dan penguasa alam roh lain yang dipercayai oleh pengikut agama malim. Doa-doa yang disampaikan disebut tonggo-tonggo atau doa ritus yang dipimpin oleh seorang imam sebagai pemimpin upacara. Selain itu, adanya syarat-syarat lain seperti dihadirkan dupa, air pangurason, sesaji yang berasal dari kambing putih dan ayam hitam dan putih yang disebut sebagai jarumbosi. Dalam praktiknya, ada yang disebut sebagai mamele atau bersaji dan martonggo yang memiliki arti berdoa disertai dengan kehadiran Gondang hasapi atau Parhinaloan. Posesi tersebut tersusun dengan seluruh rangkaian permohonan melalui tonggo-tonggo dan pelean atau sesaji yang akan memperoleh kesempurnaan apabila disertai dengan adanya Gondang hasapi.

Salah satu acara keagamaan  (Sumber: tourtoba.com)  

Gondang hasapi dipakai untuk  mansahaphon (mengesahkan) dan mengantarkan permohonan kepada tujuannya masing-masing. Ketika disajikan, ada satu hal menarik yaitu Gondang khusus untuk memperingati hari kelahiran Simarimbulubosi. Gondang khusus ini disebut sebagai gondang pangharoanan. Gondang yang dipersembahkan dalam upacara Sipaha sada wajib berjumlah 12. Fungsi Gondang sebagai pengiring ketika upacara sehingga semakin  suasana menjadi lebih sakral. Gondang yang berarti gendang harus tersusun sesuai dengan urutan dan tidak dapat ditukar posisinya

Upacara Sipaha sada dan gondang hasapi merupakan sebuah ikatan yang tidak dapat dipisahkan. Upacara Sipaha sada akan dianggap sah apabila keduanya saling melengkapi. Fungsi  gondang hasapi sebagai media yang menyampaikan doa-doa atau tonggo-tonggo menjadikannya sebagai elemen penting dalam upacara. Oleh karena itu, musisi-musisi muda sebagai penerus akan diajarkan untuk bermain gondang oleh tetua yang telah menjadi pakar pemain gondang hasapi.

Salah satu acara keagamaan (sumber: shutterstock.com)

Gondang tidak dimainkan untuk bunyi semata. Permainan gondang bertujuan agar permohonan-permohonan yang telah dipanjatkan dapat tersampaikan kepada kuasa roh yang dituju. Fungsi lain gondang adalah sebagai penghormatan. Penghormatan dengan gondang hasapi menunjukkan rasa hormat kepada kuasa roh yang disebut dalam doa-doa atau tonggo-tonggo tersebut. Dapat dibuktikan dengan gerakan manatea, yaitu mempertemukan kedua telapak tangan di depan dada dengan jari mengarah ke depan seperti menyembah dan dilakukan oleh seluruh pengikut agama Malim. Selain itu, ada fungsi untuk pengungkapan emosional saat upacara yang dapat dilihat saat jemaat sedang melakukan tari tor-tor atau disebut sebagai tarian ritus. Gondang sebagai pengiring membawa perasaan sedih sehingga umat yang melakukan upacara menjadi terbawa suasana karena mengharapkan adanya pengampunan. 

Baca Juga :   Tradisi Bau Nyale Terhadap Nilai Multikultural Suku 

Fungsi lainya adalah perlambangan dari upacara Sipaha sada. Fungsi tersebut merupakan pernyataan kemenangan iman para umatnya kepada Tuhan. Gondang hasapi sebagai bentuk kegembiraan karena para pemusik yang dapat memainkan alat musik gondang hasapi dianggap setara dengan Dewa Batara Guru. Ada juga fungsi hiburan dari gondang hasapi karena merupakan alat komunikasi dan pengungkapan emosi. Dari hasil dari permohonan kepada Sang pencipta para umat berkeyakinan bahwa dosa dan kesalahan mereka akan segera diampun oleh kuasa roh melalui kasihnya kepada umatnya. 

Gondang dibunyikan sesuai dengan pimpinan umat agama Parmalim yang melafalkan doa-doa. Bunyi-bunyian dari gondang mengajak umat untuk merendahkan diri dan pasrah kepada Debata Mula Jadi Nabolon. Selain itu, para pemusik yang memainkan gondang dan alat musik lainnya harus dihormati karena para pemusik atau pargonsi memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding umat parmalim lainnya. Fungsi pargonsi bukan sekedar memainkan gondang tetapi dari pukulan gondang tersebut memiliki sebuah arti penyampaian pengaduan atau alu-alu dan menyuarakan isi hati umat. Oleh sebab itu, ketika ingin mempersembahkan, gondang harus terlebih dahulu memohon kepada pargonsi dengan nama gondang yang akan dipersembahkan.

Makna Upacara Sipaha Sada 

Setelah memperoleh pengampuan atau disucikan, umat percaya bahwa pada saatnya akan memperoleh kehidupan yang kekal atau dalam bahasa Batak disebut ngolu partondion di tempat yang suci. Masyarakat Batak Toba yang menganut agama Malim masih memegang teguh nilai-nilai kehidupan yang berasal dari nenek moyang. Selain itu, adanya makna bahwa umat Parmalim menang dari kuasa iblis dan mempertahankan iman mereka agar tidak masuk ke dalam kuasa gelap. Umat Parmalim percaya bahwa setelah melaksanakan upacara Sipaha sada dapat memperoleh kehidupan yang baru karena jiwa dan raga telah disucikan pada saat upacara tersebut. Selain itu, umat Parmalim akan hidup dengan penuh sukacita dan meninggalkan yang buruk dalam hidup. Upacara Sipaha sada mengajak para umat untuk merenung mengenai kehidupan mereka satu bulan perbuatan mereka selama hidup. Umat Parmalim dilarang untuk melakukan perbuatan buruk selama satu bulan dan harus mengatur diri mereka sendiri agar tidak menyimpang kepada hal jahat. 

Upacara Sipaha sada memiliki makna yang mendalam bagi umatnya karena memberikan kehidupan yang baru. Para pengikut agama Malim melakukan puasa terlebih dahulu kemudian baru boleh melakukan Upacara Sipaha sada. Mereka memohon ampun, mengucap syukur, dan harus melakukan hal baik sesuai dengan ajaran Parmalim. Dalam upacara tersebut dibutuhkan gondang hasapi sebagai musik pengiring agar doa-doa yang dipanjatkan oleh pemimpin agama Parmalim dapat segera tersampaikan kepada Debata Mulajadi Nabolon. Doa-doa tersebut merupakan permohonan agar dapat memperoleh kehidupan yang baru terbebas dari kuasa roh jahat. Selain itu, adanya tarian tor-tor dan persembahan untuk melengkapi upacara Sipaha sada

Daftar Pustaka 

Simanjutak, Bungaran Antonius. (2009) . Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba: Bagian Sejarah Batak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 

Wiflihani. (2011). “Upacara Sipaha Sada Pada Agama Parmalim Di Masyarakat Batak Toba Dalam Kajian Semiotika”, Vol. 3, No. 1. 

Suharyanto, Agung. (2016). “Pusat Aktivitas Ritual Ugamo Malim di Huta Lugaboti Toba Samosir”, Vol. 4, No. 2.

Naiborhu, Torang. (2006). “Gondang Hasapi: Fungsinya Pada Upacara Ritual Parmalim Sipaha Sada Batak Toba”, Vol. 1, No. 3.

Sari, Kartika. 2020. Perayaan Sipaha Sada, Hari Kelahiran Tuhan Simarimbulubosi Bagi Umat Parmalim. Tribun-Medan. 9 Maret 2020.

Baca Juga :   Rona Sejarah dan Budaya Masyarakat Pesisir; Jejak Maritim di Lasem

Damanik, Liston. 2020. Sipaha Sada, Memulai Tahun dengan Jiwa Baru Cara Parmalim. Medan-Tribun. 17 Maret 2020.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts