Stalingrad 1942-1943: Sebuah Titik Balik di Timur

Pada 23 Agustus 1942, Jerman menyerang kota Stalingrad. Serangan itu dimulai dari udara. Angkatan Udara Jerman atau Luftwaffe menggempur kota tersebut dengan bom dan membunuh ratusan penduduk kota.

Oleh Valerius Tarigan

Saat itu adalah tahun 1942. Perang Dunia Kedua telah berlangsung selama 3 tahun lamanya. Jerman dan Uni Soviet awalnya sepakat untuk tidak saling menyerang satu sama lain. Sayangnya, Jerman ingkar janji. Pada 22 Juni 1941, Jerman menginvasi Uni Soviet melalui Operasi Barbarossa setelah menguasai hampir seluruh Eropa namun gagal saat mencoba menginvasi Inggris. Tujuan Hitler menyerang Uni Soviet adalah untuk mencari “Ruang Hidup Yang Baru” atau disebut Lebensraum.

Gambar: Tentara Merah Soviet sedang menghalau pergerakan Tentara Jerman di awal pertempuran (Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:StalingradRus.jpg)

Jerman menyerang Uni Soviet dengan tiga grup tentara besar, yaitu Army Group North, Center, dan South. Tentara di utara berfokus untuk merebut kota Leningrad (sekarang St. Petersburg) dan Tentara di tengah berfokus untuk merebut ibu kota Uni Soviet, yaitu Moskow. Sementara itu, Tentara di selatan berencana untuk merebut dua posisi strategis penting.

Hal pertama yang ingin direbut adalah ladang minyak di daerah Pegunungan Kaukasus. Tempat ini merupakan salah satu penyumbang minyak terpenting bagi Uni Soviet. Jika ladang minyak ini dikuasai, maka suplai akan terputus dan segala bentuk operasional Tentara Merah yang membutuhkan minyak akan terhambat.

Tempat kedua yang ingin direbut adalah sebuah kota di tepi Sungai Volga. Kota tersebut bernama Stalingrad. Posisi Stalingrad ini sangatlah penting. Siapapun yang menguasai Stalingrad, dia menguasai Sungai Volga yang sangat vital bagi transportasi sungai ke seluruh pelosok negeri. Hal kedua yang membuat kota ini penting adalah soal harga diri. Stalingrad mengambil nama dari pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin. Jika kota ini jatuh, maka nama baik Stalin akan jatuh dan moral Tentara Merah juga ikut jatuh. Jika kedua posisi strategis itu jatuh, maka akan menjadi suatu pukulan berat bagi Uni Soviet.

Strategi Jerman untuk merebut kedua tempat tersebut dinamakan Case Blue atau dalam bahasa Jerman disebut Fall Blau. Untuk serangan ke Stalingrad dilakukan oleh Grup B yang dipimpin oleh Fedor Von Bock sedangkan untuk serangan ke ladang minyak di Kaukasus dilakukan oleh Grup A yang dipimpin oleh Wilhelm List.

Pertempuran Stalingrad

Pada 23 Agustus 1942, Jerman menyerang kota Stalingrad. Serangan itu dimulai dari udara. Angkatan Udara Jerman atau Luftwaffe menggempur kota tersebut dengan bom dan membunuh ratusan penduduk kota. Tentara ke-6 Jerman yang dipimpin oleh Friedrich Von Paulus mulai masuk ke kota dari tiga sisi, yaitu utara, tengah, dan selatan. Sisi utara kota merupakan kawasan industri yang terdiri dari pabrik seperti Pabrik Red October dan pabrik traktor memproduksi tank Soviet jenis T-34. Sisi tengah terdapat sebuah dataran tinggi bernama Mamayev Kurgan serta kawasan perkotaan dan sisi selatan terdapat dataran tinggi juga bernama Lisaya Quora.

Kedua dataran tinggi tersebut dikuasai. Tentara Merah semakin kewalahan menghadapi banyaknya tentara Jerman di Stalingrad. Skala pertempuran sudah bukan lagi kota, melainkan sudah di gedung per gedung dan bahkan sampai ke ruangan sekecil apapun. Saking sengitnya, stasiun kereta di Stalingrad berpindah tangan sebanyak 14 kali. Tentara Merah selalu mengirim bala bantuan melewati Sungai Volga dan memerintahkan setiap orang untuk tidak mundur. Jika mundur, maka mereka akan dieksekusi oleh komisaris politik Tentara Merah. Peran sniper juga penting di Stalingrad. Vassili Zaitsev, salah satu sniper paling sukses di Tentara Merah berhasil membunuh lebih dari 200 tentara Jerman dengan 10 sniper Jerman di antaranya. Kisah sukses ini dituangkan ke dalam film tahun 2001 berjudul Enemy at The Gates yang diperankan oleh Jude Law dan Joseph Fiennes.

Baca Juga :   Dari Konfrontasi Malaysia Hingga Terbentuknya ASEAN

Di sisi lain, tentara Jerman juga bingung bagaimana mengakhiri dan memenangkan pertempuran ini. Walaupun pada bulan Oktober mereka telah menguasai 90% dari kota, namun perlawanan sengit Tentara Merah tidak dapat membuat mereka memenangkan peperangan. Pasukan Jerman juga hanya terpusat di kota Stalingrad. Sisi kiri dan kanan pasukan hanya dilindungi oleh negara sekutu dan satelit seperti Rumania, Italia, Hungaria, dan Kroasia. Mereka tidak dapat memperkuat sisi samping dan belakang tentara Jerman sehingga mudah sekali diterobos oleh Tentara Merah. Hal ini diperburuk lagi dengan kondisi musim yang mulai mendekati musim dingin sehingga pergerakan menjadi lebih lambat serta suplai yang menipis. Jerman memang sangat mungkin untuk menang namun Uni Soviet sangat berkeras supaya tidak kalah.

Gambar: Tentara Jerman sedang menggunakan senapan jenis buatan Uni Soviet PPSh-41 di reruntuhan Pabrik Barrikady, Oktober 1942 (Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Bundesarchiv_Bild_116-168-618,_Russland,_Kampf_um_Stalingrad,_Soldat_mit_MPi.jpg

Operasi Uranus

Melihat nampaknya Jerman belum bisa menguasai kota dan pertempuran terlihat stagnan, jenderal Uni Soviet, Georgy Zhukov secara diam-diam menggerakkan pasukan Tentara Merah di sisi seberang Sungai Volga dan sisi kiri dan kanan pasukan Jerman yang dilindungi oleh negara satelit tersebut. Jumlah pasukan tersebut banyak sekali, lebih dari satu juta orang.

Pada 19 November 1942, Zhukov melancarkan Operasi Uranus. Tujuan Operasi ini adalah untuk mengepung serta mengurung tentara Jerman pimpinan Von Paulus di Stalingrad. Tentara Merah mulai menusuk titik-titik tentara poros yang lemah di sisi samping kiri dan kanan lalu tentara dari kiri dan kanan bertemu satu sama lain sehingga tentara Jerman benar-benar terputus. Operasi ini berhasil, Paulus dan seluruh Tentara ke-6 terkurung di Stalingrad.

Terkepung

Friedrich von Paulus sebenarnya dapat menerobos pengepungan tersebut. Sayangnya Hitler menolak karena kegagalan di Stalingrad dapat menghancurkan propaganda Jerman. Sebagai gantinya, Hitler menawarkan bantuan logistik dari udara serta sebuah kenaikan pangkat menjadi marsekal lapangan. Akhirnya, von Paulus bertahan.

Janji Hitler tersebut tidak dapat tercapai. Pangkalan udara Jerman terdekat dari Stalingrad telah dibombardir oleh AU Soviet. Cuaca sangat buruk, musim dingin telah tiba. Pesawat-pesawat Luftwaffe hanya dapat memberikan bantuan yang sangat terbatas dan tentu saja tidak cukup bagi Tentara ke-6 di Stalingrad. Wilhelm List tidak dapat menguasai Kaukasus dan terpaksa mundur namun tidak dapat mendukung von Paulus dalam pengepungan tersebut. 

Tentara Jerman di Stalingrad sangat buruk kondisinya. Mereka kedinginan dan terus mendapatkan perlawanan dari Tentara Merah. Seperti era Napoleon, perlahan tentara tersebut melemah dan menyerah karena alam. Bukan lagi kemenangan yang dipikirkan, tetapi bagaimana supaya mereka tetap hidup.

Penyerahan

Waktu itu awal Januari 1943. Tentara Jerman walaupun banyak namun kondisinya sangat lemah dan tidak sebanding dengan Tentara Merah yang masuk dari belakang mereka. Banyak dari tentara Jerman sudah tidak kuat menahan dinginnya tanah Rusia tersebut. Pada 30 Januari 1943, Von Paulus menerima kenaikan pangkat dari Hitler menjadi marsekal lapangan atau field marshal. Harapannya Paulus tetap bertahan dan tidak menyerah dari Uni Soviet.

Sayangnya itu tidak terjadi, Von Paulus menyerah kepada Tentara Merah di Stalingrad pada 3 Februari 1943 setelah lebih dari 5 bulan bertempur. Bahkan pada akhirnya, Von Paulus bersedia ditawan tentara Merah dan justru menyuarakan untuk melawan Hitler di kemudian hari. Seratus ribu tentara Jerman ditawan, namun kurang dari 10%nya yang dapat kembali ke tanah air mereka.

Akibat

Pertempuran Stalingrad merupakan salah satu pertempuran paling berdarah dan menentukan di Perang Dunia Kedua, khususnya Front Timur. Tentara Jerman yang awalnya di posisi menyerang kemudian menjadi bertahan. Mereka tidak dapat mengembalikan keadaan sampai akhirnya Berlin jatuh pada Mei 1945.

Baca Juga :   Perang Falkland 1982: Upaya Pengalihan Isu Negara Oleh Pemerintah Argentina

Daftar Pustaka

Antill, P & Peter Dennis. (2007). Stalingrad 1942. Osprey Publishing.

Cornish, N. (2009). Stalingrad: Victory on The Volga. Pen & Sword.

Volstad, I.M & Ronald Baxter. (2004). Battle of Stalingrad. Russia’s Great Patriotic War. Concord Publication Co.

Kings and Generals. (2018, 13 May). Battle of Stalingrad 1942-1943 – World War II Documentary [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=Aupnv5n19K4&t=92s.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts