Senna vs Prost: Sengitnya Rivalitas Dunia Balap di Tahun 1984 – 1994

Salah satu rivalitas yang terkenal di dalam dunia balapan otomotif terjadi di kejuaraan Formula Satu antara Alain Prost dengan Ayrton Senna.

Oleh Muhammad Dicky Syaifudin

Dalam sebuah ajang kejuaraan balapan otomotif, para pembalap yang mengikuti kejuaraan pastinya mempunyai ambisi yang besar kejuaraan tersebut. Ambisi ini yang dimiliki para pembalap pastinya pada satu titik akan saling bertabrakan untuk saling mengalahkan lawannya. Hal ini akan memunculkan rivalitas jika salah satu pembalap merasa bahwa pembalap tertentu menghalangi jalannya untuk meraih kemenangan. Salah satu rivalitas yang terkenal di dalam dunia balapan otomotif terjadi di kejuaraan Formula Satu antara Alain Prost dengan Ayrton Senna. Lantas bagaimana rivalitas ini muncul dan berjalan di dalam kejuaraan Formula Satu?

Alain Prost merupakan seorang pembalap yang lahir pada 24 Februari 1955 di Lorette, Loire, Perancis. Sementara itu, Aryton Senna adalah pembalap yang lahir pada 21 Maret 1960 di Sao Paulo, Brazil. Pada musim balapan tahun 1984, Prost telah mengikuti kejuaraan Formula Satu selama 4 tahun, sedangkan Senna baru saja bergabung ke kejuaraan Formula Satu. Prost pada musim itu mengendarai mobil Mclaren yang merupakan mobil balap unggulan dan sering berada di barisan depan memperebutkan juara ketika balapan berlangsung. Sementara itu, Senna pada musim itu mengendarai mobil Toleman yang memiliki mesin yang kurang bagus serta memiliki bodi yang tidak aerodinamis. Hal ini membuat Senna tidak skill kemampuan balapannya jika kondisi lintasan sedang optimal dan kering.

Namun pada balapan Monaco Grand Prix yang diselenggarakan di sirkuit Monte Carlo tahun 1984, Senna untuk pertama kalinya dapat bertarung dengan Prost di baris depan untuk memperebutkan kemenangan. Hal ini terjadi karena balapan pada saat dilaksanakan dalam kondisi cuaca hujan yang menetralisir keunggulan yang dimiliki oleh mobil-mobil unggulan. Hal ini membuat Senna dapat menunjukkan kemampuan alaminya mengendarai mobil balap. Pada balapan tersebut, Prost berhasil mengalahkan Senna karena balapan pada saat itu dihentikan pada putaran ke 31 dari 76 yang direncanakan. Pemberhentian balapan ini disebabkan karena cuaca yang sudah terlalu ekstrim sehingga balapan tidak dapat dilanjutkan. Balapan ini menjadi tanda awal mula rivalitas antara Prost dan Senna.   

Pada musim balapan tahun 1985, Senna memilih untuk pindah ke tim Lotus yang memiliki mobil yang cukup mumpuni dan mampu bersaing di barisan depan. Meskipun telah sama-sama memiliki mobil yang mumpuni, persaingan antar Prost dengan Senna masih bisa dibilang sebagai kompetisi yang biasa saja. Persaingan sengit antara kedua pembalap tersebut mulai timbul ketika Senna ditunjuk untuk bergabung bersama Prost untuk membalap di Mclaren pada tahun 1988. Keputusan yang ini sebenarnya didasarkan pada rekomendasi Prost sendiri untuk menjadikan Senna sebagai rekan setimnya.  

Ketika awal musim balapan berlangsung, Senna dan Prost masih berkompetisi secara sengit namun tetap sportif. Mobil Mclaren pada musim tersebut mendominasi jalannya kejuaraan Formula Satu, dengan memenangkan 15 dari 16 balapan yang diselenggarakan pada musim tersebut. Meskipun banyak yang memprediksi bahwa Prost akan mendominasi musim tersebut, Senna dengan gaya balapnya yang agresif berhasil mengalahkankannya dengan mencetak 8 kemenangan dan mencetak 90 poin dibandingkan Prost yang hanya meraih 7 kemenangan dan 87 poin. Hal ini membuat Senna kejuaraan Formula One pertama sepanjang karirnya. 

Gambar 1. Senna dan Prost berdiri bersama di podium pada Canadian Grand Prix 1988 (Sumber:https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b0/Senna_Prost_and_Boutsen_Montreal_1988.jpg)

Baca Juga :   Jalan Panjang Industri Musik Nusantara: Label Rekaman di Indonesia dari Masa ke Masa

Ketika musim 1988 berakhir, mulai timbul sebuah ketegangan di dalam tim Mclaren. Hal ini disebabkan karena Prost menuduh para petinggi Mclaren lebih mengutamakan Senna dibanding Prost. Prost merasa kecewa karena ketika ia telah dijanjikan bahwa dirinya dan Senna secara sama. Tuduhan ini kemudian dibenarkan oleh Kepala Departemen Pengembangan Honda Nobuhiko Kawamoto. Honda sendiri adalah mesin yang digunakan oleh mobil tim Mclaren pada musim tersebut. Honda juga telah mempunyai hubungan yang dekat dengan Senna semasa ia masih membalap bersama tim Lotus.   

Tuduhan yang disampaikan oleh Prost ini membuat tensi antara kedua pembalap tersebut menjadi semakin buruk dan menimbulkan perpecahan dalam internal tim Mclaren. Pada musim balap tahun 1989, perpecahan ini pertama kali terlihat ketika memasuki San Marino Grand Prix yang diselenggarakan di sirkuit Imola pada 23 April 1989. Pada balapan ini, Prost menuduh Senna tidak mengikuti sebuah persetujuan yang telah dibuat oleh kedua belah pihak. Persetujuan ini menyatakan bahwa siapa saja yang mengawali balapan dengan baik maka pihak lain tidak akan menyalipnya di tikungan pertama di Imola yang bernama Tosa Corner. Senna melanggar persetujuan ini dengan menyalip Prost yang mengawali balapan lebih baik dibanding Senna di tikungan pertama. 

Perpecahan antar kedua rekan tim ini mencapai puncaknya ketika memasuki Japanese Grand Prix yang dilaksanakan di sirkuit Suzuka pada 22 Oktober 1989. Pada balapan kali ini, Prost mendominasi dengan Senna membuntutinya di posisi kedua. Senna yang merasa putus asa karena ingin mempertahankan gelar juara dunia yang ia raih di musim sebelumnya mencoba menyalip Prost pada putaran ke 46 dari 53 yang diperlombakan. Prost yang melihat upaya Senna ini kemudian menutup ruang agar upaya Senna ini gagal. Hal ini menyebabkan dua pembalap ini bersentuhan yang menyebabkan Prost harus keluar dari balapan sedangkan Senna berhasil melanjutkan dan pada awalnya dapat memenangi balapan ini. Namun, para penyelenggara balapan ini memutuskan untuk mendiskualifikasi Senna dan mencabut kemenangan yang diraihnya. Diskualifikasi ini terjadi karena Senna dianggap memasuki lintasan secara illegal setelah insidennya dengan Prost. Hasil ini membuat Prost berhasil merebut gelar juara dunia dari tangan Senna. Prost pun kemudian memutuskan untuk meninggalkan Mclaren dan pindah ke tim Ferrari untuk membalap pada musim 1990.

Meskipun telah mempunyai tim yang berbeda, rivalitas sengit antara Senna dengan Prost menjadi semakin panas dan ketat. Musim balap Formula Satu tahun 1990 pun dibuka dengan dominasi Senna dengan memenangkan 3 dari 5 balapan awal, yakni di sirkuit Phoenix, Monaco, dan Gilles Villeneuve. Namun, Prost berhasil mematahkan dominasi Senna di tengah musim dengan memenangkan tiga balapan berturut-turut, yakni di sirkuit Hermanos Rodriguez, Paul Ricard dan Silverstone. Dominasi kedua pembalap ini menjadikan kejuaraan harus ditentukan di balapan terakhir, yakni Japanese Grand Prix di sirkuit Suzuka yang menjadi tempat insiden tabrakan antara kedua pembalap tersebut pada musim sebelumnya. 

Pada balapan kali ini, Senna mengawali balapan di posisi terdepan dengan Prost membuntutinya di posisi kedua. Saat balapan dimulai, kedua pembalap mencoba dengan keras untuk dapat memimpin saat memasuki tikungan pertama tanpa ada pihak yang ingin mengalah. Hal ini membuat keduanya saling bertabrakan ketika memasuki tikungan pertama. Namun, insiden yang terjadi antara Prost dan Senna kali ini lebih menguntungkan bagi Senna. Insiden ini menjadikan Senna sebagai juara dunia kejuaraan Formula Satu musim 1990 dengan selisih 7 poin dengan Prost yang meraih posisi kedua.

Baca Juga :   Sejarah Berdirinya Uni Soviet

Musim 1990 ini menjadi terakhir kalinya kedua pembalap ini dapat bersaing dengan mobil balap yang sama-sama kompetitif dan mempunyai kecepatan untuk bersaing di barisan depan ketika balapan. Pada musim berikutnya, Ferrari dan Prost mengalami penurunan performa yang disebabkan oleh mesin serta bodi mobil yang kurang kompetitif dan tidak bisa bertarung untuk meraih kemenangan serta perpolitikan yang ada di dalam internal. Kemunduran ini membuat Prost dipecat oleh Ferrari serta dijadikan sebagai kambing hitam kemunduran Ferrari pada musim tersebut. Hal ini membuat Senna mendominasi musim tersebut dan meraih gelar juara dunia dengan mudah. Pemecatan ini membuat Prost memutuskan untuk hiatus selama 1 tahun.

Ketika Prost kembali membalap pada musim 1993 bersama tim Williams, giliran Senna bersama Mclaren yang mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena Honda yang digunakan oleh Mclaren dari tahun 1988 memutuskan untuk mengundurkan diri pada akhir musim 1992. Ford yang dipilih oleh Mclaren untuk menggantikan Honda tidak mempunyai performa yang sama dengan Williams yang menggunakan mesin Renault. Hal ini dapat terlihat ketika Prost memenangkan gelar juara dunia Formula Satu musim 1993 dengan selisih 26 poin dengan Senna yang berada di posisi kedua. Mereka pun telah memperbaiki hubungan keduanya yang dapat terlihat Senna mengangkat tangan Prost ketika balapan terakhir dalam karir Prost pada Australian Grand Prix yang diselenggarakan pada 7 November 1993 di sirkuit Adelaide.  

Gambar 2. Mclaren MP4/8, Mobil yang digunakan Senna untuk meraih kemenangan terakhirnya pada 1993 Australian Grand Prix. (Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/59/Senna93Mclaren.jpg)

Setelah memenangkan juara dunia keempatnya, Prost memutuskan untuk pensiun dari Formula Satu. Hal ini menjadikan kursi balap yang ditinggalkannya di Williams. Mereka kemudian memilih Senna untuk menggantikan Prost yang dinilai memiliki kemampuan untuk mendominasi Formula Satu pada musim-musim berikutnya. Namun, keputusan ini berakhir tragis ketika Senna terbunuh di dalam kecelakaan di saat sedang memimpin balapan San Marino Grand Prix yang diselenggarakan pada 1 Mei 1994 di sirkuit Autodromo Enzo e Dino Ferrari yang berlokasi di Imola, Italia.   

Daftar Sumber

Folley, Malcolm. 2009. Senna Versus Prost: The Story of the Most Deadly Rivalry in Formula One. London: Random House UK.

Rubython, Tom dan Keith Sutton. 2004. The Life of Senna: The Biography of Ayrton Senna. London: BusinessF1 Books. 

Walker, Murray. 2002. Murray Walker: Unless I’m Very Much Mistaken. London: Harper Collins Publishers.

Williams, Richard. 2010. The Death of Ayrton Senna. London: Penguin Books.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts