Sejarah Propaganda Nazi Jerman Melalui Film Titanic

Bagi penikmat film romantis pasti sudah tidak asing lagi dengan film Titanic. Film yang disutradarai oleh James Cameron pada tahun 1997 dan dibintangi oleh Leonardo Dicaprio dan Kate Winslet merupakan film yang dianggap film terbaik sepanjang masa. Tragedi kapal Titanic yang terjadi bertahun-tahun lalu, bukan saja digambarkan sebagai tragedi yang mengenaskan digambarkan sedemikian romantis oleh James Cameron.

Oleh Dimas Sigit Cahyokusumo

Begitu terkenalnya kapal Titanic, sampai-sampai telah banyak orang yang terinspirasi untuk mengisahkannya, termasuk yang dilakukan oleh pihak Nazi Jerman. Berbeda dengan James Cameron yang mengisahkan Titanic secara romantis dengan tujuan menghibur, pihak Nazi Jerman justru mengisahkannya untuk tujuan propaganda. Hal itu sebagaimana yang dikisahkan oleh Robert P. Watson di dalam bukunya berjudul, Nazi Titanic (Mengungkapkan Misteri Mega Proyek Hitler). Buku yang diterbitkan oleh penerbit Genesis pada tahun 2021 ini terdiri dari 417 halaman yang menceritakan bagaimana pihak Nazi dalam membuat film Titanic serta akhir dari kapal Cap Arcona yang menjadi prototipe kapal Titanic. 

Film Titanic dan Propaganda Nazi Jerman

Pada awalnya film adalah hiburan bagi kelas bawah di perkotaan, dengan cepat film mampu menembus batas-batas kelas dan menjangkau kelas yang lebih luas. Kemampuan film yang dapat menjangkau banyak segmen sosial kemudian menyadarkan para ahli bahwa film memiliki potensi untuk memengaruhi khalayak banyak. Dalam perspektif Marxis, film sebagai institusi sosial dianggap memiliki aspek ekonomis sekaligus ideologis (Irawanto, 2017). 

Oleh karena itu, tak heran bila pihak Nazi sangat berambisi membuat film untuk tujuan propaganda. Seperti diketahui bersama, pada dasarnya setiap partai politik atau kekuasaan dalam melakukan kampanye dan menyebarkan berbagai paham serta ideologi tidak lepas dari propaganda. Propaganda sendiri memiliki pengertian sebagai penyebarluasan doktrin secara terorganisir, yang memiliki tujuan untuk menyebarkan sekumpulan informasi yang benar, palsu, atau salah (Purba, 2021). 

Di awal berkuasanya partai Nazi, Adolf Hitler melalui menteri propagandanya Joseph Goebbels selalu membangun atau meminta dukungan dunia internasional untuk mengakui eksistensi partai Nazi. Mereka berdua selalu memandang bahwa propaganda merupakan senjata politik yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai partai. Oleh karena itu, dibuatlah beberapa hal terkait penyebaran informasi tersebut, salah satunya melalui film. 

Dibandingkan sarana propaganda atau ekspresi budaya lainnya, film merupakan media yang paling memikat Hitler dan Goebbels. Sebab bagi Nazi, film merupakan cara yang sangat penting untuk menggerakkan khalayak dan menyampaikan gagasan. Setidaknya ada beberapa film propaganda yang telah dibuat oleh pihak Nazi seperti Derewige Jude dirilis pada tahun 1940, sebuah film mengenai ancaman Yahudi. Kemudian film Jud Suss, sebuah film mengenai kekejaman Yahudi dan film berjudul Titanic

Sumber Gambar https://nationalgeographic.grid.id/read/133169092/film-titanic-versi-nazi-jerman-berisi-propaganda-melawan-inggris?page=all

Film Titanic versi Nazi sendiri berangkat dari perintah Hitler yang menugasi Goebbels untuk membuka front propaganda untuk melawan Inggris. Adapun bentuknya berupa film bergenre laga dan drama yang terinspirasi dari tenggelamnya kapal Titanic. Inspirasi yang diambil dari kisah tenggelamnya kapal Titanic ini bukan tanpa alasan, sebab Hitler melihat ada nilai propaganda di dalamnya seperti pembuatan kapal yang besar dan peningkatan produksi kapal di Jerman empat kali lipat selama rezim Hitler. 

Hal ini menunjukkan bahwa di bawah kepemimpinan Hitler, Jerman bisa maju dengan pesat pasca perang dunia I. Dalam membuat film ini, Goebbels atau pihak Nazi telah menggelontorkan anggaran empat juta Reichsmark setara dengan (Rp 2,8 triliun). Untuk memenuhi ambisi pihak Nazi, film ini pun dibuat sedemikian baik. Termasuk permintaan syuting yang memakan waktu 87 hari. Adapun sutradara dalam film ini adalah Herbert Selpin. Pemilihan pihak Nazi terhadap Selpin sebagai sutradara dikarenakan Selpin berbakat dan telah banyak membuat film laga dengan tokoh-tokoh yang heroik dan berjiwa petualang. Inilah yang diinginkan dan dibutuhkan oleh Nazi dan Joseph Goebbels  (Watson, 2021). 

Baca Juga :   Arsitektur dan Peninggalan Bangunan di Era Nazi Jerman

Semua set megah dibangun di Berlin, tempat dimulainya pengambilan gambar pada awal 1942. Bahkan untuk mengisi para pemeran dalam film ini pihak Nazi sampai menarik tentaranya dari medan perang untuk mengisi peran figuran dan menampilkan beberapa bintang film paling terkenal di Jerman, yakni Sybila Schmidt. Adapun tema dan isi utama Titanic versi Nazi ini, sebagaimana dijelaskan oleh Robert P. Watson untuk menampilkan sebagai “bencana nasional yang sangat memalukan Inggris”.

Rencana ini bisa tercapai dengan menonjolkan Titanic sebagai “kisah tentang ketololan, kisah tentang kepengecutan, dan kisah tentang ketamakan pihak Inggris”. Kecelakaan film Titanic digambarkan sebagai kisah keserakahan perusahaan Inggris pemilik Titanic, yang mengabaikan upaya satu-satunya anggota kru Jerman untuk memperlambat kapal saat melintasi perairan Atlantik Utara yang penuh es (Duarte, 2023). Pada akhirnya tragedi ini mencerminkan kerakusan pihak Inggris untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu, film Titanic versi Nazi ini juga ingin menunjukkan keunggulan Jerman terhadap Hollywood dan membantu Nazi memenangi perang dunia II. 

Pada akhirnya film Titanic versi Nazi dipertontonkan secara terbatas, setelah Goebbels mengesahkan distribusinya di luar Jerman. Diliris oleh Tobis Productions untuk UFA Films pada 1943, film ini pertama kali ditampilkan di Praha dan kemudian di wilayah jajahan Jerman lainnya, diikuti Swiss, Swedia, Finlandia, Yunani, Spanyol, dan Belgia. Film ini mencetak rekor terlaris dan akhirnya ditayangkan bagi umum untuk pertama kalinya di Paris pada 24 September 1943 (Watson, 2021). 

Di Indonesia sendiri, selama era Orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Banyak sekali film-film yang bertemakan propaganda seperti Enam Djam di Jogja, Janur Kuning, dan Serangan Fajar. Namun berbeda dengan pihak Nazi yang membuat film propaganda dengan tujuan untuk perang. Orde Baru membuat film untuk mencitrakan hegemoni militer terhadap warga sipil. 

Referensi

Duarte, F. (2023, Januari 7). ‘Titanic versi Nazi, Film Propaganda Termahal yang Berujung Pada Tragedi. Retrieved from bbc.com.

Irawanto, B. (2017). Film, Ideologi, dan Militer (Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Jalan Baru.

Purba, B. (2021). Pengantar Ilmu Komunikasi. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Watson, R. (2021). Nazi Titanic (Mengungkap Misteri Mega Proyek Hitler). Jakarta: Penerbit Genesis.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts