Sejarah Kemunculan Superhero dalam Komik

Bukan hanya sebagai media propaganda saja, tapi lebih dari itu, karakter-karakter superhero telah berjasa dalam merepresentasikan banyak kelompok masyarakat sepanjang sejarahnya.

Oleh Hanna Azzahra

Oh tidak! Ada kebakaran di gedung itu, dan seorang anak kecil terjebak di dalam sana! Tapi jangan khawatir, Superman datang untuk menyelamatkan hari! 

Gawat, bank kota dirampok oleh sekelompok perampok jahat! Tapi untung ada Batman yang dengan sigap datang menangkap para perampok itu!

Sepertinya dunia terlihat menjadi sebuah tempat yang lebih indah dan aman selama ada superhero berkeliaran di antara kita. Melalui bantuan mereka, kita tidak perlu khawatir akan adanya mara bahaya dalam bentuk apapun, mulai dari kebakaran gedung sampai perampokan bank sekalipun. 

Kisah-kisah superhero ini memberikan kita sebuah perasaan aman, dan tanpa sadar mungkin telah menumbuhkan kepercayaan kita tentang adanya orang-orang baik yang siap menyelamatkan hari di dunia ini. Namun sebenarnya, sejak kapan  karakter-karakter pahlawan yang kita kenal dengan istilah superhero ini muncul di tengah-tengah budaya populer masyarakat? Lalu, apa dampaknya bagi perkembangan budaya manusia?

Kelahiran pahlawan super

Di tengah-tengah kemelut Perang Dunia dan krisis kemanusiaan global, muncullah sesosok pahlawan super yang mampu menyelamatkan hari. Perawakannya yang berbadan tegap, tinggi, berotot, dan memiliki kemampuan untuk terbang, menyorot sinar laser dari matanya—serta tidak ketinggalan kekuatan super di luar kemampuan manusia biasa—membuat orang-orang terpukau akan karakter tersebut. Itulah yang menjadi awal mula kemunculan Superman, karakter pahlawan super pertama yang muncul dalam buku komik Action Comics #1 tahun 1938 di Amerika Serikat.

Kelahiran Superman, karakter yang diciptakan oleh Jerry Siegel dan Joe Shuster ini lantas menandai kelahiran sebuah genre baru dalam ranah buku komik modern, yaitu munculnya kisah-kisah heroik pahlawan super. Tidak lama setelah kemunculan perdananya, lahir pula karakter-karakter pahlawan super di buku komik lainnya yang sampai saat ini sangat akrab di telinga masyarakat awam, khususnya penggemar budaya populer, seperti Batman, Wonder Woman, Spider-Man, dan Captain America.

Sudah jelas bahwa kelahiran karakter-karakter dengan kekuatan super ini bukan tanpa alasan. Selain menunjukkan perkembangan kreativitas masyarakat pada saat itu melalui serangkaian kisah-kisah heroik mengenai perjalanan pahlawan super serta perkembangan seni buku komik, karakter-karakter pahlawan super juga lahir karena alasan lain—yaitu harapan. 

Pada saat kelahirannya di periode 1930-1940-an, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, dunia dihadapi oleh krisis peperangan yang besar. Perang Dunia II telah merenggut harapan untuk sebuah kehidupan yang aman bagi banyak orang—atau setidaknya begitu di daratan Amerika Serikat sana. Mereka mendambakan sebuah dunia yang aman tanpa adanya perang, torang-orang jahat, serta kehadiran sosok maha kuat yang mampu mengalahkan penjahat hanya dengan sekali pukulan.

Belum lagi peristiwa pemboman Pearl Harbor oleh pasukan Jepang pada 1945, menambah daftar panjang alasan bagi Amerika Serikat untuk mewujudkan sebuah dunia yang damai tanpa adanya kekerasaan. Namun peristiwa itu juga yang pada akhirnya memunculkan stereotip tokoh-tokoh penjahat dalam buku komik yang berasal dari Asia atau Jerman, dua musuh utama Sekutu pada masa Perang Dunia II.

Hal tersebut pada akhirnya bak menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi, orang-orang Amerika yang membaca buku komik mengenai pahlawan super yang berhasil mengalahkan musuh dan menyelamatkan dunia merasa jauh lebih optimis dalam menyongsong masa depan yang cerah dan damai. Namun di sisi lain, mereka juga tanpa sadar menumbuhkan stereotip jelek terhadap orang-orang yang berbeda dengan mereka seperti orang-orang berkulit hitam, orang-orang Asia, atau orang-orang yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama mereka. 

Baca Juga :   Kudeta Guatemala 1954: Antara Intrik Perang Dingin dan Monopoli Perusahaan Buah
Representasi, Pahlawan Super, dan Buku Komik

Melihat sejarah kemunculannya serta peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya, tampaknya kita bisa menarik spekulasi bahwa karakter pahlawan super dan buku komik dapat dijadikan sebagai sebuah media propaganda oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Namun apakah sampai di situ saja fungsi karakter pahlawan super dan buku komik? 

Tentu saja tidak. Lebih dari itu, seiring dengan berjalannya waktu, karakter pahlawan super dan buku komik juga dimanfaatkan sebagai sebuah media representasi yang baik—jika tidak cukup ampuh, dan memberikan pengaruh yang besar bagi budaya populer. Hal ini didasari oleh fakta bahwa seiring dengan perkembangan zaman, minat baca masyarakat Amerika semakin meningkat. Otomatis target pasar buku komik pun semakin luas dan tidak bergantung di orang-orang Amerika saja, tapi juga merambah ke orang-orang keturunan Afrika-Amerika dan kelompok imigran di Amerika. Pada titik ini, stereotip akan tokoh-tokoh penjahat yang menjadi musuh pahlawan super dalam buku komik sudah harus mulai ditinggalkan.

Oleh karena itu, kreator tokoh pahlawan super dan buku komik beradaptasi dengan zaman dan mulai memanfaatkan kisah-kisah heroik itu sebagai sebuah bentuk representasi. Hal ini diwujudkan oleh Orrin Cromwell Evans, seorang jurnalis berkebangsaan Afrika-Amerika yang menciptakan karakter pahlawan super kulit hitam pertama di industri buku komik Amerika Serikat pada 1947, yaitu Lion Man.

Melalui label penerbit komik indepen All-Negro Comics, Inc. yang ia bangun bersama Harry T. Saylor dan Bill Driscoll, Evans menciptakan sebuah media yang bertujuan untuk merepresentasikan kisah dan budaya Afrika dalam balutan yang lebih modern. Sekalipun seri komik dan pahlawan super ini menuai kecaman dari beberapa pihak—yang kebanyakan adalah orang-orang kulit putih, sebenarnya, yang tidak menyukai narasi di mana karakter kulit putih ditempatkan sebagai tokoh antagonis dalam komik tersebut, kelahiran karakter pahlawan super Lion Man berkontribusi dalam membuka peluang bagi banyaknya karakter pahlawan super Afrika-Amerika lainnya. 

Selain merepresentasikan kelompok etnis, karakter pahlawan super dalam buku komik juga dapat merepresentasikan kelompok agama tertentu. Misalnya pada tahun 1944, Bomber Comics America memperkenalkan sebuah tokoh pahlawan super beragama Islam pertama bernama Kismet yang dikisahkan memiliki kekuatan untuk melihat masa depan dan berjasa dalam menumpas Nazi. Sekalipun hanya muncul dalam empat isu komik sama seperti Lion Man, Kismet juga berjasa dalam membuka begitu banyak peluang bagi representasi Muslim lainnya di genre pahlawan super dalam buku komik.

Beranjak dari representasi etnis dan agama, pahlawan super dalam buku komik juga menjadi media yang tepat untuk merepresentasikan kelompok-kelompok yang kerap termarjinalkan dalam masyarakat. Misalnya pada 1941, penerbit DC Comics memperkenalkan Doctor Mid-Nite sebagai pahlawan super penyandang disabilitas pertama. Memasuki dekade 70-80an, semakin banyak kreator komik yang berani untuk merepresentasikan kelompok-kelompok ini di dalam kisah-kisah pahlawan super mereka. Contohnya Marvel Comics yang memperkenalkan karakter Northstar sebagai pahlawan super LGBT pertama pada 1979. 

Dengan demikian, karakter-karakter pahlawan super dalam buku komik telah memberikan kita pengalaman-pengalaman unik dalam mengeksplorasi kisah-kisah fantasi yang menarik; mulai dari cerita tentang alien, kekuatan super di luar nalar, sihir, hingga peperangan melawan Nazi. Namun pada dasarnya, karakter pahlawan super ini lahir dari imajinasi manusia mengenai sebuah dunia yang tampaknya utopis, sebuah dunia tanpa kekerasan, sebuah dunia yang damai, dan sebuah dunia yang aman. Kehadiran karakter-karakter pahlawan super dalam buku komik lantas memainkan peranan penting dalam perkembangan budaya populer dunia. Bukan hanya sebagai media propaganda saja, tapi lebih dari itu, karakter-karakter superhero telah berjasa dalam merepresentasikan banyak kelompok masyarakat sepanjang sejarahnya.   

Baca Juga :   Sejarah Singkat Aplikasi Tik Tok dan Pemanfaatannya dalam Pembelajaran Sastra
Referensi:

Buku

Darowski, J. J. (2002). The Superhero Narrative and the Graphic Novel. In J. J. Darowski, Critical Insight (pp. 1-16). Salem Press.

Fingeroth, D. (2004). Superman on the Couch: What Superheroes Really Tell Us about Ourselves and Our Society. New York: Continuum.

Muir, J. K. (2008). The encyclopedia of superheroes on film and television. New York: McFarland Publishers.

Nevins, J. (2017). The Evolution of The Costumed Avenger: The 4,000- Year History of the Superhero. California: Praeger.

Robb, B. J. (2014). A BRIEF HISTORY OF SUPERHEROES. London: Robinson.

Artikel Website

Gooden, T. (2022, February 3). THE BRIEF HISTORY OF LION MAN, THE FIRST BLACK SUPERHERO. Retrieved from Nerdist: https://nerdist.com/article/history-of-lion-man-first-black-superhero-all-negro-comics-orrin-evans/

GQ. (2021, February 21). Meet Kismet, The First-Ever Muslim Superhero. Retrieved from GQ: https://www.gqmiddleeast.com/culture/the-first-muslim-superhero

Hawkins, K. (2014, June 24). With great power comes great disability. Retrieved from BBC: https://www.bbc.com/news/blogs-ouch-27883836

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

(1) Komentar

  1. sankyo menulis:

    Betul juga, mereka lahir karena harapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts