Secangkir Kehangatan Wedang Rempah dari Balik Dapur

Ketika mendengarkan kata “dapur”, hal yang terbersit dalam pikiran manusia adalah memasak, kompor, dan makanan. Tentu pikiran dan mulut akan dimanjakan oleh sajian makanan yang lezat dari dapur. Namun, selain berbicara perihal makanan, dapur ternyata menyimpan “kekayaan intelektual” yang luar biasa. “Kekayaan” inilah yang akan memperluas khazanah pemikiran manusia. Adapun “kekayaan” tersebut adalah rempah.  

Oleh Maria Dominika Tyas Kinasih

Menurut laman indoagropedia.pertanian.go.id, rempah merupakan bagian tumbuhan yang beraroma kuat yang digunakan sebagai perasa dalam makanan (Kementerian Pertanian RI, 2017). Rempah-rempah dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, manusia selalu memanfaatkan rempah sebagai bumbu dalam olahan masakan mereka. Tanpa rempah, masakan ataupun makanan akan terasa hambar, karena rempah memiliki aroma kuat sebagai perasa makanan. 

Berbicara soal rempah selain di dapur, ternyata rempah memiliki kaitan yang erat dengan jalur perdagangan. Sejak tahun 500 SM, jaringan perdagangan yang terjalin antara Asia dengan Laut Tengah telah dilakukan melalui jalur darat (Burger, 1962). Namun, seiring berjalannya waktu, perdagangan dilakukan melalui jalur laut. Semua berawal dari Tiongkok menuju Nusantara, kemudian melalui selat Malaka ke India, dan selanjutnya ke Laut Tengah melewati dua jalur, yakni teluk Persia melalui Suriah ke laut Tengah dan laut Merah melalui Mesir hingga tiba di laut Tengah. Adapun barang yang diperdagangkan di antaranya kain, peralatan rumah tangga, rempah-rempah, dan sebagainya (Dick-Read 2005: 43). 

Dari dua jalur di atas, dapat diketahui bahwa rempah-rempah ternyata menjadi komoditas penting sejak dahulu. Di kerajaan-kerajaan di Nusantara, berbagai rempah diperdagangkan, salah satunya di kerajaan Sriwijaya. Menurut Poesponegoro dan Notosusanto (1993: 67) dan Munoz (2009: 199) dalam buku Sejarah Maritim Indonesia karya Abd. Rahman Hamid, terdapat barang dagangan kerajaan Sriwijaya yakni cengkeh, kapur barus, dan pala. Selain melakukan ekspor rempah, Sriwijaya juga mengendalikan pala dan cengkeh dari Maluku. Hal ini menyatakan bahwa Sriwijaya menjadi salah satu pasar rempah-rempah di Nusantara. 

Selain di Sriwijaya, kerajaan di Nusantara lainnya yang memperdagangkan rempah adalah Malaka. Dalam buku Sejarah Maritim Indonesia karya Abd. Rahman Hamid, Tome Pires yang pernah menetap di Malaka (1512-1515) memaparkan 10 jalur perdagangan yang menghubungkan dan dihubungkan oleh Malaka pada abad ke-16 (Rahman, 2018: 87). Dalam jalur perdagangan di Malaka, terdapat rempah yang diperdagangkan. Adapun 10 jalur perdagangan di Malaka pada abad ke-16 menurut Tome Pires adalah sebagai berikut: 1) Malaka-pantai timur Sumatera; 2) Malaka-Sunda (Jawa Barat); 3) Malaka – Jawa Tengah dan Jawa Timur; 4) Jawa Barat-pantai barat Sumatra; 5) Jawa Tengah dan Jawa Timur; 6) Jawa-Bali, Lombok, dan Sumbawa; 7) Bali, Lombok, Sumbawa-Timor; 8) Timor, Sumba-Maluku; 9) Jawa dan Malaka-Kalimantan Selatan; dan 10) Sulawesi Selatan-Malaka, Jawa Barat, Brunei, Siam, Semenanjung Malaya. Adapun rempah yang diperdagangkan seperti: lada, asam jawa, pala, dan bunga pala (Hamid, 2018: 87-89). 

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa rempah-rempah telah meraja di berbagai daerah di wilayah Nusantara. Menurut Hendriyanto dalam laman ditpsd.kemdikbud.go.id, di Indonesia terdapat beragam jenis rempah, sebut saja: kunyit, jahe, cengkeh, secang, kemiri, dan rempah lainnya. Rempah-rempah tersebut memiliki manfaat salah satunya sebagai bahan dalam membuat minuman. 

Menurut Nursetiawati dalam laman idntimes.com, di Indonesia, terdapat berbagai minuman yang menggunakan bahan dasar rempah, seperti wedang uwuh, wedang jahe, wedang ronde, dan sebagainya. Cuaca yang tidak menentu, seperti ketika siang hari terasa panas, tetapi menjelang sore, langit menjadi mendung dan malamnya, terjadi hujan mendorong manusia untuk menghangatkan tubuh. Salah satunya adalah dengan membuat minuman rempah atau yang dikenal dengan wedang rempah. 

Berbicara tentang wedang, kata wedang berasal dari bahasa Jawa yang berarti minuman. Wedang rempah dibuat dengan bahan dasar rempah-rempah lokal seperti jahe, kayu manis, secang, kunyit, kencur, dan rempah lainnya. Adapun proses pembuatan wedang rempah tersebut mudah dan sederhana. Bahan rempah yang digunakan sebaiknya dipotong-potong, lalu dicuci terlebih dahulu. Setelah dicuci, rempah tersebut direbus hingga mendidih, lalu disaring. Hasil saringan rempah tersebut dapat diminum secara langsung atau dipadukan dengan bahan lainnya sesuai selera, seperti madu ataupun susu. 

Baca Juga :   Menelisik Sejarah Rempah-Rempah di Kabupaten Banjar

Salah satu wedang rempah yang mudah dibuat adalah wedang jahe. Cara pembuatannya sama dengan proses di atas. Wedang jahe yang telah tersedia, dapat diminum secara langsung atau dipadukan dengan madu dan susu. Wedang jahe sangat baik untuk diminum ketika cuaca dingin. Adapun manfaat wedang jahe bagi kesehatan menurut Indriani dalam laman mediakom.kemenkes.go.id adalah meningkatkan daya tahan tubuh, mengurangi mual dan muntah, mengatasi flu, meredakan nyeri dan sakit, dan melegakan tenggorokan (Indriani, 2019). 

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa minuman rumahan, seperti wedang rempah ternyata mengandung khazanah pengetahuan yang luar biasa. Secara tidak langsung, kita telah menghidupkan literasi rempah dalam kehidupan sehari-hari. Rempah-rempah yang sejak dahulu menjadi komoditas perdagangan di Nusantara, ternyata masih dimanfaatkan sampai saat ini. Salah satunya adalah sebagai bahan untuk membuat minuman rumahan. Dengan demikian, kebiasaan membuat dan meminum wedang rempah di rumah perlu dilakukan secara berkelanjutan, agar pengetahuan tentang rempah senantiasa dapat terjaga. 

Referensi

Burger, D.H. 1962. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia Jilid 1. Disadur dan disesuaikan oleh Prajudi Atmosudirjo. Djakarta: Pradnyaparamita

Dick-Read, Robert. 2008. Penjelajah Bahari; Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika. Diterjemahkan oleh Edrijani Aswaldi. Bandung: Mizan

Hamid, Abd. Rahman. 2018. Sejarah Maritim Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Indriana, Nani. 2019. Wedang Jahe, Hangat Dan Berkhasiat. https://mediakom.kemkes.go.id/2019/11/wedang-jahe-hangat-dan-berkhasiat/  diakses pada Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 22.00 WIB

Kementerian Pertanian RI. 2017. Rempah-rempah.  http://indoagropedia.pertanian.go.id/books/rempah-rempah diakses pada Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 19.21 WIB

Hendriyanto. 2021. Menumbuhkan Cinta Tanah Air Melalui Literasi Rempah Indonesia. https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/menumbuhkan-cinta-tanah-air-melalui-literasi-rempah-indonesia#:~:text=Di%20Indonesia%20ada%20sekitar%2025,%2C%20kemukus%2C%20secang%20dan%20kemiri diakses pada Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 21.23 WIB

Nursetiawati, Ineu. 2020. Selain Jamu, Ini 10 Minuman Tradisional Berbahan Rempah-rempah.  https://www.idntimes.com/food/diet/ineu-nursetiawati/10-minuman-tradisional-berbahan-rempah-rempah-c1c2?page=all diakses pada Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 21.42 WIB

Sumber gambar: 

Silviarita. 2016. https://pixabay.com/id/photos/lemon-jahe-jeruk-salju-panas-1918082/ diakses pada Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 23.29 WIB dengan ukuran gambar diubah menjadi 1280 px x 720 px melalui laman https://www.img2go.com/id/ubah-ukuran-gambar

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts