Sanguo Shidai; Perang Saudara di Tanah Tiongkok

Penduduk dunia melihat Tiongkok sebagai sebuah negara yang dipimpin oleh rezim yang otoriter. Otoritarian menampilkan sebuah sistem pemerintahan yang keji dan tidak pandang bulu. Hal ini membuat pemimpin rezim dapat menundukkan rakyat yang diperintahnya. Pihak-pihak tertentu dapat saling merebut kursi kekuasaan jika pemimpin tersebut tidak memiliki kapabilitas dalam memimpin wilayahnya. Hal ini terjadi pada Dinasti Han yang memerintah Tiongkok pada abad ke-3 M. Banyak panglima perang yang berusaha untuk mendekati Kaisar agar mendapatkan kekuasaan. Lantas mengapa hal ini dapat terjadi?

Oleh : Muhammad Dicky Syaifudin

Masa Tiga Kerajaan atau yang sering disebut Sanguo Shidai merupakan periode perebutan kekuasaan Tiongkok yang terjadi antara tahun 220 M sampai 280 M. Perebutan kekuasaan ini melibatkan tiga kubu yaitui Cao Wei, Shu Han dan Dong Wu. Konflik ini dilatarbelakangi oleh kemunduran Dinasti Han pasca kematian Kaiser He pada 105 M.

Kemunduran yang dialami Dinasti Han mulai terlihat ketika meletusnya Pemberontakan Serban Kuning pada 184 M yang dipimpin oleh Zhang Jiao.  Zhang Jiao adalah seorang pemimpin sekte Taoist bernama Taiping Dao. Selain menyebabkan banyaknya korban material dan jiwa, munculnya pemberontakan ini menyebabkan para pemimpin militer lokal mulai tidak patuh dengan pemerintah pusat dan mulai memerintah wilayahnya dengan kebijakannya sendiri. Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Han.

Masa tiga kerajaan dimulai pada tanggal 11 Desember 220 M ketika Kaisar terakhir dari Dinasti Han yaitu Kaisar Xian memutuskan untuk memberikan tahtanya kepada Cao Pi. Selama kepemimpinannya, Kaisar Xian hanya berperan sebagai boneka. Penyerahan takhta ini menandakan berakhirnya kekuasaan Dinasti Han di tanah Tiongkok. Cao Pi yang menggunakan kesempatan ini untuk mendeklarasikan berdirinya kerajaan Cao Wei. Kerajaan ini memilih kota Xuchang yang sebelumnya berfungsi sebagai ibu kota rezim Kaisar Xian sebagai ibu kota kerajaan. Cao Pi sendiri merupakan anak dari Cao Cao yang merupakan salah satu penguasa lokal yang naik daun setelah selesainya Pemberontakan Sorban Kuning serta menjabat sebagai perdana menteri pada rezim Kaisar Xian.

Deklarasi pendirian kerajaan ini memunculkan ketidakpuasan pada dua kelompok kuat yang ada di Tiongkok pada masa itu. Dua kelompok tersebut adalah Shu Han yang dipimpin oleh Liu Bei dan Dong Wu yang dipimpin oleh Sun Quan. Liu Bei merupakan kerabat jauh dari Kaisar Xian. Dia berambisi untuk mengembalikan Dinasti Han ke masa jayanya. Hal ini menjadi alasan Liu Bei untuk memproklamirkan dirinya sebagai Emperor of Han dan mendirikan kerajaan Shu Han pada tanggal 15 Mei 221 M. Sementara itu, Dong Wu pimpinan Sun Quan merupakan wilayah yang telah dimiliki oleh klan Sun. Berbeda dengan dua kerajaan sebelumnya, Dong Wu pada awalnya tidak mendeklarasikan pendirian kerajaan mereka. Kerajaan mereka hanya mendapat pengakuan secara de facto. Mereka baru mendeklarasikan berdirinya kerajaan Dong Wu pada 229 M. Keberadaan tiga kerajaan ini membuat wilayah Tiongkok terbelah menjadi tiga.

  Pendiri Kerajaan Shu Han, Liu Bei, hanya memerintah sebagai kaisar selama tiga tahun. Dia meninggal pada 223 M di Kastil Baidi setelah mengalami kekalahan melawan Wu pada Pertempuran Xiaoting pada 222 M. Pertempuran ini dilatarbelakangi oleh pengkhianatan yang dilakukan oleh Wu yang beraliansi dengan Wei serta membunuh Guan Yu yang sudah dianggap seperti saudara oleh Liu Bei. Kematian ini membuat anak Liu Bei yaitu Liu Shan diangkat sebagai kaisar Shu Han pada Juni 223 M.

Baca Juga :   Legalisme Han Fei dengan Kerajaan Qin Serta Filosofi Pemerintahan Tiongkok  
Gambar 1. Ilustrasi Wajah dari Regent pertama kerajaan Shu Han, Zhuge Liang. ( Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/da/%E8%9C%80%E6%B1%89%E4%B8%9E%E7%9B%B8%E5%BF%A0%E6%AD%A6%E4%BE%AF%E8%AF%B8%E8%91%9B%E4%BA%AE.jpg )

 Selama rezim pemerintahannya, Liu Shan meluncurkan kampanye militer untuk menjatuhkan Wei. Liu Shan juga memperbaiki hubungan dengan Wu agar konsentrasi kerajaan tidak terpecah. Liu Shan mempercayakan urusan kenegaraan kepada Zhuge Liang yang menjabat sebagai regent. Kampanye militer melawan Wei yang disebut Northern Expeditions dilakukan sebanyak lima kali dengan rentang waktu antara Februari 228 M sampai Oktober 234 M. Meskipun berhasil empat dari lima pertempuran yang terjadi, Shu tidak berhasil untuk melenyapkan Wei. 

 Wu yang merupakan sekutu dari Shu juga ikut membantu dalam upaya melenyapkan Wei. Selama Northern Expeditions, Wu berperan untuk menjaga lini pertahanan di wilayah Hefei. Wilayah ini sering diserang oleh Wei untuk mendobrak lini pertahanan ini. Banyaknya pertempuran yang terjadi memaksakan penduduk di wilayah tersebut bermigrasi ke wilayah selatan sungai Yangtze. Namun, Wei tidak berhasil menjebol lini pertahanan ini. Hal ini disebabkan oleh pembangunan benteng-benteng pertahanan oleh Wu seperti benteng pertahanan Ruxu. 

Gambar 2. Wilayah yang dikuasai oleh Tiga Kerajaan di Cina pada 262 M. (Sumber:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7b/Three_Kingdoms.png)

  Kekuatan Shu mulai melemah ketika Zhuge Liang meninggal pada 234 M. Para tokoh yang menggantikannya sebagai regent, seperti Jiang Wan, Fei Yi dan Dong Yun, kurang mahir dalam menjalankan tugasnya. Munculnya fraksi kasim yang dipimpin Huang Hao pada 258 M serta merajalelanya korupsi juga melemahkan kerajaan Shu. Kondisi ini dimanfaatkan Wei untuk menyerang Shu pada 263 M. Pada tahun yang sama Wei berhasil merebut ibukota Shu yang berada di Chengdu. Kekalahan ini membuat Liu Shan menyatakan berakhirnya kerajaan Shu.  

  Meskipun secara sekilas Wei terlihat berada diposisi yang kuat, kerajaan ini juga mengalami konflik internal. Konflik ini muncul pada tahun 230-an M. Konflik terjadi antara klan Cao dan klan Sima yang berdebat mengenai penerus tahta. Penguasa Wei pada saat itu, Cao Shuang, tidak suka dengan kekuatan serta lahan kekuasaan yang dimiliki oleh klan Sima pimpinan Sima Yi. Konflik inilah pada akhirnya menyebabkan kejatuhan Wei ketika Raja Wei Cao Huan dipaksa untuk memberikan tahtanya kepada klan Sima yang dipimpin oleh cucu Sima Yi Sima Yan pada tahu 266 M. Hal ini juga menandakan lahirnya dinasti baru yang nantinya akan kembali menyatukan Cina, yakni Dinasti Jin.

  Dinasti Jin kemudian mengalihkan fokusnya untuk melenyapkan kerajaan yang tersisa dari masa Tiga Kerajaan yakni Dong Wu. Penyerangan ini dilakukan pada 279 M. Sima Yan melakukan lima kali serangan terhadap wilayah Wu yang berada di sepanjang Sungai Yangtze, dari Nanjing sampai Jiangling. Banyaknya tekanan yang ditimbulkan oleh serangan ini membuat pasukan Wu kalah serta ibukota Jianye jatuh pada tahun 280 M. Kekalahan ini menjadi tanda berakhirnya masa Tiga Kerajaan di Cina.

Daftar Sumber

Crespigny, Rafa de. (2018). Generals Of The South The Foundation And Early History Of The Three Kingdoms State Of Wu. Canberra: Australian National University, Faculty of Asian Studies.

Crespigny, Rafa de. (2007). A Biographical Dictionary of Later Han to the Three Kingdoms (23-220 AD). Leiden: Koninklijke Brill NV

Goodman, Howard L. (1998). Ts’ao P’i Transcendent: The Political Culture of Dynasty – Founding in China at the End of the Han. Washington: Scripta Serica.

Guanzhong, Luo dan Martin Palmer. (2018). The Romance of the Three Kingdoms. London: Penguin Books.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts