Saat Pandemi Influenza Tahun 1918-1919 Dapat Mengubah Dunia Melalui Pemahaman Sejarah

Jauh sebelum pandemi COVID-19 melanda dunia, virus dengan jenis influenza telah sempat melumpuhkan dunia kala itu. Di awal abad ke-19, pada masa akhir Perang Dunia I, virus Flu Spanyol menyebar ke seluruh penjuru dunia (Beach, Brian, dkk., 2020). Flu Spanyol menyebar mulai dari Benua Eropa, Amerika, Asia, Australia, dan yang terakhir Afrika. Hampir seluruh populasi umat manusia kala itu, terinfeksi virus tersebut. Tak heran bahwa Jeffery K. Taubenger (2006, hlm. 19) menyebut influenza 1918 sebagai The Mother of All Pandemics.

Oleh Tria Rosdiana

COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (Kementerian Kesehatan, 2020). Sedangkan Flu Spanyol atau Influenza 1918 merupakan sebuah pandemi yang disebabkan oleh virus Influenza tipe A dengan subtipe H1N1. Namun, keduanya masih sejenis Influenza. Jeffery K. Taubenger (2006) mengungkapkan bahwa pada tahun 1918 penyebab influenza dan kaitannya dengan Flu Burung maupun Flu Babi masih tidak diketahui. Maka dari itu, penyebaran virus ini pun semakin masif lagi kala itu, terlebih lagi fasilitas kesehatan belum memadai. Influenza 1918 ini terdiri dari tiga gelombang. Disebutkan bahwa gelombang kedua adalah gelombang terparah yang paling banyak memakan korban jiwa (Beach, Brian, dkk., 2020). Menurut Barro, Urs`ua dan Weng (2020) diperkirakan selama 1919-1920 terjadi 39 juta kematian di dunia dengan tingkat kematian rata-rata 2%.

Diperkirakan, Flu Spanyol ini bermula dari epidemi di negara Inggris yang dapat terselesaikan pada akhir tahun 1916, setelah itu terdapat kasus Influenza baru di Prancis pada tahun 1917. Hingga akhirnya beberapa ahli menuturkan bahwa pada tahun 1918 terdapat Influenza jenis baru yang menyebar di sekitaran Eropa (Cadbury, WM, 1919, hlm. 6).

Pada masa awal penemuan Influenza 1918, dunia masih disibukan dengan Perang Dunia I (Erkoreka, Anton. 2009). Kondisi ini menyebabkan sekitar 70 juta personel militer terdampak dan 9 juta kematian anggota militer (Beach, Brian, dkk., 2020). Sir Arthur Newsholme (1919) mengatakan bahwa meski belum diketahui jelas mengenai penyebab cepatnya penyebaran Influenza ini, namun tidak dapat diragukan lagi bahwa perang kala itu telah bertanggung jawab dalam meningkatnya penyebaran virus dengan skala besar. Oleh karena itu, keadaan dunia saat itu semakin kacau dengan ketidaksiapan untuk menghadapi penyakit ini. Terlebih lagi negara-negara terjajah dengan keterbatasan sumber daya yang mereka miliki, termasuk Hindia-Belanda (Indonesia) saat itu.

Tercatat bahwa kasus Flu Spanyol pertama kali muncul pada Mei 1918. Saat itu, perhatian pemerintah dari negara-negara besar masih terfokus pada Perang Dunia I yang hampir mencapai klimaksnya alih-alih mulai menangani kasus penyakit baru ini. Maka dari itu, Sir Arthur (1919) mengatakan bahwa penanganan dari penyakit ini sangatlah kurang pada kala itu. Maka dari itu, mengambil pelajaran dari masa lalu, negara-negara industri dengan populasi tinggi sejak awal diumumkannya pandemi COVID-19 sudah melakukan aturan preventif sejak awal untuk menghadapi virus yang berasal dari Tiongkok ini.

Pada saat gelombang kedua Influenza 1918, barulah pemerintahan kala itu menyimpulkan bahwa virus ini semakin lama akan semakin parah melebihi serangan pada gelombang pertama. Maka, Public Health England langsung mempelajari Flu Spanyol dan menyusun rencana untuk menghadapi pandemi ini. Banyak upaya penanggulangan yang dilakukan secara langsung kala itu, salah satunya dengan adanya “Panduan Tertulis untuk Masyarakat” yang diterbitkan pada Juli 1918. Panduan ini berisikan anjuran orang-orang agar tetap di rumah dan menghindari aktivitas yang menyebabkan kerumunan. Namun, tanggapan masyarakat kala itu masih sangatlah minim. 

Baca Juga :   Kemunduran VOC pada Akhir Abad ke-18 (Studi Kasus di Jawa)

Diketahui bahwa saat pandemi Influenza 1918, pemerintah dari negara-negara besar belum melaksanakan penerapan lockdown di negaranya. Meskipun, pemerintahan Inggris dan New York telah menutup ruang-ruang publik yang tersedia, seperti ruang dansa dan bioskop. Jalanan kota pun ikut disemprot oleh disinfektan kala itu. Selain itu, perhelatan liga sepak bola Piala FA dibatalkan hanya karena adanya perang. Namun, pertandingan olahraga lain masih tetap dilaksanakan tanpa menerapkan aturan protokol kesehatan.

Kondisi dunia medis pada tahun 1918 kian memperparah keadaan dengan fasilitas dan obat-obatan mengenai Pneumonia dan penyakit sejenisnya yang belum ditemukan (Newsholme, A. 1919). Justru vaksin dan antibiotik baru pertama kali ditemukan pada tahun 1930 (Beach, Brian, dkk., 2020), jauh setelah terjadinya influenza 1918. Maka, protokol kesehatan pun semakin diperketat dengan diberlakukannya aturan untuk menggunakan masker anti-kuman. News of the World pada November 1918 pun ikut andil dengan menerbitkan berita yang berbunyi “Cuci hidung dengan sabun pada malam hari dan pagi hari, paksakan diri Anda untuk bersin pada malam dan pagi hari, lalu bernapaslah dalam-dalam. Jangan mengenakan selendang dan langsung pulang ke rumah selepas kerja, lalu santaplah bubur hangat”. Dengan itu, himbauan ini pun diterapkan kembali pada masa pandemi COVID-19 ini. Maka, dengan adanya Influenza 1918 telah mengubah pemahaman dunia mengenai penanganan suatu pandemi dan menjadikan fasilitas untuk menunjang kesehatan ditemukan. 

Oleh karena itu, terdapat kesamaan dengan keadaan saat ini dimana udara segar dianggap sebagai salah satu hal utama yang dapat melawan penyakit mematikan tersebut. Selain itu, berbagai kampanye untuk menolak konspirasi dan berita tak benar mengenai penyakit Influenza 1918 ini pun digalakan oleh instansi-instansi kesehatan agar tidak adanya berita bohong yang merugikan masyarakat saat itu. Meski pada pandemi COVID-19 pun berita bohong dan konspirasi masih tersebar luas di masyarakat, namun setidaknya instansi terkait telah menjelaskan yang sebenarnya. Maka dari itu, sejak 1918 kesadaran masyarakat akan berita bohong masih saja terus terjadi.

Maka dari itu, meski telah dilakukan kiat dan upaya penangan di berbagai negara, namun nampaknya virus ini lebih kuat dari yang telah dibayangkan sehingga dapat menginfeksi lebih dari 500 juta jiwa (Beach, Brian, dkk., 2020). Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa kesadaran isntansi terkait dengan masyarakatnya masih kurang pada saat itu (Sir Arthur, 1919). Tak menutup kemungkinan bahwa virus COVID-19 yang tengah mewabah raya pada saat ini adalah sebab-musabab dari adanya influenza 1918 pada dahulu kala yang penanganannya masih belum terselesaikan secara maksimal. Melansir dari analisa Brasil dan Inggris, mereka menyatakan bawa bayi-bayi yang lahir pada tahun 1918-1919 memiliki tubuh yang lebih pendek dan rentan penyakit jantung. Ketika pandemi 1918 mulai melandai dan lalu hilang, hampir semua orang yang pernah terinfeksi selamat. Tapi, bukan berarti jiwa yang selamat tersebut telah seratus persen pulih dari penyakit ini (Beach, Brian, dkk., 2020, hlm. 2).

Dengan dunia yang telah berubah setelah peristiwa Influenza 1918, tentu ilmu pengetahuan maupun teknologi di bidang kesehatan pun telah berkembang. Alat-alat kesehatan pada masa pandemi COVID-19 kini telah cukup memadai. 

Dengan perubahan itu, maka, peristiwa Influenza 1918 telah mengubah dunia. Banyak kerjasama dunia mengenai kesehatan mulai dilakukan seperti di Hindia-Belanda (Indonesia). Dikarenakan banyak dokter-dokter dari Eropa yang kewalahan dalam menangani Influenza 1918, maka banyak pula warga masyarakat, khususnya Pulau Jawa yang mengenyam pendidikan menjadi dokter untuk membantu menangani Flu Spanyol ini. Mulai munculah sebutan “mantri” bagi para dokter Jawa tersebut (Wibowo, Priyanto, dkk., 2009). Selain itu, kerjasama-kerjasama lain di bidang hubungan internasional pun dilakukan sejak pandemi 1918 (Tim BBC, 2020). Sejak saat inilah dunia telah berubah pasca pandemi Influenza 1918. Melalui contoh  ini, hubungan antara dua pandemi ini tak bisa dilepaskan begitu saja. Adanya COVID-19 ini sebagai salah satu pengingat kita untuk senantiasa melakukan pemahaman terhadap Sejarah agar bisa menghadapi peristiwa dengan pola serupa pada masa yang akan datang.

Baca Juga :   Perkembangan Perniagaan Bahan Rempah di Pulau Maluku

Referensi 

Alex W. Crosby. (2003). America’s Forgotten Pandemi: The Influenza of 1918. USA. Cambridge University Press.

Cadbury, Warder. (1919). The 1918 Pandemic of Influenza in Canton, China. Canton. Harvard University.

Frankel, Lee, dkk. (1919). Influenza Mortality among Wage Earners and Their Families. New York. Harvard University.

Wibowo, Priyanto, dkk. (2009). Yang Terlupakan: Sejarah Pandemi Influenza 1918 di Hindia Belanda. Depok. Universitas Indonesia.

Beach, Brian, dkk. (2020). The 1918 Influenza Pandemic and its Lessons for COVID-19. 1-74. doi: https://www.nber.org/papers/w27673 [1 Mei 2021]

Erkoreka, Anton. (2009). Origins of the Spanish Influenza pandemic (1918-1920) and its relation to the First World War, 3(2). 190-194. doi: http://creativecommons.org/licenses/by-nc/2.0/uk/ [2 Mei 2021]

Newsholme, A. (1919). The Royal Society od Medicine. 1-18. [online]. doi: https://doi.org/10.1177/003591571901200502 [1 Mei 2021]

Nuraeni, Susi. (2013). Peran KPUD dalam Pemilihan Umum Di Kabupaken Sumedang Tahun 1999-2009. 32-50. [online]. doi: http://respository.upi.edu

Taubenger, K. (2006). 1918 Influenza: The Mother of All Pandemics, 12(1). 1-22. doi: www.cdc.gov/eid [2 Mei 2021]

Kementerian Kesehatan. (2020). COVID-19. [online] Diakses dari: https://www.alodokter.com/covid-19 [4 Mei 2021]

Tanpa Nama. (2020). Virus corona dan pandemi flu Spanyol: Wabah pada 191 menewaskan 50 juta orang, bagaimana perubahan dunia saat itu dan apa yang dapat dipelajari sekarang. [online]. Diakses dari: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-52458628 [1 Mei 2021]

Tanpa Nama. (2020). Kisah orang menghadapi wabah dengan menyantap bubur hangat, mengenakan masker, dan menghirup udara segar. [online]. Diakses dari: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-52586349 [3 Mei 2021)

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts