Revolusi Amerika sebagai Wujud dari Lahirnya Demokrasi Liberal di Amerika 

Benua Amerika merupakan salah satu daratan yang sangat luas yang terletak di bagian barat bumi dan mencakup wilayah bumi bagian utara hingga bumi bagian selatan.  Wilayahnya sendiri terdiri dari 3 bagian yaitu Amerika bagian Utara,  Amerika bagian Tengah dan Amerika bagian Selatan. Benua Amerika ini mendapatkan julukan sebagai “Dunia Baru” hal ini merujuk pada pelayaran yang dilakukan bangsa Eropa dalam menemukan tempat ini,  karena pada sebelumnya orang Eropa hanya mengetahui Benua Eropa,  Asia dan Afrika saja. Amerika memiliki 4 musim secara umum terdiri dari Spring, Summer, Autumn, and Winter. Letak astronomis Amerika adalah 10°BB– 170°BB dan antara 83°LU – 55°LS, sedangkan letak geografisnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Artik dan kawasan wilayah Kutub Utara,  sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Pasifik,  bagian sebelah timur berbatasan dengan Samudra Atlantik dan pada bagian baratnya berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Selat Bering.

Oleh Nabila Putri Vebriantana 

       Penemuan Benua Amerika berawal dari pelayaran penjelajahan samudra yang dilakukan oleh Christopher Columbus yang berasal dari Italia, awalnya Columbus melakukan pelayaran untuk mencapai daratan Asia, perjalanan pelayaran yang dilakukannya telah didanai oleh Ratu Isabella dari Spanyol. Pelayaran yang dilakukan oleh Christoper Columbus di tahun 1492 yang akhirnya membuat orang-orang Inggris mengikuti jejaknya dan bertempat tinggal di Jamestown, Virginia di Amerika Utara pada tahun 1607. Permukiman ini dianggap sebagai permukiman Britania pertama di Amerika, mulai saat itulah gelombang masyarakat Inggris terus berdatangan ke Amerika. Inggris telah mampu membentuk koloni di Amerika sebanyak tiga belas koloni. Sejak abad ke 16 inilah kolonialisme yang dilakukan bangsa Eropa memunculkan sebuah semangat untuk melakukan revolusi yaitu Revolusi Amerika.  Dan ketiga belas koloni bentukan Inggris inilah yang akan memegang peranan penting dalam Revolusi Amerika. 

       Revolusi merupakan perubahan yang sangat cepat baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan (Suwardana, H, 2018). Revolusi Amerika sendiri merupakan sebuah gerakan yang dilakukan untuk melawan penjajahan terhadap Inggris, dan membentuk Negara baru yaitu Amerika Serikat. Revolusi Amerika dilatarbelakangi oleh pihak Inggris menerapkan pajak yang tinggi terhadap koloninya di Amerika, dalam artian hukum dan aturan yang dibuat Inggris telah merugikan koloninya dan hanya menguntungkan pihak pemerintah saja. Dan pada akhirnya koloni tersebut melakukan pertentangan terhadap Inggris.  Semua berawal dari perang tujuh tahun yang terjadi antara Inggris dengan Perancis atau yang disebut dengan perang Bourbon (1756-1763) yang memperebutkan wilayah kekuasaan Quebec atau bagian dari Kanada, dimana dalam peperangan ini dimenangkan oleh pihak Inggris (L. Santoso, 2017). Yang berimbas pada krisisnya pereekonomian pemerintah Inggris akibat biaya yang dikeluarkan untuk perang dan akhirnya pun membebankan kepada koloninya. Selanjutnya di tahun 1765 Inggris telah menerapkan undang-undang yang merugikan rakyatnya. Misalnya saja seperti stamp act (pajak materai), townshend act (pajak import), dan tea act (pajak teh). Akan tetapi para koloni Inggris menolak aturan yang diterapkan Inggris dengan semboyannya “Taka ada pajak tanpa perwakilan” no taxation without Representation (Arifin A, 2012). Koloni Inggris menuntut adanya perwakilan di parlemen. Akhirnya pada tahun 1773 merupakan puncak dari awal terjadinya Revolusi Amerika yang diawali dengan peristiwa The Boston Tea Party. Dampaknya dari peristiwa ini adalah saat beberapa politikus di Amerika bersama dengan ketiga belas koloni Inggris mengadakan pertemuan dan membicarakan kemerdekaan Amerika dan masa depannya. Dan tokoh bernama Thomas Jefferson muncul dan menyatakan deklarasi kemerdekaan. Deklarasi ini telah ditandatangani oleh 56 politikus yang berasal dari perwakilan ketiga belas koloni, dan deklarasi ini juga telah dibacakan pada tanggal 4 Juli 1776 di Philadelphia dan pada tanggal tersebut telah diperingati sebagai hari kemerdekaan Amerika. Dan Articles of Convederate juga telah menyetujuinya maka terbentuklah USA (United States Of Amerika). Selanjutnya di tahun 1765 Inggris telah menerapkan undang-undang yang merugikan rakyatnya. Misalnya saja seperti stamp act (pajak materai), townshend act (pajak import), dan tea act (pajak teh). Akan tetapi para koloni Inggris menolak aturan yang diterapkan Inggris dengan semboyannya “Taka ada pajak tanpa perwakilan” no taxation without Representation (Arifin A, 2012)

Peristiwa Boston Tea Party

Merupakan sebuah peristiwa atau insiden sejarah revolusi Amerika pada 16 Desember 1773. Peristiwa ini muncul akibat bentuk sebuah protes dari koloni terhadap kewenangan Inggris. Termasuk pajak teh yang dilakukan oleh Inggris. Peristiwa tersebut diawali dari berlabuhnya tiga kapal yaitu milik East India Company. Kapal tersebut berisi teh untuk koloni-koloni di Amerika. Koloni-koloni di Amerika diharuskan membeli teh tersebut dan dilarang membeli teh dari tempat lain. Para koloni tidak menerima perintah tersebut karena mereka menganggap hal tersebut ialah sebuah pemaksaan. Akhirnya, Sons of Liberty yaitu rakyat koloni, ia melakukan sebuah penyamaran sebagai orang Indian dengan menyelinap masuk ke kapal-kapal tersebut dan membuang semua teh-teh yang ada di kapal ke dalam lautan. Akibat dari hal tersebut tentunya pemerintah Inggris marah besar hingga menghukum Boston. Pemerintah Inggris juga mengeluarkan kebijakan dengan nama Intolerable Act pada tahun 1774. Dalam kebijakan tersebut memuat beberapa hal yang wajib dipatuhi oleh para koloni. Isi dari kebijakan tersebut yakni seluruh pelabuhan Boston ditutup, teh-teh yang telah dibuang harus dibayar kembali, beberapa majelis dibubarkan serta kekuasaan dialihkan kepada Gubernur Militer Inggris, apabila pejabat Ingris melanggar hukum tidak bisa diadili di pengadilan Kota Massachusetts. Selanjutnya reaksi dari masyarakat koloni akibat dari dikeluarkannya kebijakan tersebut ialah menentang tidak terima. Mereka berkata bahwa mereka bukan lagi bagian dari Ingris. Hingga akhirnya pecahlah perang antara pemerintah negeri Inggris dengan koloni-koloni Inggris di tanah Amerika.

  • Pajak Inggris

Meskipun Inggris memenangkan peperangan, tetap saja keuangan Inggris terkuras. Oleh sebab itu, solusi Inggris untuk menstabilkan perekonomiannya kembali ialah dengan cara memberlakukan kebijakan yaitu dengan penarikan pajak kepada rakyat koloni. Kebijakan pajak yang dilakukan oleh Townshend Act. Dalam kebijakan tersebut memuat aturan yang mewajibkan koloni di Amerika membayar pajak yaitu pada produk-produk yang impor dari Inggris seperti teh, kertas, kaca dan cat. Akibat dari kbijakan tersebut rakyt koloni merasa terlalu tinggi. Terlebih lagi rakyat koloni merasa tidak adil dan aturan tersebut ialah aturan secara sepihak mengingat para koloni tidak ada perwakilan di parlemen Inggris yang dapat membantu memberikan saran dan suara untuk membantu rakyat koloni. Karena meras atidak adil, akhirya rakyat koloni melakukan sebuah protes pada tahun 1770. Karena tidak terima dengan kebijakan tersebut, rakta koloni melakukan tindakan dengan yaitu dengan memboikot produk-produk impor dari Inggris. Akibatnya barang-barang tersebut tidak laku serta pemasukan Inggris juga menurun, hal ini juga membuat pemerintah inggir menjadi sangat kesal. Melihat hal tersebut, Raja Inggris pada masa itu yaitu Raja George III memutuskan untuk mengirim ribuan tentara untuk menuju Amerika. Hal ini ditujukan untuk menertibkan situasi serta memaksa rakyat koloni untuk mengikuti keijakan Inggris yaitu membayar pajak. Keputusan raja untuk mengirim pasukan bukan membuahkan hasil, melainkan memperburuk situasi. Semakin banyaknya tentara Inggris yang datang ke koloni menyebabkan suasana keadaan menjadi panas. Disisi lain, rakyat koloni melakukan demonstran dengan menuntut agar rakyat koloni memiliki perwakilan dalam pengambilan keputusan di parlemen Inggris. Para demostran melempari batu kepada tentara Inggris, tidak diam saja tentara Inggris juga membalas dengan menembak yang langsung mengarah ke demonstran. Hingga menyebabkan 5 orang tewas. Tragedi tersebut dikenal dengan nama Boston Massacre.

Corak Perlawanan koloni

Corak perlawanan koloni-koloni di Amerika terutama pada Amerika Utara terhadap pemerintah negeri induk. Kaum intelektual, kaum inggris dan kaum pedagang dilakukan oleh Inggris. Aksi perlawanan kaum intelektual yaitu perang ideologis yang dapat mempercepat pecahnya Revolusi Amerika. Mereka menentang soal kebijakan yang dikeluarkan yaitu pelaksanaan pajak yang wajib dibayar oleh para koloni. Di Amerika sendiri tidak dapat membenarkan kebijakan tersebut karena tidak ada perwakilan (no tax without representative). Yang mana seharusnya penarikan pajak apalagi oleh negeri induk terhadap para koloni di Amerika harus mendapat persetujuan kepada para wakil rakyat di daerah tersebut (daerah koloni). Beberapa tokoh intelektual di daerah koloni yakni Benjamin Franklin dari Pennsylvania, John Adam dari koloni di Massachusetts, Thomas Jefferson dari koloni Virginia mereka sepakat bahwa no tax without representative. Kaum pedagang pada beberapa koloni di Amerika merasa keberatan mengenai kebijakan pemungutan pajak dari negeri induk terhadap kolono-koloni di Amerika. Aksi perlawanan yang dilakukan ialah dengan melakukan penghentian impor, dengan cara kaum pedagang di tanah koloni tidak akan membeli ataupun melakukan pemboikotan terhadap barang-barang yang datang dari negeri induk. Pada saat undang-undang materai di tanah koloni Amerika diberlakukan, banyak sekali perusahaan yang memberhentikan pekerjaannya. Beberapa pengadilan di tanah koloni Amerika pun menutup diri untuk tidak menggunakan materai. Massa ditanah koloni Amerika pada pembebanan berbagai pajak yaitu dengan melakukan aksi perlawanan yang dipimpin oleh Issac Barre melalui beberapa agen materai dengan memanfaatkan jabatannya serta para pedagang dipaksa untuk memberhentikan pesanan yang datang dari negeri induk. Massa juga dilakukan dengan membakar surat-surat pengadilan laut di Boston. Massa juga melakukan perampokan kepada rumah pengawas keuangan.

Baca Juga :   Tiong Hwa Hwee Kwan (T.H.H.K) di Surabaya pada Tahun 1900-an

Adanya pertikaian antara Prancis dengan para Indian, akibatnya Inggris mengarahkan pasukannya guna membantu orang Indian yang pada saat itu dipimpin oleh Mayjen Thomas Gage. Koloni-koloni tidak senang dengan kedatangan pasukan Inggris. Hal ini bisa dibuktikan ketika Thomas meminta anggota majelis New York yaitu Sir Henry Moere. Permintaan tersebut bertujuan untuk membuat peraturan undang-undang perumahan serta perbekalan untuk pasukan Inggris di New York. Thomas berharap permintaan ia dapat dikabulkan namun permintaan tersebut ditolak karena majelis New York merasa keberatan. Karena permintaan Thomas ditolak oleh majelis New York, akhirnya pada tahun 1776 ia memerintah pasukannya supaya menghancurkan Tugu Kemerdekaan New York. Permintaan Thomas tersebut juga dikecam oleh Benjamin Franklin. Karena apabila dipertahankannya tentara di tanah jajahan tanpa mendapat persetujuan dari wakil rakyat di daerah koloni Amerika maka hal ini tidak sesuai pada semangat Konstitusi Inggris. Bersamaan dengan penolakan undang-undang tersebut maka pada 1767 menteri keuangan Inggris mengusulkan (menteri Townshend) untuk mengimpor beberapa barang seperti kertas, cat dan teh. Hasilnya akan difungsikan sebagai biaya pasukan Inggris di tanah koloni Amerika. Aksi selanjutnya ialah sebuah peristiwa pembakaran kapal Gaspee pada 10 juni 1772. Pembakaran kapal tersebut diawali oleh seorang pedagang yang bernama John Brown dari Providence. Ia memerintahkan bawahannya untuk menyerang kapal yang kandas di Namquit tersebut, lalu mereka membakarnya. Akibat dari peristiwa tersebut pemerintah Inggris memberikan imbalan berupa hadiah apabila seseorang dapat menemukan pelaku kejadian tersebut. Namun ternyata, tidak ada yang berani memberikan saksi atas kejadian tersebut. Bahkan, para komisaris pun tidak dapat menemukan bukti kejahatan. Peristiwa pembakaran kapal serta tindakan Gubernur Huntchinson menyebabkan rasa ketidakpuasan koloni-koloni di Amerika yaitu terhadap berbagai kebijakan oleh negeri induk yang ditetapkan di tanah koloni Amerika.

Dampak dari terjadinya Revolusi di Amerika

Kemenangan militer patriot dan sekutu berdampak tidak hanya pada kemerdekaan Amerika Serikat tetapi juga pada pembentukan republik di Amerika Serikat. Revolusi Amerika membawa terobosan pertama dalam sistem kolonial Eropa. Revolusi ini mengilhami dan terus mengilhami para penjajah dari segala bangsa untuk menemukan kebebasan dari dominasi Eropa. Revolusi Amerika juga pertama kali dalam sejarah lahirnya sistem pemerintahan republik dalam lingkup negara yang besar. Malet dan Isaac, yang berpendapat bahwa pemberontakan 13 koloni Amerika, awal Perang Kemerdekaan (1775) dan Deklarasi Kemerdekaan pada 4 Juli 1776 memiliki konsekuensi penting bagi Revolusi Prancis. Beberapa sejarawan seperti R. Palmer dan J. Godechot telah menghipotesiskan “Revolusi Atlantik”, sebagaimana terlihat dari gerakan kemerdekaan di Amerika yang diikuti oleh berbagai gerakan dan perjuangan kemerdekaan, meskipun tidak dapat diwujudkan dengan cara yang sama. Gerakan dan perjuangan kemerdekaan dimaksud adalah yang terjadi di Irlandia, Yorkshire, Belanda, Swiss dan Perancis.

Perang Kemerdekaan Amerika Serikat juga membawa dampak ekonomi bagi kelangsungan hidup bangsa Amerika. Sebelumnya, kondisi politik dan ekonomi masyarakat Amerika memicu Revolusi Amerika dengan munculnya kelas menengah dengan “hak untuk hidup, kebebasan dan properti yang tidak dapat diambil dari orang lain.” Dilihat dari perspektif ekonomi, Konstitusi Amerika Serikat tahun 1787 sebagai produk Revolusi Amerika merupakan suatu kesatuan atau “pasar bersama”. Tidak ada tarif atau pajak untuk perdagangan antarnegara bagian. Konstitusi juga menjamin bahwa pemerintah federal tidak dapat mengatur perdagangan dengan negara dan antar negara bagian, menetapkan undang-undang kebangkrutan yang seragam, menghasilkan uang dan hak kontrol, menetapkan standar berat dan ukuran, mendirikan kantor pos dan jalan, menetapkan aturan yang mengatur paten dan Hak Cipta.

Perang Kemerdekaan Amerika Serikat juga telah memuluskan dan mempertahankan Deklarasi Kemerdekaan yang mengandung nilai-nilai tentang hak asasi manusia (HAM). Pernyataan tentang hak asasi manusia termasuk dalam salah satu bagian dari perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di dunia. Pernyataan hak asasi manusia ini juga tertuang dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang telah diratifikasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 10 Desember 1948. Peristiwa Revolusi Amerika berdampak pada dunia ditunjukan dengan pencantuman dan pengakuan pentingnya Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat. Pernyataan tersebut tidak hanya tepat di abad ke-18 tetapi nilai-nilai kebebasan dan hak asasi manusia yang masih memiliki pengaruh bahkan di abad ke-21. Demokrasi dan kebebasan yang dihasilkan dari perjuangan para patriot berhasil melanggengkan nilai-nilai tersebut dan bahkan terus diperjuangkan dan dilaksanakan di beberapa negara modern hingga abad ke-21.

Tokoh Penggerak di Pihak Amerika

1. George Washington (1732-1799) yaitu pemimpin tentara Amerika dan presiden pertama

2. John Adams (1735-1826) yaitu diplomat pertama dan wakil presiden, dan presiden kedua

3. Thomas Jefferson (1743-1828) yaitu penulis konstitusi Amerika dan presiden ketiga

4. Thomas Paine (1737-1809) yaitu penulis “Akal Sehat” yang mendorong kemerdekaan Amerika dari Inggris

5. Benjamin Franklin (1706-1790) yaitu duta besar Amerika Serikat untuk Prancis

Tokoh Penggerak di Pihak Inggris

1. William Howe (1729-1812) yaitu pemimpin pasukan Inggris di Amerika

2. Charles Cornwallis (1738-1805) yaitu pemimpin pasukan Inggris di Amerika

3. Benedict Arnold (1741-1801) yaitu mantan jenderal Amerika yang kemudian membelot ke Inggris

Tokoh Penggerak di Pihak Perancis, yang membantu Amerika Serikat :

1. Gilbert du Motier, Marquis de Lafayette (1757-1834) yaitu pemimpin pasukan bantuan Perancis untuk Amerika Serikat

Persiapan Para Koloni Menuju Kemerdekaan

Dalam berbagai keterbatasan, Washington berusaha keras menyusun strategi untuk meningkatkan kualitas pasukannya. Washington membagi pasukan menjadi enam brigade yang masing-masing terdiri dari enam resimen dan meminta kepada Kongres untuk mengangkat para perwira demi membantunya memanajemeni pasukan Kontinental. Dia menginginkan seorang ajudan jenderal untuk melatih dan mendisiplinkan pasukan, seorang intendan (quartermasters) untuk mengatur semua persediaan pasukan, dan perwira untuk menjaga pendaftaran pasukan baru. Untuk melengkapi persenjataan dan logistik, Washington mengirimkan anak buahnya ke Koloni selatan. Washington kemudian meningkatkan pertahanan dan memperkuat titik-titik yang lemah dengan strategi membuat garis-garis kuat dari benteng mengepung kota. Kedisiplinan yang tinggi diperlukan karenanya dan Washington mengunjungi benteng-benteng setiap harinya. Kedatangan 1.400 pasukan bersenjata senapan dari Pennsylvania, Virginia dan Maryland sangat membantu. Diantaranya adalah pasukan pendukung penembak-tajam (stalwart sharpshooters) di bawah Kolonel Daniel Morgan. Dengan strategi bertahan seperti ini muncullah kesulitan dimana pasukan bosan karena lama diam di perkemahan tanpa berperang dan pasukan hanya siap dalam waktu tertentu (enlistment), bukan pasukan tetap. 

Pada bulan Desember, beberapa pasukan Connecticut yang waktunya habis, pulang membawa amunisi dan senjata mereka dimana hal ini berpengaruh pada moral keseluruhan pasukan Amerika. Dalam kondisi tertekan tersebut datanglah sebuah kereta ke Cambridge dimana di dalamnya terdapat cannon, ribuan senjata dan 32 ton peluru dari Kapten John Manly yang berhasil mendapatkannya dari kapal perang Inggris yang dilumpuhkan. Namun pasukannya hanya berjumlah 10.000 orang sampai Januari 1776 sampai akhirnya sebulan kemudian sepuluh resimen milisi tiba sehingga Washington dan para Jenderal berpikir bahwa mereka telah memiliki pasukan dan amunisi yang cukup untuk menyerang Inggris. Akhirnya setelah 10 bulan dikepung, Boston berhasil direbut Washington. Tak lama setelah penangkapan Boston, Washington membawa pasukannya ke New York, karena ia khawatir Inggris merebut kota tersebut. 

Washington mengirim Jenderal Putnam untuk membentengi New York dan Sungai Hudson dan ia mengikutinya sambil mengumpulkan tentara di perjalanan. Ketika Washington tiba, ia dibentengi Brooklyn Heights, Long Island, dan menempatkan Jenderal Greene untuk mempertahankannya. Greene hanya memiliki sekitar 8.000 pasukan garnisun untuk benteng-benteng di sekitar New York. Washington kemudian pergi ke Philadelphia untuk berkonsultasi dengan Kongres, kemudian memberikan beberapa rekomendasi. Agar meraih kesuksesan melawan Inggris, menurutnya para Koloni harus bekerja sama dengan sungguh-sungguh untuk kebebasan bersama mereka. Pasukan harus memiliki gaji rutin dan perlengkapan yang memadai. Selain itu, orang-orang harus berjanji untuk siap melayani selama diperlukan. Kongres kemudian mendirikan kantor perang dan memerintahkan bahwa masa pendaftaran bagi pasukan baru adalah selama tiga tahun. Washington kembali ke New York dan segera ia menemukan konspirasi di antara para Tories dan kemudian menghukumnya. Namun 30.000 pasukan Inggris mendarat di Staten Island dan Washington tak tahu berada jumlah Tories yang berada di New York sehingga membuatnya gelisah. 

Baca Juga :   Hubungan Mahasiswa dan Partai Politik pada Era 1950-1960

Pada tanggal 4 Juli 1776, berita Deklarasi Kemerdekaan akhirnya diumumkan dan Washington memerintahkan agar deklarasi tersebut dibacakan di setiap brigade. Kondisi ini berhasil meningkatkan moral pasukan untuk hidup dan bertindak dengan berani. Amerika telah memutuskan untuk bebas dari Inggris. Namun dalam keadaan seperti ini pasukan Washington yang membuka 15.000 tidak mampu menahan serangan pasukan Inggris yang membuka 30.000 ketika mereka menyerang benteng Brooklyn di Long Island yang berjumlah sekitar 2.000 orang dan memaksa Washington untuk menarik pasukannya dari New York ke utara Pulau Manhattan . Mentalitas Amerika bangkit ketika sekelompok pasukan di Fort Washington pada September 1776 mengalahkan Inggris ketika mereka diserang. Namun, Jenderal Howe mengirim kapal perang Sungai Hudson dengan tujuan memberikan bantuan logistik ke Washington yang disimpan di Connecticut. Washington akhirnya memutuskan untuk meninggalkan garnisun di Fort Washington dan membawa pasukannya ke White Plains, New York. Kamp White Plains diserang oleh Inggris dengan kerugian di kedua sisi, jadi Washington kembali menarik pasukannya di malam hari dan menetap di North Castle, yang berada di sisi timur Hudson. Dengan sisa pasukannya, Washington menyeberang ke New Jersey. Dari sini, dia melihat Jenderal Howe mengambil alih Fort Washington dan Jerman memotong penjagaannya. Perbekalan dan penyintas garnisun, sekitar 2.800, jatuh ke tangan musuh pada 16 November 1776. Setelah ini, Lord Charles Cornwall memimpin 6.000 tentara Inggris menyeberangi sungai dan menyerang pasukan Washington. (Nauvarian, Desember 2019)

Serangan ini membuat Washington untuk mundur di New Jersey, di atas Sungai Delaware dan ke Pennsylvania, dengan sisa 3.000 pasukan yang menderita. Setelah mengamankan bala bantuan dari milisi New Jersey dan Pennsylvania, ia berdiri di sebuah titik di Sungai Delaware untuk menghadapi Trenton. Washington merampas semua perahu di sungai dan ketika Lord Cornwallis berbaris ke Trenton sehingga tidak ada perahu untuk pasukannya untuk menyerang pasukan Amerika. Dalam kondisi meninggalkan tentara Hessian untuk menjaga Trenton, Cornwallis mundur menunggu sampai es menjadi jembatan untuk sungai. Dengan bala bantuan Jenderal Gates dan Sullivan, Washington bermaksud untuk mengejutkan pasukan garnisun Inggris di Trenton. Washington membagi pasukannya menjadi tiga detasemen dan berencana untuk menyeberangi Delaware pada malam Natal, karena dia tahu tentara Jerman akan minum sampai mabuk dan bermain-main pada hari libur itu. Washington berhasil mengejutkan Hessians kemudian menguasai Trenton dan menangkap 1.000 tahanan. Utusan dikirim untuk memanggil pasukan dari Hudson dan mengumpulkan milisi New Jersey. Ketika pasukan berkumpul, Washington kembali menyeberangi sungai ke Pennsylvania, tetapi kembali dan menduduki Trenton beberapa hari kemudian. 

Lord Cornwallis, yang bergegas turun dari Princeton, berencana untuk menyusul Washington besok pagi. Tapi Washington telah meninggalkan kamp yang terbakar karena diam-diam memimpin pasukannya turun di tengah malam dengan cerdik ke Princeton. Pada pagi hari tanggal 3 Januari 1777, Washington dikejutkan oleh resimen Inggris yang meninggalkan Princeton untuk membantu Cornwallis di Trenton. Cornwallis pergi ke Princeton untuk menyerang tetapi para patriot sudah berangkat ke kota. Pasukannya hampir habis, mereka akhirnya tiba di kamp di Morristown, di mana Washington sedang membangun markas. Pendirian markas ini dimaksudkan agar dia bisa menjaga jalan antara New York dan Philadelphia sambil menjaga Cornwallis tetap tenang antara New Brunswick dan Amboy (New Jersey). Berita tentang keberhasilan pasukan Amerika melawan Inggris telah menyebar ke Eropa dan mendorong para perwira asing untuk datang meminta bantuan kepada pasukan Washington termasuk Thaddeus Kosciusko dan Marquis de Lafayette. Lafayette melengkapi kapal, diisi dengan peralatan militer, dan mencoba membantu Amerika dalam perjuangan mereka.

Pengaruh Revolusi Amerika Bagi Ideologi Amerika Serikat

Secara etimologis, kata ideologi berasal dari bahasa Greek yang terdiri atas kata idea dan logia. Idea berasal dari idein yang berarti melihat. Idea dalam Webster’ s New Calligate Dictionary berarti“ someting existing in the mind as the result of the formulation of an opinion, a plan or the like” (sesuatu yang terdapat di dalam benak sebagai hasil formulasi suatu pemikiran ataupun rencana). Sebaliknya logis berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari legein yang berarti to speak (berbicara), logia berarti science (pengetahuan) ataupun teori (Sobur, 2004: 64).

Amerika ialah suatu bangsa yang diketahui sebagai penganut paham demokrasi liberalisme yang mencangkup asas demokrasi dalam bidang politik, kapitalisme dalam bidang ekonomi dan individualisme yang terkait dengan peran serta hak asasi manusia. Demokrasi liberal sendiri merupakan salah satu wujud sistem pemerintahan yang diselenggarakan secara bebas yang mengakui hak-hak individu secara absolut. Demokrasi (Nury, 2021)liberal berarti demokrasi yang di kembangkan dari sistem demokrasi yang sesungguhnya. Istilah Demokrasi Liberal mulai muncul dan dikenal sesudah Perang Dunia Ke-II yang menjadikan dunia terbelah atas kutub Barat dan Timur. Kutub timur lebih merepresentatifkan komunisme, sebaliknya kutub Barat diwakili oleh paham liberal dengan istilah demokrasi liberal. Demokrasi Liberal lebih menekankan pada pengakuan terhadap hak-hak warga negara, baik sebagai individu ataupun masyarakat. Serta karenanya lebih bertujuan menjaga tingkat representasi warga negara serta melindunginya dari aksi kelompok ataupun negara lain.

Paham liberalisme ini muncul akibat dari gagasan John Locke melalui bukunya yang berjudul Two Treatises of Goverment (dua kesepakatan dengan pemerintah) pada tahun 1689, buku tersebut berisi penyuguhan ide dasar yang menekankan arti penting konstitusi demokrasi liberal. Gagasan dari John Locke ini melahirnya revolusi Amerika, sehingga melahirkan ideologi demokrasi liberal di Amerika. Demokrasi ini, sampai sekarang tetap dijadikan sebagai ideologi bagi Amerika sebagai pengatur jalnnya pemerintahan. Adapun prinsip-prinsip inti dari ideologi amerika yakni: warga negara diwajibkan untuk bertanggung jawab dalam memahami dan mendukung pemerintah, ikut dalam pemilihan umum, membayar pajak, dan menjalankan tugas kemiliteran apabila negara memintanya (tugas sebagai warga negara). Melawan korupsi. Pemerintah harus mampu memenuhi keinginan warga negara, melalui pemimpin yang dipilih oleh rakyat dari hasil pemilihan umum (wujud demokrasi), undang-undang tidak boleh memuat perlakuan khusus bagi warga negara tertentu (kesamaan hak didepan hukum), pemerintah tidak boleh membantu maupun menekan agama tertentu (kebebasan dalam beragama). Dan pemerintah tidak boleh membatasi warga negaranya untuk mengemukakan pendapat selagi tidak menimbulkan konflik (kebebasan dalam berpendapat).

Kesimpulan

Revolusi merupakan perubahan yang sangat cepat baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan. Revolusi Amerika sendiri merupakan sebuah gerakan yang dilakukan untuk melawan penjajahan terhadap Inggris, dan membentuk Negara baru yaitu Amerika Serikat. Revolusi Amerika dilatarbelakangi oleh pihak Inggris menerapkan pajak yang tinggi terhadap koloninya di Amerika, dalam artian hukum dan aturan yang dibuat Inggris telah merugikan koloninya dan hanya menguntungkan pihak pemerintah saja. Dan pada akhirnya koloni tersebut melakukan pertentangan terhadap Inggris. Selanjutnya di tahun 1765 Inggris telah menerapkan undang-undang yang merugikan rakyatnya. Misalnya saja seperti stamp act (pajak materai), townshend act (pajak import), dan tea act (pajak teh). Akan tetapi para koloni Inggris menolak aturan yang diterapkan Inggris dengan semboyannya “Taka ada pajak tanpa perwakilan” “no taxation without Representation

Daftar Rujukan

Arifin A, 2012. PERANAN GEORGE WASHINGTON DALAM PERANG KEMERDEKAAN AMERIKA SERIKAT PADA TAHUN 1775-1783. FACTUM, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Volume Volume 1, Nomor 1.

Kuspriyanto, S, 2019. Geografi Regional Dunia. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.

L. Santoso, A., 2017. PARA PENGGERAK REEVOLUSI (Arus Sejarah dan Pemikiran Mereka Untuk Perubahan Dunia). Yogyakarta: Laksana.

Nauvarian, D., Desember 2019. Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam: Faktor Ideologi, Identitas, dan Idealisme. Jurnal Hubungan Internasional , Volume Tahun XII, No.2, , pp. 265-281.

Nazir, M, Jakarta, 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, pp. hlm, 27.

Nazir, M, Jakarta, 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, pp. hlm, 27.

Sugiyono, Bandung, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RAD.. Alfabeta.

Suwardana, H, 2018. Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental. JATI UNIK, Volume Vol.1, No. 2, , pp. 109-118.

TSAPAN, Y. T. (2005). Pajak Inggris sebagai pemicu Revolusi Amerika: 1763-1776 (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).here are no sources in the current document.

SISWANTA, UPY. “DISKRIPSI KOLEKSI LABORATORIUM SEJARAH.” Diskripsi Koleksi (2016).

Mubaligh, A., 2011. Relasi Bahasa Dan Ideologi. LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 5(2), p. 2.

Nur, D. I. F., 1950. DEMOKRASI LIBERAL. Physical Review, 80(113), pp. 580-594.

Nury, U. B. &. D., 2021. LIBERALISME JOHN LOCKE DAN PENGARUHNYA DALAM TATANAN KEHIDUPAN. Education and Development, 9(4), pp. 485-491.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts