Regentschap Water Leiding Bedrijf te Djember

Jember merupakan sebuah Kabupaten yang terletak di Jawa Timur dan masuk ke dalam Karesidenan Besuki. Menjadi Kabupaten yang memiliki perkembangan pesat baik secara ekonomi, infrastruktur dan pengelolaan pemerintahan. Menjadikan Jember sebagai topic, tentu tidak asing dengan sebutan Jember Kota Tembakau. Simbol kota Jember adalah daun tembakau. 

Oleh : Renzalonica Ghaisani

Pada 21 Oktober 1859, terdapat perusahaan Belanda di Surabaya dan mendirikan NY LMOD atau Landbrouw Maatscappij Oud Tembakau. Perkebunan tembakau adalah salah satu perkebunan di Jember yang paling besar. Alasan Pemerintah Kolonial Belanda menanam tembakau di Jember karena tanahnya yang cocok. Sehingga, Belanda membangun perkebunan tembakau dan mengundang para pemilik modal untuk mengembangkan usaha penanaman tembakau. Hasil dari komoditi ini diekspor hingga saat ini. Dikenalnya kabupaten ini sebagai penghasil tembakau, terciptalah kebudayaan yaitu Tarian Labako yang gerakannya mengadopsi dari petani tembakau saat menanam hingga memetik. Tetapi, tidak hanya tembakau, Kabupaten Jember juga memiliki ikon atau simbol yang berupa bangunan peninggalan masa kolonial dengan arsitektur Belanda. Bangunan itu adalah Menara Air yang terletak di Pasar Tanjung Kabupaten Jember.

Awal Terbentuk Menara Air Pasar Tanjung

Menara air ini terletak di dalam Pasar Tanjung Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Salah satu jejak bangunan menjulang tinggi peninggalan masa kolonial yang memiliki arsitektur unik dan khas. Dibangun pada sekitar tahun 1930-an di tengah kota. Menara air didirikan di Pasar Tanjung karena merupakan pusat perdagangan dan pusat hiburan masyarakat Jember. Tidak hanya pasar, tetapi juga terdapat terminal lama disana.  Dahulu, pasar ini belum memiliki nama. Mereka menyebutnya hanya dengan “Pasar Jember” dan ada pula yang menyebut sebagai Pasar Kawat karena dikelilingi oleh kawat-kawat.  Ketika itu, yang dimaksud masyarakat sebagai Jember adalah Pasar Tanjung sampai dengan Jl. Raya Sultan Agung lewat jalan Diponegoro yang dahulu bernama Jalan Imam Syafi’i1. Terdapat menara air di dalam Pasar Tanjung ini yang dulunya bernama Watertoren te Djember. Dibangun oleh Provencial Water Leiding Bedrijd atau PDAM oleh pemerintah Belanda (Provencial Oost Java) di Surabaya. Tahun 1939 dijual kepada Regentschap te Djember dan 1940 berganti menjadi Regentchap Water Leiding Bedrijf te Djember. Menara air ini dibangun untuk memberikan pasokan air demi kepentingan masyarakat umum yang ditempatkan didekat pasar dan nantinya menjadi cikal bakal berdirinya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jember. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jember merupakan perusahaan daerah Kabupaten Jember dengan kegiatan pokok melayani dan menyediakan air bersih kepada masyarakat melalui sistem perpipaan 2. Pemerintah saat itu juga membangun jembatan diatas Kali Djompo sebagai penghubung 4 arah di menara air yang terletak di sudut pasar yang ditujukan agar lalu lintas signifikan. Pembangunan jalan juga terus berlangsung dengan dibukanya Jalan Lens untuk menghubungkan transportasi kereta dan lalu lintas melalui kota untuk mengalihkan Jalan Birnie ke pasar. 

(Sumber : Facebook Pesona Jember)

Pembangunan oleh Pemerintah Kolonial

Pertumbuhan di Kabupaten Jember menjadi kota yang maju karena sistem kapitalisme yaitu perkebunan. Kota ini semula sebagai kota kecil yang sepi, terisolasi dan statusnya sebagai salah satu distrik dari Regentschap Bondowoso3. Tahun 1850 lebih tepatnya Jember masih bagian dari Kabupaten Bondowoso. Abad ke-19 perkembangan pesat di Jember mulai terlihat karena dibangunnya perkebunan untuk kepentingan kolonialisme. Perkebunan yang didirikan di Jember antara lain tembakau, kopi, kakao, dan karet. Pemilik modal mulai berdatangan untuk membuka usaha memanfaatkan perkebunan di Jember. Penduduk ikut bertambah seiring perkebunan semakin banyak. Masyarakat dari Madura pun hadir dengan jumlah yang lebih tinggi dari penduduk Jawa. Abad ke-19 ini, Belanda datang di pusat kota Jember dan membangun berbagai infrastruktur salah satunya Menara Air di Pasar Tanjung. Melihat lokasi dari menara air dan pasar ini, terletak di Jalan Samanhudi, Jalan Untung Suropati, dan Jalan Trunojoyo. Namun, daerah sekitar seperti Jalan Raya Sultan Agung, Jalan A.Yani, Jalan Diponegoro, dan Jalan Kartini juga merupakan area yang menjadi tempat perdagangan dan dibangunnya infrastruktur oleh Belanda. Dapat dikatakan jalan itu saling berhubungan dan menjadi Ibukota dari Kabupaten Jember. Area dari orang Eropa sebenarnya adalah seluruh bagian dari Jember. Tetapi, mereka memfokuskan membangun infrastruktur dan pemukiman Eropa di Alun-alun ke utara. Alun-alun ini terletak setelah Jalan raya Sultan Agung. Tempat tinggal dan bangunan yang dibangun oleh Belanda ini membuat Jember menjadi modern. Jalan PB. Sudirman hingga Bondowoso menjadi area Belanda. Terdapat gedung-gedung pemerintahan, gereja, penjara, stasiun,  Djembersche clinic (rumah sakit), hotel djember, landraad (pengadilan), dan Besoekisch proefstation atau pusat penelitian kopi dan kakao yang menjadi penopang pengembangan perkebunan di Jember. Hunian atau pemukiman penduduk Eropa sendiri tidak jauh dari area Pasar Tanjung dan Alun-alun, yaitu di Jalan Kartini, Jalan A.Yani, Jalan Gajah Mada, dan Jalan Trunojoyo. 

Baca Juga :   Upacara Sipaha Sada Dalam Agama Malim

Etnis Tionghoa : Kampung Pecinan di sekitar Pasar Tanjung hingga Alun-Alun Kota Jember

(Sumber : https://www.viva.co.id/vstory/sejarah-vstory/1170294-sejarah-kelahiran-kabupaten-jember)

Melihat Pasar Tanjung hingga kini, masih dikatakan menjadi daerah perkampungan etnis tionghoa atau pecinan. Tionghoa sendiri sudah ada di Jember sebelum penjajahan kolonial hingga Indonesia merdeka. Namun sejak kapan mereka berdiam di wilayah Jember masih sulit ditentukan, tetapi pada tahun 1795 sudah ada etnis Tionghoa yang menjadi penguasa di Jember4. Ia adalah Kyai Tumenggung Suro Adiwikrama, bupati Kabupaten Puger yang merupakan peranakan Cina. Hal itu menjadi pertanda bahwa sudah banyak orang tionghoa yang menduduki Jember. Mereka mulai menempati Jember saat banyaknya perkebunan swasta yang menjanjikan bagi ekonomi mereka. Munculnya sumber pekerjaan membuat mereka berprofesi menjadi pedagang kelontong, pedagang hasil bumi, petani, rentenir yang bermukim di sekitar wilayah Pasar Tanjung. Perkampungan itu meliputi Jalan Raya Sultan Agung, Jalan Samanhudi, Jalan Untung Suropati, Jalan Diponegoro, dan sebagian Jalan Gajah Mada. Mereka juga hidup berdampingan dengan orang-orang Eropa masa kolonial. Dekat perkampungan mereka terdapat Kantor Pegadaian sekitar tahun 1906. Belanda belajar mengelola dari orang-orang tionghoa ini. Sistem yang diberikan pegadaian ini adalah memberi uang muka untuk modal para petani yang akan panen. Selain itu mereka juga berdagang karena disana terletak Pasar Tanjung yang menjadi pusat perdagangan atau pusat ekonomi Kabupaten Jember. Etnis tionghoa ini membuka pertokoan yang menjual beraneka macam kebutuhan mulai dari bahan makanan, toko kelontong, toko roti, toko emas, toko kain, dan toko plastik. Jika dilihat sampai saat ini, pertokoan itu masih ada turun temurun dengan arsitektur bangunan tua yang belum diubah sejak jaman kolonial. Walaupun toko mereka tidak seramai dulu, mereka tetap mempertahankan berkat sifat keuletan yang mereka bawa dan kemampuan berdagang etnis tionghoa. Pada zaman Hindia Belanda, mereka dimasukkan dalam kelompok masyarakat Timur Asing (Vremde Osterlingen), yang terdiri orang Jepang (awalnya), Tionghoa, Arab dll5. Kala itu, etnis tionghoa ini dijadikan pedagang perantara perdagangan antara Belanda dan pribumi. Pemerintah Belanda memilih orang-orang Cina sebagai mitra dagangnya sebab pada waktu itu orang-orang Cina masih bebas dan dapat mengisi atau memenuhi celah antara masyarakat pribumi dengan pemerintah Hindia Belanda6. Wilayah tersebut yang didominasi oleh orang-orang Cina juga membuat mereka mendirikan sekolah Tionghoa Chung Hua School milik keluarga Tiong Hwa Hwee Koan di rumah sederhana yang terletak di Jalan Lansan, saat ini Jalan lansan berubah menjadi Jalan Diponegoro. Namun sekolah tersebut ditutup karena tekanan dari kaum nasionalis yaitu KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia). Hingga saat ini, daerah perdagangan orang-orang Cina di sekitar Pasar Tanjung disebut Segi Tiga Mas

Daftar Pustaka

Hudayah. Nur dan Winarni.Retno. 2014. “Pengaruh Kebijakan Pemerintah  Indonesia Terhadap Kehidupan Etnis Tionghoa Di Bidang Politik, Sosial, Budaya, Dan ekonomi Di Kabupaten Jember Dari Zaman Orde Lama Sanpai Zaman Reformasi Pada Tahun 1998-2012”. Dalam Jurnal Publika Budaya Vol 2 No 2. 

Oktavia. Apriliya. 2017. “Menara Air Pasar Tanjung”. Dalam Situs Budaya. Diakses melalui . https://situsbudaya.id/menara-air-pasar-tanjung-jember/ 

Sasmita. Nurhadi. 2019. “Menjadi Kota Definitif: Jember Abad 19-20”. Dalam Jurnal Humaniora Vol 1 No 2.

Sitorini. Elita. 2011. “Pasar Tanjung yang Tak Seharum Bunga Tanjung”. https://www.kompasiana.com/lietas209/5508f6cd8133118c1cb1e293/pasar-tanjung-yang-tak-seharum-bunga-tanjung

Winarni. Retno. 2018. “Peran Ekonomi Etnis Cina Di Wilayah Eks Kota Administratif Jember Pada Zaman Orde Baru Dan Awal Reformasi, dalam Jurnal Humaniora Vol 1 No 1 diakses melalui https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JH/article/view/13504

Baca Juga :   Kehidupan Masyarakat Samin di Bojonegoro

Arsip Delpher Kranten

Djembers Waterleiding. De Indische Courant 21-6-1930

https://www.google.com/search?q=https&oq=https&aqs=chrome..69i57j69i60l5&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Djember. Soerabaijasch handelsblad. : groote voebal-wedstrijden 29-10-1934 

https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=watertoren+te+djember&coll=ddd&identifier=ddd:011109898:mpeg21:a0231&resultsidentifier=ddd:011109898:mpeg21:a0231

Djember. De Indische Courant. 24-09-1935 https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=pasar+djember&coll=ddd&identifier=ddd:010285031:mpeg21:a0324&resultsidentifier=ddd:010285031:mpeg21:a0324

Soerabaijasch handelsblad. : groote voebal-wedstrijden 02-08-1940

https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=watertoren+te+djember&coll=ddd&identifier=ddd:011109898:mpeg21:a0231&resultsidentifier=ddd:011109898:mpeg21:a0231

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts