Pionir Muda Pelopor Perjuangan Merah Putih Bernama Syahrir

Telah banyak kita dengar bahwa perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu adalah perjuangan yang begitu heroik. Semangat membara dan kegigihan para pejuang tidak pernah luntur dari ingatan masyarakat Indonesia sampai detik ini. Di setiap hiruk-pikuk perjuangan tersebut, pastilah menyimpan berbagai cerita perjuangan masing-masing pejuang yang jasa dan kenangannya tak patut untuk dilupakan begitu saja.

Oleh Marissa Farikha

Perlu kita ketahui, bahwa para pejuang yang berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia tidak hanya berasal dari satu kalangan saja. Berbagai kalangan mulai dari pemuda, golongan tua, hingga kaum perempuan pun turut menyumbangkan kegigihannya. Pada saat menjelang kemerdekaan, peran para pemuda sangatlah berkesan bagi kemerdekaan bangsa Indonesia. Jika bukan karena peristiwa Rengasdengklok, kemerdekaan yang kita rasakan sampai saat ini belum tentu terjadi. Kemerdekaan saat ini pun merupakan kemerdekaan yang terjadi atas perjuangan para founding father negeri ini. 

Di tengah-tengah kesibukan menanti keputusan setelah mendengar kabar bahwa Jepang menyerah kepada sekutu, disitulah para pemuda menjalankan aksi mereka. Para pemuda pada saat itu memiliki sebuah gagasan yang begitu mengejutkan. Sebagai generasi muda, tentunya kitalah yang berperan dalam melestarikan sejarah perjuangan bangsa ini. Tentunya, kita tak asing dengan nama-nama para pejuang dari yang tua hingga muda. Salah satu tokoh yang paling berkesan dari golongan tua yang pasti kita ketahui adalah Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Namun, tahukah kita pada salah satu tokoh dari golongan muda yang seluruh gagasannya sangat menguntungkan bangsa ini? Beliau juga yang berhasil membawa nama Indonesia bersinar di kancah Internasional pada perundingan diplomasi antara Indonesia dengan Belanda.

Beliau adalah Sutan Syahrir. Nama pemuda yang kiprah dan perjuangannya tidak pernah terlupakan oleh bangsa ini. Sutan syahrir dilahirkan di Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat. Beliau adalah putra dari sepasang suami istri yang bernama Mohammad Rasad dan Puti Siti Rabiah. Sutan Syahrir adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Sejak muda beliau sudah mulai menunjukkan kiprahnya sebagai pemuda yang berbakti kepada negeri ini. Setelah Indonesia merdeka, beliau menjadi politikus dan perdana menteri pertama Indonesia. Beliau jugalah yang pertama kali menegakkan politik Indonesia bebas aktif pada saat beliau menjabat sebagai perdana menteri Indonesia.

Sutan Syahrir menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (ELS) dan Sekolah Menengah (MULO) terbaik di Medan. Pada saat itu, kedua sekolah tersebut merupakan sekolah elit di kalangan bangsawan Belanda. Hal itulah yang kemudian membawa beliau kepada keadaan bangsa Indonesia yang mengharuskan dirinya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1926, Sutan Syahrir lulus dari MULO lalu kemudian kembali melanjutkan pendidikannya di sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung. Di sekolah tersebut, dia bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batavois) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor.

Sejak remaja, beliau telah menunjukkan kepeduliannya terhadap politik dan nasib bangsa ini. Di kalangan siswa sekolah menengah (AMS) Bandung, Sutan Syahrir menjadi sorotan dan dikenal di kalangan siswa. Beliau bukanlah tipe pemuda yang suka berkecimpung di dunia tulis menulis. Walaupun beliau memang suka menyibukkan diri dengan kumpulan buku-buku pelajaran sekolah. Di samping itu, beliau juga aktif dalam klub debat sekolahnya. Sutan syahrir juga termasuk dalam sepuluh orang penggagas pendirian himpunan pemuda nasionalis yang kelak himpunan tersebut berganti nama menjadi Pemuda Indonesia. Pemuda Indonesia itu kemudian yang menjadi cikal bakal adanya Kongres Pemuda yang mencetuskan karya monumental yakni Sumpah Pemuda.

Baca Juga :   Homi K. Bhabha dan Kontribusinya pada Peradaban Islam

Begitulah perjalanan Pendidikan sekolah syahrir. Beliau tidak serta merta menjadi pemuda yang pasif namun beliau adalah pemuda yang aktif secara fisik maupun gagasan. Kelak, Syahrir juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) yang ketika itu dipimpin oleh Mohammad Hatta. Berkat keaktifannya semasa muda di bidang politik dan sosialisme itulah, yang akhirnya mengantarkan beliau pada keikutsertaannya di perundingan diplomasi antara pihak Belanda dengan Indonesia kala itu. Kepiawaiannya membawakan perundingan tersebut, akhirnya membawa nama baik Indonesia di kancah Internasional. Fakta yang mengejutkan lagi adalah kala itu, beliau merupakan delegasi Indonesia di Perundingan Linggarjati. 

Masih di usianya yang terbilang sangat muda, beliau telah berhasil memimpin beberapa organisasi-organisasi bentukan negeri ini, seperti contoh yaitu PNI Baru. Di masa pendudukan jepang, Sutan Syahrir berhasil membuat beberapa rencana-rencana yang tidak diketahui langsung oleh pihak Jepang. Kala itu, Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. Beliau yakin bahwa Jepang tidak  mungkin memenangkan perang. Oleh karena itu, kaum pergerakan mesti menyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan di saat yang tepat.

Sutan Syahrir pula yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 15 Agustus 1945 karena Jepang sudah menyerah. Namun, walaupun telah didesak seperti itu, Soekarno dan Hatta tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secara langsung dan sikap itulah yang membuat golongan pemuda kecewa. Guna mendesak lebih keras, para pemuda pun menculik Soekarno dan Hatta pada 16 Agustus. Akhirnya, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. 

Sikap dan kegigihan yang ditunjukkan oleh Sutan Syahrir tersebut menunjukkan bahwa sebagai pemuda tidak sepatutnya semasa muda kita hanya diam dan pasif. Sutan Syahrir adalah contoh cerminan pemuda aktif dan peduli terhadap nasib bangsa ini.

Sumber Referensi

Achmad Jamil S, Peran Politik Sjahrir 1945-1947, Perpustakaan Universitas Indonesia, Tesis S2

Hanif Setiawan (2020) Sutan Sjahrir, Sosialisme, Dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1927-1962, E-journal Pendidikan Sejarah, Vol 9, No. 1, 2020

Lukman Santoso, Utami, Sutan Sjahrir : Pemikiran dan Kiprah Sang Pejuang Bangsa, Palapa, Yogyakarta, 2014

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts