Piala Soeratin 1966: Tonggak Awal Kompetisi Sepakbola Usia Muda di Indonesia

Mengulik sejarah hadirnya kompetisi Piala Soeratin tidak lepas dari nama besar sang pendiri Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Soeratin Sosrosoegondo. Kompetisi ini hadir sebagai bentuk mengenang jasa-jasa Soeratin di kancah sepak bola Indonesia, khususnya dalam membentuk kecintaan pemuda terhadap sepakbola. Perlu dibahas secara mendalam untuk melihat ruh Soeratin dalam kompetisi ini.

Oleh : Muhammad Rizky Suryana

Soeratin merupakan pemuda yang gemar bermain bola. Sebagai lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman (1927), ia melihat potensi anak-anak muda dalam bermain sepak bola. Baginya, sepak bola adalah sarana untuk menyebarkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda. Satu tahun setelah kelulusannya, peristiwa Sumpah Pemuda hadir pada 28 Oktober 1928.

Seperti Tan Malaka bilang: “sepak bola adalah alat perjuangan,” Soeratin meresapi perkataan tersebut. Ia rajin mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan tersebut mempunyai maksud untuk menentang penjajahan Belanda lewat sepak bola.

Sumber : Sports.detik.com

Bagi Soeratin, perlawanan terhadap Pemerintahan Hindia Belanda perlu diwujudkan dengan bermain sepakbola. Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Soeratin melihat kegagalan Indonesische Voetbal Bond (IVB) dalam menyatukan visi semangat nasionalisme dengan bermain sepakbola. Menurutnya, IVB terlalu berkompromi dengan Hindia Belanda. 

Maka, Soeratin turun tangan menyurati berbagai tokoh sepakbola yang akan membahas lebih lanjut tentang organisasi sepakbola, tanpa campur tangan Hindia Belanda. Hasil tersebut berbuah manis dengan deklarasi pendirian Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930. Pertemuan tersebut diadakan di Gedung Sosietet Hande Priyo, Yogyakarta dan dilakukan secara tertutup untuk menghindari pantauan polisi Hindia Belanda.

Pertemuan ini dihadiri beberapa perwakilan yang nantinya menjadi cikal bakal klub Perserikatan. Di antaranya ialah Sjamsoedin dari VIJ (sekarang Persija Jakarta); Gatot dari BIVB Bandung; Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo dari PSM Yogyakarta (sekarang PSIM Yogyakarta); Soekarno dari VVB Solo (sekarang Persis Solo); Kartodarmoedjo dari MVB Madiun (sekarang PSM Madiun); E.A. Mangindaan dari IVBM Magelang; dan Pamoedji dari SIVB (sekarang Persebaya Surabaya). Dari hasil pertemuan ini ditunjuk Soeratin sebagai ketua umum. 

Soeratin sedang memberikan pidatonya di Stadion Sriwedari, Solo, saat pembukaan kompetisi PSSI tahun 1943 (Bola.com)

Nantinya, Piala Soeratin pada edisi awal menggelarnya bertepatan dengan bulan lahir PSSI, yaitu pada bulan April. Kompetisi ini menjadi bagian dari perayaan ulang tahun PSSI.

Kesebelasan Malang Juara Piala Soeratin Edisi Perdana

Instruksi diadakannya Piala Soeratin ini tidak lepas dari rencana Kementerian Olahraga pada masa Presiden Soekarno. Maladi, yang saat itu menjadi Menteri Olahraga membuat program pengembangan 10 tahun untuk sepakbola Indonesia. Kegagalan besar tim nasional sepakbola Indonesia, terutama pada Asian Games 1962 menjadi dasar dari diberlakukannya program ini.

Pengembangan prestasi olahraga, terutama sepakbola merupakan salah satu bagian dari proyek mercusuar Soekarno. “Cara melaksanakan program 10 tahun harus kita sesuaikan dengan realitas objektif revolusi dan masyarakat Indonesia dan janganlah kita berpegang kepada dogma-dogma, teori-teori, cara-cara dari negara-negara lain manapun atau dengan keadaan historis masa lampau di negara kita sendiri,” jelas Maladi.

Piala Soeratin sendiri sudah direncanakan pada Oktober 1965, lewat instruksi PSSI. PSSI saat itu menginstruksikan para pengurus daerah untuk merencanakan kejuaraan sepakbola usia muda di tingkat daerah. Realisasinya terjadi pada April 1966, dengan mengundang beberapa perwakilan daerah untuk mengikuti kompetisi tersebut. Perwakilan tersebut adalah kesebelasan Yogyakarta, Sumbawa, Malang, Medan, Makassar, Denpasar, Jakarta, Pontianak, dan Bogor. Jakarta dipilih menjadi tuan rumah untuk kompetisi tersebut.

Baca Juga :   FC Barcelona dan Nasionalisme Catalonia

Aturan kompetisi Piala Soeratin pada edisi pertama adalah menyertakan pemain dengan batas maksimal usia 19 tahun. Pembatasan ini disesuaikan dengan kompetisi Piala Asia Junior kala itu. Selain itu, pembatasan usia ini sesuai dengan salah satu poin dalam “Rencana 10 Tahun Olahraga” yaitu mengembangkan pembinaan olahraga usia muda.

Pembukaan kompetisi ini dilakukan di Stadion Menteng pada 14 April 1966. Saat itu Maladi berpidato mengenai pentingnya pembinaan usia muda dalam sepakbola, lewat kompetisi Piala Soeratin. “Kita tidak boleh merasa puas dengan hanya memiliki seorang Djamiat, seorang Saelan, seorang Liong Houw, Ramlan, dan lainnya, tetapi harus dapat memiliki ratusan pemain-pemain ulung seperti itu, bahkan pemain-pemain yang lebih ulung daripada apa yang pernah kita miliki,” ucap Maladi seperti dilansir dalam Warta Berita (14/04/1966). Maladi juga mengatakan Piala Soeratin ini akan membuat daerah makin bergeliat dalam menggelar turnamen sepakbola untuk usia muda.

Jalannya Piala Soeratin edisi perdana ini berlangsung dari tanggal 14-20 April 1966 dan peserta dibagi menjadi tiga grup. Grup A dimainkan di Lapangan Jendral Urip, Jatinegara, Jakarta Timur dan mempertemukan kesebelasan Malang, Sumbawa, dan Yogyakarta. Di grup ini Malang berhasil menjadi juara grup setelah mengalahkan Sumbawa (4-0) dan Yogyakarta (2-0).

Sementara itu, di Grup B yang digelar di Stadion Menteng, kesebelasan Makassar maju ke babak final seusai mengalahkan Medan dengan skor 3-1 serta seri dengan Denpasar dengan skor akhir 2-2. Grup C digelar di Stadion Hockey Senayan dengan Bogor keluar sebagai juara grup, setelah mengalahkan Pontianak (1-0) dan Jakarta (5-2).

Final diadakan dengan sistem juara masing-masing grup saling bertemu. Kesebelasan Malang yang diwakili klub Persema Malang menang dua kali atas kesebelasan Makassar (5-1) dan Bogor (3-0). Kesebelasan Makassar dan Bogor, yang diwakili PSM dan PSB, berebut posisi runner-up di pertandingan terakhir pada 20 April. PSM dipastikan menjadi runner-up, setelah menang atas PSB Bogor dengan skor 5-2.

Seiring berjalannya waktu, Piala Soeratin konsisten mengambil perannya sebagai pencetak bibit usia muda di Timnas. Selaras dengan semangat Soeratin dan kawan-kawannya dalam membentuk PSSI: menciptakan para pemuda Indonesia yang giat bermain sekaligus mencetak prestasi di sepakbola.

Daftar Pustaka

Buku

Danurwindo dkk. 2017. “Kurikulum Pembinaan Sepak Bola Indonesia”. Jakarta: Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.

Eddi, Elison. 2014. Soeratin Sosrogoendo: Menentang Penjajahan Belanda dengan Sepak Bola Kebangsaan. Yogyakarta: Ombak.

Junaedi, Fajar. 2017. “Merayakan Sepakbola.” Sleman: Fandom.

Artikel/Surat Kabar

Panditfootball.com. Menteri Olahraga Targetkan Sepakbola Indonesia Masuk 10 Besar Dunia. 16 Mei 2014.

Tempo. Menggarap Suratin Cup. 26 Agustus 1972.

Warta Berita. Suratin Cup: Membuka Tradisi Baru. 14 April 1966.

Warta Berita. Dari Gelanggang Perebutan Suratin Cup. 16 April 1966.

Warta Berita. Kes2. Junior Bogor, Makassar, dan Malang ke Babak Final. 17 April 1966.

Warta Berita. Kes. Malang Jr. – Kes. Makassar Jr. 5 – 1. 18 April 1966.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts