Perkembangan Pendidikan Islam Modern di Indonesia

Pendidikan Islam seyogyanya mampu merubah pribadi setiap orang yang mempelajarinya. Hal ini bukan hanya berfokus mengedepankan ilmu-ilmu agama (ulum al-din), tetapi juga harus mampu menjawab tantangan zaman. Pendidikan Islam berkembang seiring dengan munculnya agama Islam. Sejak awal, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat muslim Indonesia karena pentingnya pendidikan bagi perkembangan peradaban umat Islam. 

Oleh : Alhidayath Parinduri 

Selain itu, pendidikan ini penting untuk mendorong Islamisasi yang terjadi pada masa awal masuknya Islam. Hasnida dalam tulisannya berjudul Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Pada Masa Pra Kolonialisme dan Masa Kolonialisme (Belanda, Jepang, Sekutu) dimuat di Jurnal Koordinat Vol. XVI tahun 2017 mengungkapkan bahwa saat itu, umat Islam melaksanakan pengajaran Islam dalam sistem yang masih sangat sederhana, seperti menggunakan sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam masjid, mushola, bahkan juga di rumah-rumah ulama. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan masih bersifat informal dan terfokus pada upaya penyebaran paham-paham Keislaman.             

C:\Users\WINDOWS\Downloads\Contoh pendidikan islam masa lampau.jpeg
Sumber: Koleksi Pribadi

Pendidikan formal Islam baru muncul pada masa setelah kemerdekaan yang ditandai dengan munculnya madrasah-madrasah modern berbasis kurikulum atau standar pendidikan. Moh. Khoiruddin menyatakan para sejarawan mengemukakan bahwa madrasah pertama didirikan oleh Wazir Nizham al Mulk pada tahun 1064. Madrasah ini kemudian terkenal sebagai madrasah Nizham Al-Mulk. Namun pada saat itu sistem pembelajaran yang dilaksanakan tidak seperti madrasah modern. 

Perkembangan Pendidikan Islam Modern 

Pendidikan Islam merupakan sebuah sarana atau pun furshoh untuk menyiapkan masyarakat muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Pendidikan Islam lebih mengedepankan nilai-nilai Keislaman dan tertuju pada terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah serta taat dan tunduk kepada Allah semata. 

Selain itu, Ilmu pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis ajaran berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Kata “Islam” yang berada di belakang “pendidikan” selain menjadi sumber motivasi, inspirasi, sublimasi dan integrasi bagi pengembangan bagi ilmu pendidikan, juga sekaligus menjadi karakter dari ilmu pendidikan Islam itu sendiri (Khoiruddin, 2018: 101). 

Secara umum, pembaruan pendidikan terjadi karena adanya tantangan kebutuhan masyarakat pada saat itu. Melalui proses pembaruan tersebut diharapkan terciptanya manusia yang mampu mengatasi kebutuhan masyarakat yang tidak saja hanya persoalan agama (religius), tetapi persoalan kehidupan manusia pada umumnya, seperti sekarang ini. 

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendidikan tidak hanya sebatas sebagai fungsi inkulturasi. Pendidikan tidak hanya sekedar berfungsi sebagai pewaris nilai-nilai yang ada sekarang ke generasi mendatang, tetapi lebih dari itu hendaknya juga diarahkan untuk menyiapkan generasi dalam menghadapi tantangan hidup di masanya.

Munculnya gagasan modernisasi Islam pada bidang pendidikan, telah direalisasikannya melalui lembaga-lembaga pendidikan modern yang mengadopsi sistem pendidikan Barat. Pembaruan pendidikan Islam merupakan suatu usaha atau proses multidimensional yang cukup kompleks, dan tidak hanya bertujuan untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang dirasakan. Namun lebih dari itu, dilihat sebagai usaha menelaah kembali aspek-aspek sistem pendidikan yang berorientasi pada rumusan tujuan yang baru dan lebih utama selalu berorientasi pada perubahan masyarakat.

C:\Users\WINDOWS\Pictures\Pendidikan Islam Modern.jpg
Sumber: https://nu.or.id/opini/pendidikan-islam-dan-wawasan-masyarakat-F7C7y 

Rumusan tujuan pendidikan mestinya bukan hanya bersifat kehidupan akhirat, tetapi juga bersifat duniawi. Dalam implikasinya, tujuan pendidikan Islam mestinya lebih bersifat metafisik. Secara umum misalnya, pendidikan Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 

Baca Juga :   Nusantara, Tanah Pusaka yang Pernah Berjaya

Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam tidak cukup jika hanya ingin menghasilkan peserta didik yang memiliki kecakapan dalam penguasaan dan pengamalan ilmu-ilmu agama semata, tapi juga perlu menciptakan peserta didik yang memiliki kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Jadi, idealnya pendidikan Islam mampu menghasilkan peserta didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi ,dan sekaligus beriman, berakhlak mulia, dan beramal saleh (Hakim dan Imam Nur 2011: 184).

Konsep Pendidikan Islam Modern Menurut Dr. Mohammad Natsir

Hasanuddin, dkk dalam Ensiklopedia Kebahasaan Indonesia Jilid II menjelaskan bahwa konsep adalah “gambaran mental dari objek, proses, atau apa yang ada di luar bahasa, dan yang memerlukan penggunaan akal budi untuk memahaminya.” Pada bagian ini akan dipaparkan terkait dengan konsep pendidikan Islam menurut Dr. Mohammad Natsir.

Sebelum Indonesia merdeka, Mohammad Natsir aktif sebagai seorang pendidik sekaligus aktivis dalam berbagai pergerakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Setelah merdeka, Mohammad Natsir aktif di bidang politik. Ia berusaha berdakwah dan menanamkan ide-ide ajaran syariat Islam di pemerintahan. Beliau memilih jalan berdakwah di masyarakat secara luas untuk mampu menyadarkan banyak masyarakat Indonesia baik dari segi sosial maupun spiritual.

C:\Users\WINDOWS\Pictures\Dr. Mohammad Natsir.jpg
Sumber: https://beritajatim.com/sorotan/dr-m-natsir-politik-ideologi-politik-praktis-dan-politik-dakwah/ 

Mohammad Natsir menyampaikan bahwa konsep pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada konsep Ketuhanan yang bersifat universal. Konsep tersebut dimaksudkan agar pendidikan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam secara utuh, tetapi juga mampu menempatkan diri dalam tatanan dunia modern global. Tujuannya untuk menjawab sekularisasi ilmu pengetahuan dan pendidikan yang semakin menjauhkan umat manusia dari agama.

Konsep pendidikan modern yang berdasarkan pada Ketuhanan dalam pemikiran Mohammad Natsir ini dilandasi keimanan kepada Allah Swt. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Muhammad Athiyah al-Abrasy, sebagaimana telah dikutip oleh Abdurrahman Assegaf al-Abrasy menyatakan: “Iman sebagai landasan utama dalam Pendidikan Islam, iman adalah perasaan pesikologis manusia terhadap sang penciptanya dan yang menciptakan Islam. Berpegang teguh pada iman kepada Allah, keesaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan keagungan-Nya merupakan landasan Islam, dan merupakan rahasia kekuatan Islam”.

Menurut Mohammad Natsir kurikulum pendidikan Islam harus bersifat menyeluruh dalam bidang-bidang disiplin ilmunya. Kurikulum pendidikan Islam tidak cukup hanya dengan mengandalkan ilmu-ilmu di bidang fiqh, aqidah, dan akhlak saja, karena tantangan terhadap agama di dunia modern ini semakin kuat menggiring umat manusia kepada kehidupan yang sekuler dan memungkinkan berakhir pada sikap anti Tuhan (atheis). Oleh karena itu, Natsir berpandangan sangat perlu ditambahkan bidang ilmu-ilmu yang lainnya, seperti ilmu Sains dan teknologi, ilmu kedokteran, ilmu bahasa (penguasaan bahasa asing), dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Berdasarkan pemikiran Natsir tersebut, dapat kita pahami bahwa semakin banyak bidang ilmu yang harus masuk dalam kurikulum pendidikan Islam. Kendala yang timbul selanjutnya, tidak mungkin semua orang menguasai seluruh bidang-bidang ilmu tersebut. Oleh karena itu, dalam gagasan pendidikannya Mohammad Natsir menjadikan ilmu aqidah dan akhlak beserta sebagian ilmu fiqih sebagai landasan dasar atas ilmu-ilmu lain.

 Pemikiran Mohammad Natsir juga sejalan dengan pendapat KH. Abdullah Syukri Zarkasy, MA. Pimpinan Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo yang berpendapat bahwa: “Integrasi atau Perpaduan antara keilmuan umum dengan keilmuan agama Islam ini diharapkan dapat menjembatani antara kedua sistem tersebut. Sehingga keduanya dapat berperan saling melengkapi. Dalam hal ini, para pendiri pondok sering mengatakan bahwa tujuan pendidikan Gontor adalah mencetak ulama yang intelek”. 

Baca Juga :   Biografi Singkat Empat Imam Madzab 

Referensi

An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam Terj. Dari Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Asalibuha. oleh Drs. Hery Noer Aly. Bandung: CV. Diponegoro.

Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III. Jakarta: Kencana. 

Hakim, Imam Nur. 2011. MODERNISASI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM (Studi Atas Pemikiran Azyumardi Azra). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Hasanudin, dkk. 2009. Ensiklopedia Kebahasaan Indonesia, Jilid II. Bandung: Angkasa. 

Hasnida. 2017. Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Pada Masa Pra Kolonialisme dan Masa Kolonialisme (Belanda, Jepang, Sekutu). Jurnal Koordinat, Vol. XVI (2): 237-256.

Khoiruddin, Moh. 2018. Pendidikan Islam Tradisional dan Modern. Jurnal Tasyri’, Vol. 25 (2): 92-105.

Munawir Hakiki, Munawir. 2015. Konsep Pendidikan Islam Modern Menurut Pemikiran Dr. Mohammad Natsir. Skripsi S-1. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 

Syukri, Abdullah Zarkasyi. 2005.Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts