Pemusik dan Pianis Adolf Hitler dari Indonesia Bernama Abubakar

Mungkin dalam sejarahnya, Indonesia selalu luput dari gambaran sejarah mengenai perannya dalam Perang Dunia II karena tidak memiliki atau tidak terhubung dengan kekuatan poros maupun sekutu. Namun dalam beberapa catatan sejarah, ternyata tokoh Indonesia pernah terkait dengan tokoh perang dunia, khususnya tokoh dari Jerman. Bahkan tokoh tersebut menjadi pianis pribadi seorang Adolf Hitler. Tokoh tersebut bernama Abubakar. 

Oleh : Dimas Sigit Cahyokusumo

Adolf Hitler dan musik klasik

Adolf Hitler menggemari musik klasik dan sering menggelar konser pribadi di rumahnya. Ia merupakan seorang pemuja Beethoven. Elly Ney yang adalah pianis terkenal Jerman berspesialisasi Beethoven juga mendewakan Hitler. Elly Ney sering datang memainkan piano bagi Hitler dan tamu-tamunya di rumah pribadi Hitler di Obersalzberg. Selain Elly Ney, ada Ernst Hanfstaengl (1887-1975), dua tahun lebih tua dari Hitler, seorang pianis berbakat yang menjadi penghibur tetap Hitler. 

Ayah Hanfstaengl adalah seorang pengusaha penerbitan yang kaya dan sering membantu keuangan Hitler pada masa awal perjuangan Hitler, termasuk membantu dalam menerbitkan Mein Kampf. Ernst Hansfstaengl pernah menempuh pendidikan di Harvard. Di sana ia berteman dengan Franklin D. Roosevelt yang di kemudian hari menjadi presiden Amerika Serikat. Pertemanan ini semakin dekat dan mendalam ketika mereka berdua menjadi anggota New York Harvard Club. Hansfstaengl lulus kuliah tahun 1909 dan ia kembali ke Jerman tahun 1919 untuk belajar di Universitas Munchen, menjadi doktor dalam ilmu Failsafe tahun 1930 (Geerken, 2017). 

Ernst Hanfstaengl sering mengunjungi rumah pribadi Hitler di Obersalzberg untuk bermain piano dan musik. Namun sejak tahun 1936, hubungan antara Hanfstaengl dengan Hitler mulai retak. Ada jurang perbedaan pendapat antara Menteri Propaganda Nazi, yakni Joseph Goebbels dan Hanfstaengl. Puncak dari dari keretakan ini adalah rusaknya hubungan Hanfstaengl dengan Hitler karena kehadiran sosok Unity Mitford, gadis muda Inggris yang cantik menawan. Keretakan ini kemudian secara tidak langsung membuat Hanfstaengl merasa kehilangan posisi. 

Takut nyawanya terancam karena Hitler, Hanfstaengl kemudian melarikan diri ke Swiss. Namun atas permintaan sahabat lamanya, yakni presiden Roosevelt di tahun 1942, ia mengubah posisinya dan menjadi penasihat politik Roosevelt untuk masalah-masalah Hitler dan Nazi Jerman. Pada tahun 1946 ia kembali ke Jerman dan meninggal di Munchen pada tahun 1975 (Geerken, 2017).

Abubakar dan perjalanannya sebagai pianis pribadi Hitler

Setelah kepergian Hanfstaengl sebagai seorang pianis pribadi Hitler, tentu terdapat kekosongan untuk mengisi keinginan Hitler akan musik. Disinilah kemudian hadir sosok Abubakar, seorang musisi dari Jawa Hindia Belanda. Dalam bukunya berjudul Jejak Hitler di Indonesia, Horst H. Geerken bercerita mengenai sahabatnya bernama Iwan Ong Santosa yang bersama ibunya ingin membeli rumah di Jalan Raya Tajur, Bogor  di awal tahun 1990-an. Selain tertarik dengan rumah yang ingin dibelinya, Iwan ternyata juga tertarik dengan pemilik rumah yang tidak lain adalah Abubakar. Saat bertemu, Abubakar banyak bercerita dengan bangga kepada Iwan dan ibunya bahwa ia pernah tinggal di Jerman tahun 1937 dan secara teratur pergi menghibur Hitler dan Eva Braun di Obersalzberg ketika mereka berdua ingin bersantai mendengarkan musik di petang hari. 

Pada tahun 1930-an, Abubakar hidup dengan penuh warna dan dinamis. Ia sering diundang untuk pertunjukkan konser piano tertutup bagi para tuan-tuan tanah kulit putih di berbagai perkebunan di sekitar Bandung. Abubakar sebagaimana penuturan Iwan Ong Santosa adalah seorang Indo, ayahnya merupakan Muslim asal Jawa Barat dan ibunya merupakan keturunan Belanda. Di mata orang kulit putih Abubakar disebut dengan blanken, sebutan orang kulit putih pada kaum pribumi dan di mata pribumi ia digolongkan sebagai orang kulit putih (Geerken, 2017). 

Baca Juga :   Ekonomi Dalam Perspektif Mahatma Gandhi Bagian I

Menurut Horst H. Geerken  tidak pernah diperoleh jawaban yang pasti mengapa Abubakar sampai bisa bekerja dengan Hitler. Namun menurut Geerken  kuncinya ada di sosok seorang Walther Hewel. Walther Hewel terlahir dari keluarga pedagang kopi di Hindia Belanda, Walther Hewel adalah pengikut awal paham sosialisme nasional yang kelak dikenal dengan Nazi. Ia juga merupakan anggota dari organisasi paramiliter Nazi Stotrupp, cikal bakal Waffen SS. Sejak awal Hewel memang sudah dekat dengan Hitler sehingga ketika Hitler berkuasa karirnya melesat cepat. 

Pada tahun 1926 Hewel pergi ke Inggris dan menjalin kontak dengan Anglo-Dutch Plantations of Java Ltd yang beralamat di 5-7 East Cheap, London. Atas inisiatifnya sendiri ia pergi berlayar ke tanah Jawa. Pada tanggal 9 Maret 1927, Hewel berlayar dari Amsterdam dengan menumpang kapal SS Rembrandt, sebuah kapal perusahaan Belanda dengan tujuan Batavia. Hewel kemudian bekerja selama sepuluh tahun di Neglasari Estate Plantation di daerah Garut, Jawa Barat (Zarman, 2018). 

Walther Hewel juga merupakan seorang penggemar berat musik klasik. Dikarenakan kegemarannya, ia kemudian kenal dengan Abubakar. Perkenalan itu terjadi di konser-konser eksklusif yang digelar bos-bos perkebunan. Hewel kemudian menawari  dan mengatur supaya Abubakar bisa berangkat ke Jerman. Sejak saat itu, Abubakar kemudian menjadi seorang pianis pribadi Hitler (Kautsar, 2021). 

Pada tahun 1950, Abubakar kembali ke Indonesia dengan aman tanpa ada kendala apapun. Namun sayangnya ia tidak mendapatkan kekayaan sebagai hasil dari bermusik bagi para elit Nazi Jerman. Abubakar sepanjang hidupnya terus membujang dan sangat kesepian di masa tuannya. Tidak ada sanak saudara yang pernah mengunjunginya. Ia mengusir rasa kesepiannya dengan bermain piano atau memberikan les piano serta biola. 

Menurut para tetangganya Abubakar di usia yang telah larut senja sering mengumbar cerita saat ia berada di rumah pribadi Hitler di Obersalzberg dan memperlihatkan foto-foto dirinya bersama Hitler dan Eva Braun. Menurut Abubakar itulah saat-saat penting dalam hidupnya. Meskipun begitu, Abubakar banyak dihormati orang di Bogor dan ceritanya terkait hubungannya dengan Hitler selalu diterima baik oleh para tetangganya (Geerken, 2017). 

Daftar Pustaka

Geerken, H. (2017). Jejak Hitler di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Kautsar, N. D. (2021, Maret 8). Perjalanan Abubakar, Pemusik Klasik Asal Bogor yang Jadi Piano Pribadi Hitler. Retrieved from merdeka.com.

Zarman, R. (2018). Di Bawah Kuasa Antisemitisme. Pekanbaru: Tjatatan Indonesia.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts