Oppenheimer: Kisah di Balik Bapak Bom Nuklir

Oppenheimer kembali mencuat di permukaan setelah seorang sutradara terkenal bernama Christopher Nolan mengangkat kisah hidupnya melalui film layar lebar. Nama lengkapnya adalah J. Robert Oppenheimer, ia merupakan seorang fisikawan teoretis Amerika Serikat yang lahir pada tanggal 22 April 1904 dan meninggal pada tanggal 18 Februari 1967. Ia dikenal karena peran sentralnya dalam pengembangan bom atom selama Proyek Manhattan selama Perang Dunia II. Oppenheimer dipercaya menjadi direktur ilmiah proyek ini dan memimpin sejumlah ilmuwan dan teknisi untuk mengembangkan senjata nuklir.

Oleh Rina Mutoharoh

Robert Oppenheimer, seorang fisikawan jenius di bidang fisika kuantum ditugaskan oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk mengambil peran dalam menciptakan senjata perang yang sangat mematikan. Pada masa itu, seluruh komunitas fisikawan di dunia sedang terbuka untuk mengembangkan teknologi bom atom guna mempertahankan keamanan negara masing-masing. Tidak hanya Amerika Serikat, Uni Soviet, dan Jerman, tetapi banyak negara lainnya juga terlibat dalam perlombaan untuk menciptakan ancaman mematikan bagi dunia.

Dalam konteks ini, Oppenheimer dipilih untuk bergabung dalam proyek rahasia bernama The Manhattan Project, yang berpusat di fasilitas penelitian di Los Alamos, New Mexico. Tugasnya adalah memimpin tim ilmuwan dan teknisi yang berbakat dalam upaya mengembangkan senjata nuklir yang belum pernah terlihat sebelumnya. Proyek ini dijalankan dengan tingkat kerahasiaan yang tinggi karena dampaknya yang besar bagi keamanan dan keseimbangan dunia.

Proses pengembangan bom atom di The Manhattan Project melibatkan pemahaman mendalam tentang fisika kuantum dan sains nuklir. Oppenheimer dan timnya berhasil mengatasi berbagai tantangan teknis yang ada dan akhirnya berhasil menciptakan dua jenis bom atom yang diberi nama Little Boy dan Fat Man.

Proyek pengembangan bom nuklir tersebut diharapkan mampu menjadi cara untuk meredam perang dunia yang sedang terjadi. Ditambah, ketegangan antara Jepang dan AS tidak kunjung reda selama beberapa dekade sebelum terjadi perang dunia II. Perang antara kedua negara tersebut terjadi pada tahun 1937 saat Jepang berhasil menduduki wilayah Tiongkok Timur. Akibat peristiwa tersebut, negara-negara Barat dan Amerika berusaha menghentikan ekspor bahan-bahan penting ke Jepang guna menekan ekspansi yang dilakukan oleh negara Matahari Terbit tersebut. Sayangnya, agenda tersebut tidak dihiraukan oleh Jepang. Bahkan, pada 7 Desember 1941, Jepang melakukan serangan udara di pangkalan udara AS Pearl Harbor, Hawaii yang menewaskan setidaknya 2.403 tentara Amerika dan 1.178 tentara lainnya luka-luka. 

Tindakan Jepang pada pada peristiwa Pearl Harbor dinilai sebagai kejahatan perang. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemberitahuan dan pembicaraan sebelumnya. Oleh karena itu, tidak lama setelah peristiwa tersebut, kedua negara akhirnya menyatakan perang satu sama lain. Perang antara Jepang dan Amerika telah berlangsung sejak tahun 1941. Di sisi lain, perang di Eropa telah selesai pada Mei 1945. Berakhirnya perang di Eropa ditandai dengan Jerman yang menyerah tanpa syarat. Pada saat itu pula Amerika sedang melakukan suatu proyek pengembangan dan pembuatan bom nuklir yang diharapkan mampu mengakhiri perang dunia II. Pengembangan yang dilakukan oleh Amerika tersebut telah dilakukan sejak tahun 1930-an dan siap untuk diledakkan pada tahun 1945. Amerika meminta Jepang untuk menyerah dalam perang atau jika tidak, mereka akan menggunakan senjata terakhirnya (bom) guna menghancurkan wilayah kekuasaan Jepang. Dikarenakan Jepang tidak kunjung mengibarkan bendera putih, peledakan bom yang sudah direncanakan lama oleh Amerika pun tidak dapat dihindarkan.

Baca Juga :   Sejarah Singkat Anglo-Saxon di Inggris

Pada 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom pertama yang diberi nama Little Boy di atas kota Hiroshima, Jepang sebagai bagian dari upaya militer untuk mengakhiri Perang Pasifik dengan Jepang. Ledakan bom menyebabkan kerusakan yang sangat besar dan menewaskan ribuan orang seketika serta menyebabkan banyak orang menderita akibat dampak radiasi dan luka-luka. Kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom kedua yang diberi nama Fat Man di atas kota Nagasaki, Jepang. Ledakan bom ini juga mengakibatkan kerusakan besar dan kematian ribuan orang.

Sebagian besar masyarakat menganggap jika peristiwa tersebutlah yang menyebabkan Jepang menyerah pada perang dunia ke II. Pendapat lain mengatakan, jika mundurnya Jepang pada perang dunia ke II dikarenakan serangan Uni Soviet yang menyerbu kekaisaran Jepang. Opini ini pun tidak nampak di masyarakat karena kalah populer dengan peristiwa bom. Walaupun demikian, pada kenyataannya Jepang menyerah dalam perang setelah negerinya porak poranda karena bom yang diciptakan oleh tim yang dipimpin Oppenheimer. 

Penggunaan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki adalah peristiwa yang sangat kontroversial dan tragis dalam sejarah dunia. Setelah ledakan ini, Jepang menyerah secara resmi pada tanggal 15 Agustus 1945, menandai berakhirnya Perang Dunia II. Penggunaan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki telah memicu perdebatan etika yang mendalam tentang penggunaan senjata nuklir dan dampaknya terhadap kemanusiaan. Sejak saat itu, masyarakat internasional berupaya untuk mengendalikan dan membatasi penyebaran senjata nuklir serta mengadvokasi perdamaian dunia dan pencegahan konflik bersenjata massal.

Melalui film Oppenheimer, Nolan juga menggambarkan penyesalan sang bapak atom atas kekacauan yang terjadi karena penemuannya tersebut. Oppenheimer merasa bersalah karena menciptakan senjata tersebut. Di sisi lain, ia juga merasa lega bahwa senjata itu tidak berada di tangan Nazi sehingga membantu menghentikan peperangan. Kisah Oppenheimer dalam film tersebut mencakup perasaan ambivalen, yang mana dia merasa berdosa karena perannya dalam menciptakan bom yang berdampak mengerikan bagi kemanusiaan. Namun, ia juga mengakui bahwa penggunaan bom tersebut memiliki efek dramatis dalam mengakhiri perang meskipun hal itu juga menimbulkan pertanyaan etika yang mendalam.

Melalui kisah Oppenheimer, kita diajarkan untuk merenungkan dampak dan konsekuensi dari penemuan ilmiah yang luar biasa serta mengeksplorasi perasaan penyesalan dan rasa lega yang bercampur aduk dalam diri Oppenheimer.

Referensi

Kusniawati, dkk.2021.Dampak Sosial dan Keamanan Masyarakat Hirosima Nagasaki Pasca Dijathkannya Bom Atom Tahun 1945. Journal of Legal Research. Vol 3 No 4.

Ben Platts-Mills.2023.Who was the real Robert Oppenheimer. BBC. Dikutip tanggal 30 Juli 2023 pukul 21:12 WIB.

Megan Mccluskey.2023.Here’s How Faithfully Oppenheimer Capture It Subject’s Real Life.TIME. Dikutip tanggal 30 Juli 2023 pukul 21:14 WIB.

Redaksi.2023.Alasan Jepang Menyerah, Ternyata Bukan Bom Atom Oppenheimer. CNBC Indonesia. Dikutip tanggal 30 Juli 2023 pukul 21:15 WIB.

Windu Jusuf.2021.Bom Hirosima: Penutup Perang Dunia II yang Memicu Kekuatan Global  Tirto.id. Dikutip tanggal 30 Juli 2023 pukul 21:16 WIB. 

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts