Mempertahankan Identitas Nasional Dalam Tradisi Larung Sesaji Labuh Bumi di Kediri 

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar kaya akan sumber daya alam yang melimpah jika bisa dimanfaatkan dan diolah dengan baik. Selain itu, bangsa Indonesia kaya akan budaya dan keanekaragaman. Akan tetapi kekayaan ini jika tidak diolah dengan baik justru akan menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia sendiri. Menjadi sangat penting untuk mengetahui dan memahami identitas nasional agar cita-cita yang diharapkan bangsa Indonesia dapat terwujud. Adapun fungsi dari identitas nasional yaitu menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia dibawah semboyan Bhineka Tunggal Ika dan ideologi Pancasila (Afifah, 2018). Identitas nasional telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar Tahun  1945 dan Undang-undang nomor 24 Tahun 2009 yang menjelaskan secara spesifik dan filosofis perbedaan antara Negara Indonesia dengan negara lain. 

Oleh Nabila Putri Vebriantana 

Hubungan dari  identitas nasional dengan kearifan lokal  tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai kebudayaan yang telah berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman kearifan lokal yang bertebaran di seluruh penjuru daerah di Indonesia. Keanekaragaman dari kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia hendaknya selalu dijaga, dilestarikan, dan senantiasa diimplementasikan. Pada dasarnya   bentuk   kearifan   lokal di Indonesia itu bermacam-macam,  bisa berupa  suatu  nilai,  aturan  atau  norma,  suatu keyakinan    atau    kepercayaan dan lain sebagainya. 

Menurut pendapat Zaremba (2014) fungsi dari kearifan lokal ada enam. Pertama, sebagai penanda identitas sebuah komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di suatu daerah. Kedua, jembatan perekat lintas warga, lintas agama dan lintas kepercayaan. Ketiga, kearifan lokal tidak bersifat memaksa tetapi lebih merupakan kesadaran dari dalam. Keempat, kearifan lokal telah memberi warna kebersamaan sebuah komunitas. Kelima, kemampuan lokal wisdom dalam mengubah pola berpikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dan meletakkannya di atas common ground. Keenam, kearifan lokal dapat mendorong proses apresiasi partisipasi sekaligus meminimalisir penyebab yang merusak solidaritas dan integrasi komunitas.

Maka dari itu keanekaragaman kearifan lokal di Indonesia perlu dilestarikan agar identitas nasional tidak hilang dan masih hidup dan terus berembang hingga dikenal di seluruh  dunia. Salah satu contoh dari kearifan lokal yang dimiliki Bangsa Indonesia adalah Upacara Larung Sesaji Labuh Bumi yang ada di Kota Kediri, Jawa Timur. Tradisi ini secara rutin dilaksanakan untuk memperingati hari jadi Kota Kediri. Tradis ini akan diadakan di pinggiran Sungai Brantas tepatnya di bawah Jembatan Brawijaya. Makna dari tradisi ini adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan berkah yang melimpah dan diharapkan dengan melakukan larung sesaji semua persoalan dan musibah yang dialami Kota Kediri bisa hilang terbawa arus Sungai Brantas, sehingga Kota Kediri menjadi kota yang aman, tentram dan sejahtera (Kediri, 2016) . 

Di era globalisasi ini, keluar masuk budaya asing ke Indonesia  dapat mengancam keberadaan kebudayaan lokal asli milik Indonesia. Maka dari itu sebagai generasi milenial kita harus bisa memanfaatkan keberadaan IPTEK sebagai wadah untuk mengenalkan budaya nusantara ke kancah internasional. 

Keterkaitan kearifan lokal dengan identitas nasional

Menurut Robert (2012) kearifan lokal atau local knowledge adalah pengetauhan yang dimiliki masyarakat pada suatu daerah yang bersumber pada suatu nilai luhur masyarakat setempat untuk mengatur tatanan kehidupan. Sedangkan menurut Rahyono (2009) kearifan lokal merupakan kecerdasan yang dimiliki manusia pada suatu etnis atau kelompok tertentu yang diperoleh berdasarkan pengalaman masyarakat. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kearifan lokal merupakan suatu pandangan hidup dan ilmu pengetahuan strategi kehidupan yang berupa suatu aktivitas atau kegiatan masyarakat guna menjawab berbagai masalah untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

       Kearifan lokal hasil dari suatu masyarakat tertentu yang didapat melalui pengalaman mereka yang belum tentu dialami oleh masyarakat lain daerah. Unsur nilai-nilai dalam kearifan lokal sudah sangat kuat dan melekat dalam diri masyarakat tertentu dan sudah mengalami perjalan waktu yang cukup panjang semenjak adanya keberadaan masyarakat tersebut. Unsur-unsur nilai dalam kearifan lokal dapat dikelompokan menjadi nilai religi, nilai gotong-royong, nilai seni, nilai sejarah, dan nilai ekonomi. 

Ilmuwan antropologi Koentjoroningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi  telah mengelompokan kebudayaan manusia yang menjadi wadah dari kearifan lokal itu kepada ide, aktivitas sosial dan artefak. Misalnya saja kepandaian masyarakat Aceh dalam membuat rumah sebagai tempat tinggalnya yang disebut sebagai Rumah Adat Rumoh Krong Bade yang mana rumah adat ini mempunyai segudang keunggulan dalam bidang kesehatan, lingkungan, sosial, dan filosofi keagamaan. Rumah adat ini dibangun mirip dengan rumah panggung untuk menahan dari banjir. Selain itu, ada pula kearifan lokal yang berbentuk semacam upacara tradisi yang merupakan wujud syukur terhadap nikmat Sang Kuasa yang telah diberikan. Misalnya saja pada upacara tradisi Larung Sesaji di Kota Kediri yang dilakukan setiap tahun untuk memperingati Hari Jadi Kota Kediri. Kearifan lokal yang berkembang di Indonesia memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat karena berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan. Apabila kegiatan tersebut tidak dilakukan dalam jangka waktu tertentu masyarakat percaya akan adanya musibah yang akan menimpa atau semacam pagebluk. Pada dasarnya kearifan lokal memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat tertentu (Rapanna, 2018). 

Kearifan lokal yang dilakukan secara turun temurun lama kelamaan akan menjadi sebuah tradisi dalam masyarakat dan akan menjadi sebuah hukum adat apabila terdapat seseorang yang melanggar aturan-aturan yang ada dalam tradisi tersebut. Kearifan lokal yang ada di suatu bangsa memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain dengan identitas nasional atau jati diri bangsa yang dianggap sebagai ciri khas suatu bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Identitas nasional juga dapat dikatakan sebagai karakter suatu bangsa yang sudah ada dan telah melekat dalam diri suatu bangsa sejak masa lampau. Bangsa Indonesia mempunyai karakter masyarakat yang beragam dan selalu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan individu, seperti halnya kearifan lokal yang berkembang pada setiap daerah di Indonesia yang memiliki sifat keberagaman (plural) yang mengandung unsur sosiologis maupun religius (Marpaung, 2013). 

Baca Juga :   Jaranan: Seni Tari Peninggalan Leluhur yang Tidak Lekang Oleh Zaman

Kearifan lokal Larung Sesaji Labuh Bumi

Pengertian kearifan lokal secara filosofis merupakan sebuah cerminan dari perilaku budaya masyarakat yang berlatar belakang pada nilai-nilai dalam kehidupan yang telah dianut oleh masyarakat secara turun temurun. Misalnya saja dalam kehidupan masyarakat Kediri menerapkan filosofi Jawa seperti Urip Iku Urup, Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti, Aja Kuminter Mundak Keblinger Aja Cidra Mundak  Cilaka,  Alon-alon  Waton  Klakon, Nrimo Ing Pandum, dan lain-lain akan dimanifestasikan. Selain itu nilai-nilai filosofis dan tatanan praktik kehidupan sehari-hari juga akan memengaruhi kehidupan sosial. 

Kota Kediri secara geografis terletak di bagian barat Jawa Timur. Secara geografis , Kota Kediri terletak di antara 111,05 derajat-112,03 derajat Bujur Timur dan 7,45 derajat-7,55 derajat Lintang Selatan dengan luas 63,404 kilometer persegi. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 M di atas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40% (Pemkot Kediri, diakses 2022). Terdapat tiga kecamatan yang ada di Kota Kediri yaitu Kecamatan Mojoroto yang berada di paling Barat Kota Kediri, kemudian Kecamatan Kota dan di paling Timur sendiri ada Kecamatan Pesantren. Terdapat aliran Sungai Brantas yang menjadi pemisah  wilayah Kota Kediri bagian barat dan bagian timur. 

Pada Kota Kediri sendiri terdapat suatu tradisi upacara yang masuk kedalam kearifan lokal yang menarik untuk diteliti, mengingat sejarah Kediri pada masa silam merupakan sebuah kerajaan bercorak Hindu-Budha sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan-kerajaan besar pada masa Hindu-Budha sekaligus menjadi payung bagi  daerah-daerah maupun kerajaan-kerajaan kecil di Kota Kediri. Adanya pusat kerajaan di Jawa Timur muncul dengan pemindahan pusat Kerajaan di Jawa Tengah yaitu Mataram Kuno yang kemudian dipindahkan oleh Mpu Sindhok ke wilayah Jawa Timur dan kemudian berdirinya sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Medhang, yang menjadi cikal bakal dari lahirnya Kerajaan Kediri. 

Mayoritas masyarakat Kota Kediri adalah suku Jawa maka dari itu dapat dipastikan bahwa masyarakat Kediri kental dengan budaya Jawa salah satunya adalah pelestarian budaya dalam rangka melestarikan lingkungan melalui sebuah ritual upacara tradisi. Masyarakat Kota Kediri juga mengenal sebuah ritual yang berhubungan dengan alam yaitu ritual upacara tradisi Larung Sesaji Labuh Bumi Sungai Brantas. Masyarakat Kota Kediri menganggap bahwa Sungai Brantas sebagai sumber pengairan untuk kehidupan masyarakat Kota Kediri sebagai tempat yang sakral. Ritual Upacara Tradisi Larung Sesaji di Sungai Brantas ini rutin dilakukan tiap tahun untuk memperingati Hari Jadi Kota Kediri. Menurut keyakinan masyarakat Kota Kediri dengan melakukan tradisi ini maka semua musibah serta persoalan yang dihadapi oleh Kota Kediri bisa hilang dan terbawa Sungai Brantas. Sehingga Kota Kediri bisa menjalani kehidupan yang nyaman,tentram dan damai. Untuk yang dilarung biasanya menggunakan kepala sapi serta bebek yang dihanyutkan di Sungai Brantas. Melarung kepala sapi ini mempunyai maknanya sendiri yaitu melambangkan wujud dari masa kejayaan di masa lalu dengan Sungai Brantas sebagai jalur perdagangan yang strategis. Maka harapannya  perdagangan di Kota Kediri sekitar Sungai Brantas semakin berkembang. Sedangkan untuk Labuh Bumi sendiri merupakan wujud syukur atas limpahan rahmat serta hidayah Allah SWT kepada masyarakat Kota Kediri, dan menyuguhkan berbagai hasil bumi masyarakat Kota Kediri dan dibentuk semacam gunungan atau tumpeng. Tumpeng  terbagi atas tiga bagian yaitu tumpukan polopendem, buah-buahan serta sayuran dan tumpeng nasi kuning yang semuanya disajikan di tampah. Upacara tradisi ini biasanya dihadiri serta diikuti oleh pejabat Kota Kediri dan masyarakat Kota Kediri. Larung Sesaji ini diselenggarakan dibawah Jembatan Brawijaya di samping Taman Brantas Kota Kediri. 

Gambar gunungan Buah-buahan hasil bumi

Gambar kepala sapi

Larung Sesaji sendiri memiliki simbol suatu tatanan, yang berarti bahwa tradisi Larung Sesaji merupakan cerminan tata nilai luhur masyarakat Kota Kediri berupa dengan melarung kepala sapi. Selanjutnya sebagai tuntunan yaitu wujud syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan yang damai. Sebagai tontonan ialah masyarakat Kota Kediri sangat antusias menyambut upacara tradisional ini karena dalam upacara tradisi ini menyuguhkan suatu festival rakyat. Akan tetapi tidak banyak masyarakat Kota Kediri yang tahu makna penting dalam upacara tradisi Larung Sesaji, yang mana kebanyakan dari mereka hanya menonton saja tanpa memaknai nilai-nilainya. Maka dari itu, pentingnya memanfaatkan teknologi dalam mengembangkan kearifan lokal suatu daerah  kemajuan teknologi. 

Pelestarian kearifan lokal melalui promosi media sosial dikalangan generasi muda

Penting untuk membuat generasi muda memahami nilai-nilai yang terkandung dalam suatu kearifan lokal. Hal ini merupakan sebuah langkah preventif guna menumbuhkan dan menjaga jiwa semangat patriotisme serta nasionalisme. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat di era disrupsi yang mana perubahan besar terjadi yang berbasis pada digital yang selalu menekankan pada penggunaan berbasis internet yang mengakibatkan manusia tidak dapat terpisahkan dari gawainya.  Teknologi modern merupakan sebuah inovasi yang diciptakan untuk memudahkan segala macam aktivitas. Fenomena kemajuan teknologi juga telah memberikan dampak pada bidang kebudayaan serta adat dan istiadat (Paramartha Bayu, 2022).  Dampak tersebut dapat melahirkan sisi negatif dan positif jika kita mampu menggunakan kemajuan teknologi secara optimal. Menurut Rizkan Zulhyadi, Dekan Fakultas Hukum Universitas Medan Area saat menghadiri seminar di Universitas Pertahanan, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/11/2019) menyebutkan bahwa hilangnya nilai-nilai dalam kearifan lokal dari generasi muda memiliki dampak yang cukup besar, seperti hilangnya rasa nasionalisme. Pengaruh narkoba yang semakin marak, hingga menjadi manusia yang individual serta tidak lagi memiliki kreativitas dan inovasi untuk berkembang (Oktaviani, 2019). Semakin majunya zaman telah melahirkan tatanan pola kehidupan masyarakat yang baru, mulai dari nilai, budaya, dan kehidupan sosial yang telah ada sejak lama mulai kehilangan jati dirinya. Masuknya budaya liberal di tengah kehidupan masyarakat Indonesia telah melemahkan ikatan kekeluargaan, pertemanan, solidaritas sosial serta identitas nasional terkhusus budaya lokal dan kearifan lokal. Nilai-nilai budaya di dalam unsur kearifan lokal telah mengalami pergeseran yang disebabkan oleh kemajuan teknologi digital dan menuntun masyarakat untuk hidup konsumtif (Indriani, 2020). 

Baca Juga :   Peristiwa Pemberontakan dan Pemusnahan PKI di Kediri 1961-1966

 Memanfaatkan media sosial dalam menguatkan posisi kearifan lokal Larung Sesaji Labuh Bumi di Kota Kediri merupakan sebuah langkah baik. Mobilitas masyarakat di era modern ini tidak dapat dilepaskan dari penggunaan media sosial. Media sosial sendiri adalah tempat untuk mewadahi kerjasama diantara pengguna media sosial yang akan menghasilkan sebuah konten. Media sosial ini lebih memfokuskan pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktifitas serta dalam berkolaborasi. Jenis dari media sosial yang telah dikenal oleh masyarakat saat ini sangatlah beragam dan dari berbagai jenis. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh We Are Social menyebutkan jenis-jenis dari media sosial yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia yaitu, youtube, facebook, instagram, dan twitter beradasarkan berita yang telah dimuat dalam wartakota,  sebagian besar masyarakat Indonesia adalah peminat dari pengguna instagram terbesar di Asia Pasifik dengan banyak jumlah pengguna 45 juta orang dari jumlah pengguna global sebanyak 700 juta orang (Nuraeni, 2019). Semakin berkembangnya inovasi baru sekarang muncul media sosial tik tok yang lebih populer dan banyak dipakai oleh masyarakat untuk mengabadikan momen penting di dalam hidup sekaligus dapat digunakan sebagai media penyampaian materi pendidikan serta kearifan lokal suatu daerah. 

Untuk media promosi, memanfaatkan media sosial dari platform instagram cukup optimal karena instagram lebih dikenal dikalangan masyarakat  yang dapat digunakan sebagai sarana berbisnis serta menunjang pendidikan. Penguatan posisi kearifan lokal Larung Sesaji Labuh Bumi di Kota Kediri melalui promosi di media sosial khususnya instagram dilakukan karena dengan begini banyak masyarakat yang dapat melihat dan menjangkau platform tersebut dengan mudah. Dipromosikan melalui media sosial akan banyak orang yang tahu mengenai kearifan lokal Larung Sesaji Labuh Bumi yang ada di Kota Kediri agar lebih banyak dikenal oleh masyarakat luas tidak hanya berfokus serta berpusat pada masyarakat Kota Kediri saja. Pemanfaatan media sosial akan menghasilkan konten-konten mengenai edukasi dalam nilai kearifan lokal. Berikut link dari konten instagram yang mengangkat nilai-nilai dalam kearifan lokal Larung Sesaji Labuh Bumi Kota Kediri 

Kesimpulan

Dapat diambil kesimpulan bahwa kearifan lokal sebagai identitas nasional yang membedakan Negara Indonesia dengan daerah lain wajib untuk dilestarikan dengan cara memanfaatkan kemajuan teknologi yang semakin pesat. Kearifan lokal sendiri merupakan local knowledge yaitu kecerdasan suatu masyarakat tertentu yang diturunkan secara turun temurun. Penting untuk memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini karena dapat membawa dampak negatif serta positif di dalam masyarakat. Maka dari itu, penting untuk memanfaatkan kemajuan teknologi salah satunya media sosial sebagai sarana promosi mengenalkan makna serta nilai-nilai kearifan lokal dalam upacara tradisi Larung Sesaji Labuh Bumi Kota Kediri di kancah internasional. Hal ini disebabkan masyarakat Kota Kediri hanya melihat saja Larung Sesaji tanpa memahami maknanya. 

Daftar Pustaka 

Afifah, T. (2018). Identitas Nasional Ditinjau Dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. AJUDIKASI : Jurnal Ilmu Hukum, Hlm 187-198. Vol. 2 No. 2. .

Indriani. (2020). Lingkungan Di Desa Cimanggu Kecamatan Ngamprah Bandung Barat. Meta Communication; Journal Of Communication Studies, 5(1), 1–11.

Kediri, H. P. (2016, Juli 27). Retrieved from https://www.kedirikota.go.id/: https://www.kedirikota.go.id/p/berita/1018074/selamatan-larung-sesaji-dan-labuh-bumi#:~:text=%E2%80%9CLarung%20sesaji%20dan%20labuh%20bumi%20bukanlah%20sesaji%20yang,Disbudpadpora%20Nur%20Muhyar%20saat%20menyampaikan%20sambutan%20Walikota%20Kediri.

Kediri, P. (2019, Januari). Retrieved from kedirikota.go.id: https://kedirikota.go.id/p/berita/1014797/larung-sesaji-di-sungai-brantas-hari-ini

Koentjaroningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Marpaung, L. A. (2013). Urgensi Kearifan Lokal Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah . Yustisia Jurnal Hukum , Vol 2. No 2.

Martawijaya, M. A. (2016). Model Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. Magena.

Nuraeni, D. P. (2019). Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Media Promosi . Jurnal Common, 70-76. Vol 3 No. 1.

Oktaviani. (2019, November 09). Retrieved from Akurat.co: https://akurat.co/perkembangan-teknologi-dinilai-telah-mengikis-nilai-kearifan-lokal

Paramartha Bayu, N. I. (2022). Pemanfaatan Media Sosial Populer Dalam Pembelajaran Sejarah Berbasis Kearifan Lokal di Era Disrupsi . Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sejarah dan Ilmu Sosial , 17-25.

Rahyono, E. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra.

Rapanna, P. &. (2018). Menembus Badai Ekonomi Dalam Perspektif Kearifan Lokal. Makassar: CV. Sah Media.

Robert, S. (2012). Kearifan Lokal: Hakikat, Peran dan Metode Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Yulius. (2014, September 19). Retrieved from http://digilib.unila.ac.id/2100/9/BAB%20III.pdf

Zaremba, Y. (2014). Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural Guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat Di Lombok Barat. repository.upi.edu. 

Zubaidi, K. d. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:: Paradigma.


Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts