Jong Sumatranen Bond: Dari Pemuda Sumatera Untuk Persatuan Indonesia

Oleh: Alhidayath Parinduri 

Perubahan kondisi telah terlihat di Hindia Belanda menyusul di akhir abad ke-19 semakin banyak dukungan terhadap tanah jajahan Belanda tersebut. Suara perhatian itu berangsur-angsur berkumandang dan didominasi terhadap dukungan kepada orang pribumi. Perhatian tersebut sedikit banyaknya menimbulkan perdebatan-perdebatan yang seru demi memaksa elit kolonial untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kaum pribumi. Salah satu yang menyatakan perhatiannya terhadap pribumi adalah kaum etis  yang dalam hal ini diwakili oleh Van Deventer.

Harus disadari bahwa ada satu keuntungan dari politik etis yang selanjutnya mengubah pandangan orang pribumi. Keuntungan yang dimaksud adalah edukasi (pendidikan). Edukasi yang menjadi salah satu gagasan dari politik etis memberikan pengaruh penting akan perjalanan berbangsa dan bernegara orang pribumi di Hindia Belanda. Akibat adanya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, maka lahir kaum terpelajar dari kalangan pribumi. Selanjutnya, kaum terpelajar inilah yang menginisiasi pentingnya kesadaran akan bangsa yang merdeka dari penjajah. 

Babak baru tersebut dimulai ketika pada tanggal 20 Mei 1908 terbentuklah perkumpulan yang dikenal dengan sebutan Boedi Oetomo (BO). Perkumpulan ini merupakan organisasi pertama yang menyatakan perjuangan untuk melawan pihak Belanda dengan jalan nonkooperatif. Adanya Boedi Oetomo melahirkan semangat-semangat baru dari berbagai kalangan untuk ikut membuat sebuah perkumpulan serupa. Bermunculan juga organisasi kepemudaan yang berbasis kedaerahan. Organisasi kepemudaan pertama yang lahir, yaitu Tri Koro Dharmo (TKD) pada tahun 1915 yang selanjutnya berganti nama menjadi Jong Java. Kemudian, di tahun-tahun selanjutnya semakin banyak muncul organisasi-organisasi pemuda kedaerahan, seperti Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Minahasa (1918), Jong Ambon (1918), Jong Celebes (1919), dan sebagainya. 

C:\Users\yatno\Pictures\Jong-Sumatranen-Bond.png
Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/msp/jong-sumatranen-bond/

Jong Sumatranen Bond (JSB) adalah sebuah organisasi yang didirikan pada 7 Desember 1917. Terbentuknya JSB merupakan salah satu reaksi dari lahirnya Tri Koro Dharmo atau perkumpulan pelajar Jawa. JSB didirikan tidak jauh dari Gedung STOVIA, tepatnya di Volkslectuur Weltevreden. Menurut Magdalia Alfian, terkait tempat rapat dan didirikannya JSB ini bahwa kemungkinan banyak pemuda Sumatera yang bekerja di Volkslectuur yang saat itu dipimpin oleh Sutan Pamuntjak dari Minangkabau. Salah satu tujuan didirikannya Jong Sumatranen Bond (JSB) ini adalah untuk memperkokoh hubungan antara sesama pelajar Sumatera di Jakarta. Selain itu, hal lain yang menjadi prinsip dari perkumpulan ini adalah kesadaran bahwa mereka kelak akan menjadi pemimpin di Sumatera. Oleh karena itu, diharapkan pemuda-pemuda Sumatera tersebut bersatu untuk dapat memajukan daerahnya. Pertemuan atau rapat pembentukan JSB diselenggarakan di Gedung Volkslectuur (sekarang menjadi Gedung Balai Pustaka Jakarta) pada tanggal 9 Desember 1917. Pertemuan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh dari Sumatera maupun murid-murid sekolah menengah di Jakarta (Batavia), keseluruhan yang hadir lebih kurang 90 orang. 

Pada rapat ini dibahas mengenai Anggaran Dasar dan Kepengurusan organisasi ini. Terkait Anggaran Dasar JSB dijelaskan bahwa JSB merupakan sebuah perserikatan bagi para pemuda Sumatra yang telah menerima pendidikan lanjutan atau menengah atau kejuruan. Berkedudukan di Weltevreden dan memiliki cabang dengan pengurusnya sendiri di bawah pengawasan pengurus pusat. Perihal Pengurus Pusat dinyatakan bahwa: pengurus pusat setiap tahun akan berganti dan bisa dipilih kembali. Pengurus pusat mewakili Serikat baik di dalam maupun di luar organisasi. Pengurus pusat harian dipilih oleh dan dari pengurus pusat yang dibebani dengan pelaksanaan aktivitas sehari-hari dari organisasi dan bertanggung jawab kepada pengurus pusat. Dalam kasus kemacetan dalam pemungutan suara, ketua akan menentukan. Seorang sekretaris memperhatikan pembukuan organisasi, membuat notulen rapat dan ditugasi dengan semua surat-menyurat. Semua berkas pengurus pusat ditandatangani oleh ketua dan sekretaris. Begitu pula bendahara tugasnya adalah memperhatikan urusan keuangan.

Baca Juga :   Babak terakhir Makassar vs Belanda

Setelah pembahasan mengenai Anggaran Dasar JSB, dilakukan pemilihan pengurus. Sebagai calon ketua diajukan dua orang yaitu Alinoedin dan T. Mansoer. Pilihan kemudian jatuh kepada T. Mansoer. Keputusan pemilihan tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut:

K e t u a : Tengkoe Mansoer (seorang pangeran dari Asahan/ Sumatra Timur). 

Wakil Ketua : Abd. Moenir Nst.

Sekretaris : M. Anas dan Amir (dari STOVIA).

Bendahara : Marzuki II

Anggota Pengurus : Latif Panei, Zainal Abidin, Achmad Djonap, Merari Sr, Regen,                                 

  Osman, Hasan Sr.

Selanjutnya, kiprah JSB pada masa pergerakan nasional berlanjut sampai diadakannya Kongres Pemuda Pertama. Pada pelaksanaan kongres tersebut peranan JSB cukup besar. Hal itu dapat dilihat dari andil anggota JSB dalam kepanitiaan penyelenggara. JSB mengirimkan tiga anggotanya untuk menjadi panitia dalam kongres tersebut. Kongres pemuda pertama ini diselenggarakan selama tiga hari, yaitu dari tanggal 30 April 1926 hingga 2 Mei 1926 yang menghasilkan pentingnya memupuk rasa persatuan dan kesatuan antar seluruh elemen pemuda yang ada di Nusantara dan kedudukan wanita Indonesia serta penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. 

Setelah Kongres pemuda pertama selesai, terdapat perdebatan tentang fusi dan federasi di kalangan organisasi pemuda. Dorongan untuk mewujudkan fusi terus bergulir, Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia (PPPI) berupaya tampil untuk mewujudkan fusi tersebut. PPPI berpendapat, fusi harus dicapai melalui sebuah kerapatan yang dihadiri para wakil seluruh organisasi pemuda. Awal Oktober 1928 Panitia Kongres Pemuda Kedua mengumumkan penyelenggaraan Kongres yang berlangsung selama dua hari, yaitu 27-28 Oktober 1928 di Jakarta. Kongres tersebut berlangsung dalam tiga kali sidang. 

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa pada Kongres Pemuda Sidang III ini diperdengarkan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R.Supratman. Awal mulanya di sela-sela kongres, yaitu pada waktu istirahat. Pada rapat terakhir sesudah istirahat sebentar, rapat dibuka kembali oleh Sugondo dan dengan suara keras membaca rumusan Yamin:

Poetoesan

Kerapatan pemoeda Indonesia

Jang diadakan oleh perkoempoelan pemuda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja: Jong-Java , Jong- Sumatra (Pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar- Roekoen, Jong- Islamiten Bond, Jong-Batakbond, Jong- Selebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan peladjar-peladjar Indonesia.

Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober, tahoen 1928 dinegeri Djakarta; Sesoedahnja mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan jang diadakan dalam kerapatan tadi. Sesoedahnja menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini; Kerapatan laloe mengambil poetoesan:

Pertama, Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe, bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea, Kami poetera dan Poeteri Indonesia mengakoe, berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga, Kami poetera dan peteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan dimoeka rapat perkoempoelan kita.

C:\Users\yatno\Pictures\Tugu Jong Sumatranen Bond.jpg
Sumber: http://klikpositif.com/baca/1084/tugu-jong-sumatranen-bond-saksi-sejarah-gerakan-pemuda-di-sumatera-bag-1-

Setelah itu Pemoeda Soematera pada pertengahan bulan Februari 1929 itu juga memutuskan untuk berkeinginan melakukan fusi sebagai salah satu amanat dari Kongres Pemuda II di Jakarta. Kemudian pada tanggal 23 April 1929, wakil organisasi-organisasi yang menyetujui fusi. Pertemuan tersebut mereka namakan ”Sidang fusi yang pertama”. Pada akhirnya, kedua komisi ini telah menyelesaikan tugasnya pada bulan Oktober 1929. Kemudian pada tanggal 23 Maret 1930, Pemoeda Soematera dilebur ke dalam Indonesia Moeda. Demikianlah akhir perjalanan Jong Sumatranen Bond dan telah melalui masa lebih kurang 12 tahun dalam sebuah perjuangan, yang kemudian melebur diri ke dalam Indonesia Moeda, sebagai wadah perjuangan pemuda Indonesia untuk seterusnya. Dari kisah JSB ini dapat kita ambil pelajaran bahwa segala kepentingan yang ingin dicapai apapun itu harus disingkirkan terlebih dahulu. Kepentingan nasional demi terwujudnya persatuan adalah hal utama yang harus diwujudkan. 

Baca Juga :   Benih-benih Kesetaraan Gender di Masa Politik Etis Melalui Sekolah Kartini

DAFTAR PUSTAKA 

Charles. 1984. Citra dan Perjuangan Perintis Kemerdekaan Seri Pergerakan Partai-Partai Politik. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial R.I. 

Edy Suwardi. 2008. Jong Sumatranen Bond: Dari Nasionalisme Etnik Menuju Nasionalisme Indonesia (1917-1931). Tesis S-2. Depok: Universitas Indonesia. 

Jong-Sumatra, No.1, Januari 1918. 

Kartodirdjo, Sartono. 2014. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Yogyakarta: Ombak. 

Kutoyo, Sutrisno dan M.Soenyoto. 1970. Suatu Catatan Tentang Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Jakarta: Lembaga Sejarah dan Antropologi Direktoral Jenderal Kebudayaan P & K. 

Noer, Deliar. 1980. Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.  

P.N.Balai Pustaka. 1978. P.N. Balai Pustaka Selayang Pandang. Jakarta: Departemen P dan K. 

Pringgodigdo, A.K. 1986. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. 

Rahman, Abdul et.al. 2005. Sumpah pemuda Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional. Jakarta: Museum Sumpah Pemuda.

Safwan, Mardanas. 1979. Peranan Gedung Kramat Raya 106 dalam Melahirkan Sumpah Pemuda. Jakarta: Pemerintah DKI Jakarta Dinas Museum & Sejarah. 

Suhartono. 1994. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

Zainoel, A Ihsan dan Pitut Soeharto. 1981. Aku Pemuda Kemarin Di Hari Esok. Jakarta: Jayasakti. 

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts