Jean Bedel Bokassa: Napoleonnya Afrika

Dalam kondisi geopolitik saat ini, mayoritas negara-negara di benua Afrika dikuasai oleh presiden. Berbeda dengan mayoritas negara-negara di Amerika dan Eropa, para presiden di benua Afrika memerintah negaranya dengan cara yang otokratis. Meskipun begitu, mereka tetap menggunakan nama presiden dalam menjuluki jabatannya. Namun, hal ini tidak berlaku dengan mantan presiden Republik Afrika Tengah, Jean Bedel Bokassa. Ia memerintah negaranya dengan jabatan sebagai kaisar Afrika Tengah selama 3 tahun dengan upacara pengangkatan yang mewah. Lantas, bagaimana sang kaisar ini melaksanakan pemerintahan di negaranya ini?

Oleh : Muhammad Dicky Syaifudin

Bokassa lahir pada 22 Februari 1921 di Bobangui, wilayah yang dulunya termasuk jajahan Perancis. Ia merupakan anak ke 12 dari pasangan Mindogon Bakassa dan Marie Yokowo. Mindogon merupakan seorang pemberontak yang menolak kekuasaan Perancis di wilayahnya. Pemberontakan ini membuat Mindogon dianiaya sampai mati oleh para prajurit  pada 13 November 1927. Kematian ini membuat ibu Bokassa menjadi depresi dan memutuskan untuk bunuh diri. Kematian kedua orang tuanya membuat Bokassa sering mendapat cacian dari teman-temannya. Bokassa menempuh pendidikannya di Ecole Saint-Louis di Bangui dan melanjutkannya ke sekolah Father Compte di Brazzaville.

52065.jpg
Gambar 1.Bokassa ketika bertugas di Troupes Coloniales tahun 1939 (Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/3e/Bokassa_1939.jpg )

Setelah menyelesaikan pendidikannya pada 1939, Bokassa bergabung dengan Troupes Coloniales, yakni pasukan militer Perancis yang bertugas untuk menjaga daerah jajahan Perancis. Ketika Perancis berhasil dikuasai oleh Jerman pada Perang Dunia II, Bokassa bergabung dengan pasukan Pembebasan Perancis pimpinan Charles de Gaulle. Ia ditempatkan dalam detasemen Afrika. Selama menjalankan tugasnya, Bokassa dalam merebut wilayah Brazzaville yang merupakan pusat pemerintah Vichy Perancis di Afrika. Bokassa juga ikut bertarung melawan pasukan Jerman di wilayah selatan Perancis pada awal tahun 1945. 

Setelah Perang Dunia II berakhir, Bokassa mengikuti sekolah pelatihan perwira militer di Saint Louis, Senegal. Pada 5 September 1950, Bokassa diberangkatkan ke wilayah Indochina. Ia ditugaskan sebagai ahli transmisi radio dalam batalyon di wilayah Saigon. Selama masa bertugas, Bokassa juga ikut bertempur dalam Perang Indochina pertama. Atas jasanya dalam peperangan ini, Bokassa mendapat penghormatan dengan dimasukan sebagai anggota Legion d’honneur, yakni gelar penghormatan tertinggi baik di bidang militer maupun pemerintahan yang ada di Perancis. Bokassa juga mendapat gelar Croix de guerre, yang merupakan sebuah penghargaan yang diberikan kepada pencapaian seseorang yang berjasa dalam peperangan di luar Perancis. 

Setelah selesai menjalankan tugasnya di Indochina, Bokassa ditempatkan di wilayah Frejus. Pada 1959, Bokassa ditugaskan di kampung halamannya di wilayah Bangui. Ia pun dipromosikan dengan pangkat kapten pada 1 Juli 1961. Meskipun telah mendapatkan pangkat serta penghormatan yang tinggi dalam militer Perancis, Bokassa memilih untuk mengundurkan diri pada 1 Januari 1962. Pengunduran diri ini terjadi karena permintaan David Dacko yang merupakan sepupu dari Bokassa yang sekaligus menjabat sebagai presiden dari Republik Afrika Tengah yang baru terbentuk pada 13 Agustus 1960. Dacko kemudian memberikan Bokassa mandate sebagai pemimpin dari pembangunan kekuatan militer Republik Afrika Tengah. Berkat hubungannya dengan Dacko serta pengalamannya selama berada di pasukan militer Perancis membuat Bokassa dijadikan sebagai tentara pertama Republik Afrika Tengah yang berpangkat kolonel pada 1 December 1964.

Untuk mengamankan serta memperkuat posisinya sebagai pemimpin militer negara, Bokassa kemudian melakukan berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan tersebut. Dalam upacara kenegaraan, Bokassa sering duduk di samping presiden Dacko. Hal ini ia lakukan untuk mempertegas pentingnya Bokassa di dalam rezim pemerintahan yang berkuasa. Bokassa juga selalu mengenakan pakaian militer lengkap dengan medali yang diperoleh ketika berada di muka publik. Meskipun begitu, Dacko mempercayai bahwa Bokassa tidak akan melakukan kudeta terhadap kekuasaan yang dimilikinya karena menganggap Bokassa hanya ingin mengoleksi medali dan tidak memiliki kemampuan serta kecerdasan untuk melakukan sebuah kudeta.

Baca Juga :   Kulit Berwarna: Sebuah Kajian Historis

Kepercayaan diri yang dimiliki Dacko ini terbukti salah. Pada 31 Desember 1965, Bokassa dengan menggunakan kekuasaannya sebagai komando militer berhasil melakukan kudeta terhadap kursi presiden yang ditempati oleh Dacko. Bokassa pun mendeklarasikan dirinya sebagai presiden Republik Afrika Tengah pada 1 Januari 1966. Kudeta ini dinamakan dengan kudeta Saint-Sylvestre. Pada awal masa pemerintahannya, Bokassa menerapkan berbagai perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan Republik Afrika Tengah. Untuk meningkatkan kondisi perekonomian negara, Bokassa menciptakan sebuah kebijakan yang dinamakan Operasi Bokassa. Kebijakan ini diterapkan dengan cara melakukan pembangunan lahan pertanian dan industri secara besar-besaran dan dikelola oleh pemerintah. Namun, kebijakan ini mengalami kegagalan. Hal ini terjadi karena buruknya pengelolaan lahan pertanian serta industri yang sudah dibuat.

52067.jpg

Gambar 2. Bokassa bersama dengan Presiden Romania, Nicolae Ceausescu, ketika presiden Romania mengunjungi Republik Afrika Tengah pada 1970.

Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9a/Ceausescu_with_Bokassa_3.jpg.

Seiring berjalannya waktu, rezim pemerintahan Bokassa menjadi lebih otokratis serta penerapan kebijakan yang sering berganti-berganti. Bokassa juga sering melakukan reshuffle di dalam pemerintahannya yang menjadikan kekuatan Bokassa semakin menguat. Pada 4 Maret 1972, Bokassa mendeklarasikan dirinya sebagai presiden seumur hidup. Namun, upanya ini bukan klimaks dari upaya Bokassa mengokohkan kekuatan yang dimilikinya. 

Puncak pengkokohan kekuatan pribadi ini terjadi pada 4 Desember 1976. Pada hari itu, Bokassa mengubah bentuk negara menjadi sebuah kekaisaran serta mendeklarasikan dirinya sebagai raja dengan gelar Bokassa I. Upacara pengangkatan Bokassa menjadi kaisar ini dilaksanakan di sebuah stadion olahraga di wilayah Bangui. Pelaksanaan acara ini terinspirasi dari upacara pengangkatan Napoleon menjadi Kaisar Perancis. Upacara pengangkatan yang mewah ini menguras biaya sebesar 20 Milliar dollar. Uang sebesar ini setara dengan sepertiga dana tahunan Afrika Tengah. Hal ini menjadikan Afrika Tengah yang merupakan negara miskin menjadi bangkrut. Bokassa sebagai kaisar hanya berkuasa selama 3 tahun. Pada September 1979, pasukan Perancis melakukan kudeta dan mengangkat kembali David Dacko sebagai presiden Republik Afrika Tengah. 

Setelah kudeta berlangsung, Bokassa melarikan diri ke Pantai Gading dan kemudian menetap di Perancis. Pada 1980, Bokassa didakwa hukuman mati atas perbuatannya terhadap negara Republik Afrika Tengah. Pada 1986, Bokassa memilih untuk menyerahkan diri dan kembali ke Afrika Tengah. Ia pun langsung ditahan dan didakwa. Pada 1987, Bokassa terbukti bersalah atas kejahatannya. Tetapi, dakwaan hukuman mati yang dimiliki Bokassa dihapuskan dan Bokassa pun dibebaskan pada 1 Agustus 1993 ketika presiden Afrika Tengah saat itu, Andre Kolingba, memberikan amnesti kepada semua tahanan. Bokassa meninggal pada 3 November 1996 karena serangan jantung. 

DAFTAR SUMBER

Carayannis, Tatiana dan Louisa Lombard. 2015. Making Sense of the Central African Republic. London: Zed Books.

Kalck, Pierre. 1980. Historical Dictionary of The Central African Republic. Amerika Serikat: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Lombard, Louisa. 2016. State of Rebellion: Violence and Intervention in the Central African Republic. London: Zed Books.

O’Toole, Thomas.1986. The Central African Republic: The Continent’s Hidden Heart. New York: Westview Press.

Titley, Brian. 1997. Dark Age: The Political Odyssey of Emperor Bokassa. Quebec: McGill-Quenn’s University Press.           

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts