Herodes dalam Narasi Natal

 Natal adalah peristiwa sejarah penting bagi umat kristiani. Natal adalah peristiwa kelahiran Yesus Kristus di dunia. Umumnya narasi natal membawa setiap orang menikmati sukacita di dalam kesederhanaan. Sukacita karena Yesus yang diyakini menyelamatkan manusia itu hadir di tengah-tengah dunia, namun kehadirannya juga di dalam kesederhanaan yang dapat dilihat dari tempat bahkan orang-orang yang ada di dalam peristiwa natal yang pertama itu. Natal adalah sebuah fakta sejarah yang pernah terjadi di dunia ini. Oleh karena itu Alkitab sebagai referensi utama kisah natal ini juga mencantumkan keterangan waktu bahkan tokoh pemimpin yang berkuasa pada masa itu.
Oleh Andrianus 

Alkitab memberikan keterangan peristiwa kelahiran Yesus itu terjadi di masa pemerintahan Herodes Agung (The Great Herod). Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem (Matius. 2:1). Penulis meyakini adanya catatan tentang Herodes di dalam peristiwa kelahiran Yesus Kristus bukan hanya sebagai keterangan waktu, tetapi juga sebagai sebuah refleksi sebagai seorang pemimpin sebuah bangsa.

Dinasti Herodes

“Herodes” adalah sebuah gelar yang merujuk kepada nama dari sejumlah dinasti dari Yudea di masa pemerintahan Romawi. Herodes yang dicatat di dalam kisah natal (Matius 2 dan Lukas 1) di dalam sejarah dikenal sebagai Herodes Agung (The Great Herod). Secara ras, keluarga Herodes Agung adalah orang Yahudi. Namun sebenarnya mereka adalah orang Idumean (Edom). Keluarga Herodes Agung sangat dekat dengan kekuasaan Romawi pada saat itu. Kakek Herodes yaitu Antipas, ditunjuk menjadi gubernur Idumean oleh Romawi (78 SM). Setelah Antipas meninggal, Julius Caesar menunjuk ayah Herodes Agung yaitu Antipater, sebagai prokurator Yudea (47 SM – 43 SM). Herodes Agung melanjutkan jejak ayahnya sebagai seorang pemimpin, dibawah kepemimpinan triumvirate Romawi pada saat itu (Anthony, Octavian, Lepidupus). Herodes Agung diberikan jabatan sebagai raja di Galilea (37 SM) dan ini menjadi permulaan dari dinasti Herodes. Adapun empat anak Herodes Agung yang dicatat di dalam Alkitab sebagai bagian dari dinasti politik adalah Herodes Arkhelaus (Matius 2:22), Herodes Antipas (Markus 6:14), Herodes Boethoes (Markus 6:17, Matius 14:3), Herodes Philip (Lukas 3:1). Sejarah mencatat bahwa dinasti Herodes ini adalah dinasti yang kejam dan tidak segan menghabisi nyawa orang-orang yang bertentangan atau mengancam kekuasaan mereka. 

Herodes Agung

Sebagaimana sudah dijelaskan di atas, Herodes Agung merupakan bagian dari rangkaian panjang dinasti politik. Herodes Agung adalah pemimpin yang memiliki kecerdasan tinggi tetapi tidak disertai dengan hikmat yang baik. Herodes Agung menutupi kediktatorannya dengan memberikan kesejahteraan untuk orang Yahudi melalui kebijakan-kebijakan politiknya terkait pajak, membangun atau mempercantik tatanan kota, bahkan juga pembangunan bait Allah yang ke 2 sehingga pada satu waktu bait Allah itu disebut sebagai bait Herodes. Josephus, seorang sejarawan Yahudi menggambarkan Herodes sebagai seorang yang memiliki kemampuan militer cukup tinggi tetapi dia memilih menggunakan strategi politiknya ketimbang kemampuan militernya. Di sisi lain, Herodes Agung adalah manusia biasa yang memiliki sisi gelap sebagai seorang pemimpin. Sisi gelap dari Herodes Agung merupakan buah dari karakternya yang paranoid akan kekuasaan. Banyak hal dilakukan untuk mempertahankan kekuasaanya mulai dari mengikat diri di dalam pernikahan (politik) sampai menghabisi nyawa orang-orang yang dicurigai akan menggoyang tahtanya sebagai raja. 

Herodes Agung tidak segan untuk menyingkirkan istrinya yaitu Doris dan menikahi Mariamne dari dinasti Hasmonean sebagai langkah dealing dengan iman-iman besar pada masa itu. Di kemudian hari, Mariamne dan mertuanya bernama Alexander pun dibunuh karena dicurigai akan mengganggu kekuasan dari Herodes Agung.  Dengan Alasan dan kecurigaan yang sama, Herodes juga menghukum mati kedua anaknya dari istrinya yang pertama yaitu Alexandros dan Aristobulus. Menjelang kematiannya, dia membunuh anaknya sendiri yaitu Antipratos, anak sulungnya dari Doris. Tidak hanya membunuh keluarganya saja, Alkitab mencatat Herodes Agung juga membunuh semua anak-anak usia 2 tahun di Betlehem. Lagi-lagi hal ini terjadi karena berita yang dibawa oleh para Majus mengenai raja orang Yahudi yang lahir di Betlehem (Matius 2).

Baca Juga :   Revolusi Haiti: Ketika Budak Memerdekakan Tanah Airnya

Herodes Agung Kontras dari Yesus 

Dicatatnya Herodes Agung di dalam narasi natal bukan hanya sekedar menunjukkan fakta sejarah, tetapi juga menunjukkan kontras antara Herodes sebagai pemimpin dunia (politik) dengan Yesus yang datang dan diyakini sebagai pemimpin yang menghamba. Herodes menghabisi banyak nyawa untuk mempertahankan kuasa, berbeda dengan Yesus sebagai pemimpin yang menghamba, justru meninggalkan banyak hal supaya dekat dengan manusia. Herodes Agung adalah pemimpin yang manipulatif, semua hal dilakukan asalkan tahtanya tidak tergoyahkan, berbeda dengan Yesus yang tidak pernah kompromi dengan kesalahan sekalipun dibenci banyak orang. 

Praktik-praktik mempertahankan kekuasaan seperti Herodes Agung, masih terjadi sampai hari ini. Di tengah gejolak dunia dan banyaknya pemimpin yang ambisius, kiranya catatan sejarah mengenai Herodes Agung yang ambisius ini memberikan terang bahwa tidak ada pemimpin yang abadi, sehebat apa pun tahta dan kuasa itu ada akhirnya. 

Referensi: 

Josephus, Flavius, Antiquities; and Wars of the Jews

Eldersheim, Alferd, Skatches of Jewish Social life; The Life and times of Jesus the Messiah; and The Temple. 

Chilton, Bruce. The Herods: Murder, politics, and the art succession, fortress Press Mineaapolis, 2021. 

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts