Dinasti Golden Horde; Jejak Peradaban Agung di Eurasia

Sejarah dinasti Golden Horde dimulai dari Jochi, salah satu putra Jengis Khan yang berhasil memperoleh kekuasaan di Siberia Barat dan Steppe Kipcak. Setelah kematian Jochi, bagian timur kekuasaannya diserahkan kepada putra sulungnya yang bernama Orda. Sementara putra keduanya yang bernama Batu Khan mengambil alih separuh kekuasaan bagian barat meliputi Khawarizm dan Steppe Kipcak di Rusia Selatan. Batu Khan melanjutkan perjuangan penaklukkan di wilayah Eropa Timur dan mendirikan imperium Golden Horde. Dinasti Golden Horde menarik untuk dikaji lebih lanjut karena memiliki masa keberadaan yang lebih lama dibandingkan dinasti-dinasti Mongol lainnya. Selain itu, dinasti ini mencapai kejayaan dalam perdagangan di wilayah Asia dan Eropa.

Oleh Rina Mutoharoh

Penyebutan Golden Horde berasal dari bahasa masyarakat stepa Kipchak, yaitu Sira Wardu yang secara etimologis terdiri dari kata “sir” yang berarti “emas” dan “wardu” yang berarti “perkemahan” atau “gerombolan.” Dalam struktur kemasyarakatan bangsa Mongol, wardu atau ordu adalah kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai klan dan tinggal di perkemahan serta hidup secara nomaden.

Secara historis, istilah Golden Horde merujuk pada yurt (tenda) dari para khan dan pembesar lain yang dihiasi dengan warna emas. Dalam pertemuan utama setelah shalat Jumat dengan rakyat, para penguasa Golden Horde  terutama yang Muslim duduk di tempat yang penuh dengan perabotan berwarna emas. Sumber lain menyatakan bahwa istilah ini juga dapat berkaitan dengan warna kulit tentara Mongol Golden Horde yang telah bercampur dengan bangsa Turki yang memiliki warna kuning keemasan.

Selain pendapat sebelumnya, terdapat pandangan lain yang menyatakan bahwa penyebutan Golden Horde tidak berkaitan dengan warna kulit, melainkan merujuk pada posisi geografis Horde tersebut. Dalam tradisi Tiongkok, arah mata angin disimbolkan dengan warna. Warna hitam melambangkan arah utara, merah menunjukkan arah selatan, putih adalah arah timur, dan warna biru melambangkan arah barat. Sedangkan warna emas melambangkan keberadaan dari Golden Horde sebagai Horde/Ordu pusat. Pendapat ini merujuk pada penggunaan istilah “White Horde” untuk keturunan dari garis Orda (putra sulung Jochi) yang berada di wilayah timur Golden Horde, serta “Blue Horde” untuk keturunan dari garis batu yang berada di wilayah barat.

Sebagian besar penduduk Golden Horde adalah masyarakat nomaden dari stepa yang tinggal dalam kemah-kemah. Namun, di wilayah kekuasaan Golden Horde juga terdapat beberapa peradaban kota. Salah satunya adalah kota Khawarizam dan Urganch sebagai ibukotanya yang terletak di bagian tenggara. Masyarakat di daerah ini berbicara bahasa Turki dan kota ini didasarkan pada pertanian irigasi. Khawarizam memiliki tradisi perdagangan yang panjang antara Volga dan Asia Tengah.

Kota-kota kecil lainnya terdapat di sepanjang aliran sungai Syr Dar’ya, dan memiliki kemiripan budaya satu sama lain. Di bagian barat daya terdapat kota pelabuhan Crimea, yang dihuni oleh berbagai bangsa seperti Goth, Yunani, Armenia, Anatolia Turki, dan Italia. Kota ini berkembang melalui ekspor biji-bijian, ikan, madu, dan perdagangan budak. Pada pertemuan Sungai Volga dan Sungai Kama terdapat Kota Bulghar yang telah membangun peradaban Islam sebagai kota perdagangan. Kota ini mengandalkan ekspor biji-bijian, madu, bulu, budak, dan pajak transit perdagangan antara Khawarizam dan Baltik. Bulghar bersaing dengan Rusia untuk mengendalikan perdagangan di Volga. Kota terbesar di Rusia yaitu Novgorod juga termasuk dalam wilayah Golden Horde. Di Novgorod, mayoritas penduduknya adalah bangsa Rus. Kota ini sangat penting bagi Golden Horde karena merupakan akses perdagangan utama ke Laut Baltik.

Baca Juga :   Mencari Identitas: Dinasti Golden Horde di Dunia Keislaman

Di wilayah Golden Horde terdapat berbagai suku di Kaukasus dan daerah aliran sungai Volga. Suku-suku ini terpusat di kaki bukit Kaukasus, tetapi juga ditemukan di padang rumput dari Volga sampai Prut. Suku Circassians (Cherkes) menduduki Kuban Basin dan daerah sekitar kaki bukit Kaukasus. Di Volga tengah, antara Bulghars, Rusia, dan Padang Qipchaq, tinggal suku Mordvins termasuk suku Moksha yang berbicara dengan bahasa yang mirip dengan bahasa bangsa Finlandia dan Estonia. Selain itu, terdapat juga suku Burtas di daerah tersebut. Di bagian timur pegunungan Ural, terdapat suku Bashkirs yang masih memiliki hubungan dengan bangsa Hungaria. Selain kota-kota yang sudah ada, para khan juga mendirikan beberapa kota di padang rumput itu sendiri.

Struktur administrasi Golden Horde memiliki beberapa karakteristik menarik. Para penguasa Golden Horde menggunakan gelar “khan” bukan “khan agung” (great khan/khagan), tetapi mereka memiliki otonomi penuh. Sistem administrasi yang diadopsi Golden Horde berasal dari dinasti Yuan dan Il-Khan. Khan memiliki empat keshig (staf) yang bertugas menandatangani perintah khan dengan pergantian shift setiap tiga hari. Keshig juga berperan sebagai panglima militer dan wakil khan untuk urusan luar negeri. Jabatan keshig hanya diberikan kepada bangsawan dari bangsa Mongol asli. Penasehat putra mahkota biasanya berasal dari kalangan ulama Islam imigran, kecuali untuk urusan penting.

Pemerintahan Golden Horde juga melakukan tiga kali pendataan di seluruh wilayahnya, termasuk Rusia. Pendataan ini dilakukan berdasarkan sistem pengorganisasian desimal khas Mongol. Masyarakat dibagi menjadi kelompok-kelompok, yang mana setiap kelompok terdiri dari sepuluh orang dan setiap sepuluh kelompok membentuk kelompok yang terdiri dari seratus orang dan seterusnya. Tujuan pendataan ini adalah untuk memudahkan pengumpulan pajak dan persiapan cadangan tentara bagi militer Golden Horde mengingat pengorganisasian tentara Mongol juga menggunakan sistem desimal serupa. Pengumpulan pajak dilakukan oleh pejabat yang disebut darugachi yang bertugas sebagai pengawas pengumpulan pajak dan administrator dalam hal-hal yang terkait dengan pajak.

Sumber utama pendapatan Golden Horde berasal dari pungutan perdagangan seperti pajak dan bea cukai dari karavan-karavan yang melewati wilayah mereka. Perdagangan kuda dari stepa sekitar Laut Hitam ke India, perdagangan wol, burung elang, dan budak, serta perdagangan transit dari Tiongkok dan India. Semuanya memberikan keuntungan yang besar bagi Golden Horde. Rute perdagangan ini melalui Khorazm dan Saray, kemudian berlanjut ke pelabuhan Crimea. Selain itu, perdagangan dari Timur Tengah dan Asia tengah ke Rusia dan Laut Baltik juga melalui daerah sepanjang aliran sungai Volga.

Komoditas ekspor utama Golden Horde termasuk wol, budak, dan burung elang yang dipasarkan ke kawasan Mediterania dengan akses keluar melalui Crimea dan Azov. Bulghar, yang merupakan bagian dari wilayah Golden Horde, menjadi tempat penghasil wol terbaik. Di sisi lain, impor utama mereka adalah logam, terutama perak, yang digunakan untuk mendukung sistem keuangan mereka. Seluruh perdagangan di wilayah Golden Horde dikenai pungutan melalui petugas bea cukai yang disebut Tamagha yang berada di setiap kota yang berada di jalur perdagangan.

Golden Horde merupakan khan Mongol di wilayah barat yang memiliki kekuatan tentara terbesar. Sistem kemiliteran Golden Horde secara keseluruhan tidak terlalu berbeda dengan sistem kemiliteran khan Mongol lainnya, seperti Il-khan dan khan Chagatai. Kekuatan utama militer Golden Horde terletak pada unit kavaleri yang menggunakan panah sebagai senjata utama. Tentara Mongol terkenal dengan kemampuan berkudanya dan juga kemampuan memanah. Mereka ahli dalam membuat alat pemanah yang memungkinkan anak panah yang mereka lepaskan mencapai jangkauan maksimal hingga 530 meter dalam kondisi normal. Kemampuan memanah ini menjadi keunggulan penting dalam strategi dan taktik pertempuran mereka.

Baca Juga :   Historiografi Islam Modern

Golden Horde mengalami masa berakhirnya pada abad ke-14 setelah serangkaian peristiwa yang melemahkan dinasti tersebut. Pertempuran Kulikovo pada tahun 1380 menandai permulaan pelemahan Golden Horde setelah pasukan Rusia mengalahkan pasukan Mongol. Selanjutnya, perebutan kekuasaan di antara para pemimpin Mongol dan invasi dari Tamerlane pada tahun 1399 semakin melemahkan Golden Horde. Pada tahun 1446, penguasa terakhir Golden Horde, Khan Sheikh Ahmad dipecat dan wilayah-wilayah bekas khan tersebut dibagi di antara khan-khan baru seperti khan Crimea, khan Kazan, dan khan Astrakhan. Masa berakhirnya Golden Horde menandai akhir dari dominasi Mongol di wilayah Eurasia dan munculnya khan-khan baru yang terbentuk dari sisa-sisa wilayah Golden Horde.

Referensi

C E Bosworth.1993.Dinasti – Dinasti Islam (terj. Ilyas Hasan). Bandung: Penerbit Mizan.

Chistopher P. Atwood.2004.Golden Horde Encyclopedia of Mongolia and The Mongol Empire. New York: Facts on File.

Dariusz K.2011.The Crimean Khanate and Poland-Lithuania International Diplomacy on the European Periphery 15th -18th Century.Boston: Brill.

Douglas E.2011.Islamic Gunpowder Empires: Ottomans, Safavids, and Mughals. Philadelphia: Westview Press.

Henry S. Lucas.1993.Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Katherine E. Graney.2009. Khans and Kremlins Tatarstan and the Future of Ethno-Federalism in Russia. Lanham: Lexington Books.

Michael Burgan.2005.Great Empires of The Past: Empire of the Mongols. New York: Facts on File.

Reuven Aminati dan Michal Brian.2004.Mongols, Turks, and Others: Eurasian Nomads and The Sedentary World. Leiden: Brill Academic Publisher.

Viacheslav Shpakovsky & David Nicolle.2013. Armies of the Volga Bulgars & Khanate of Kazan 9th 16th Centuries. Oxford: Osprey Publishing.

Virgil Ciocitlan.2012.The Mongols and The Black Sea Trade in the Thirteenth and Fourteenth Centuries. Boston: Brill.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts