British Leyland: Upaya Inggris Untuk Menguasai Industri Otomotif

Pada masa sekarang ini, industri otomotif khususnya mobil di dunia dikuasai oleh negara-negara seperti Jepang, Jerman dan Amerika Serikat. Namun, di saat industri ini baru muncul dan berkembang, Inggris merupakan salah satu negara yang menjadi pionir dalam mempopulerkan mobil ke masyarakat umum. Namun, kekuatan Inggris di dunia industri otomotif mulai menurun ketika berdirinya British Leyland. Lantas, apa yang menjadikan satu perusahaan dapat menjatuhkan kekuatan industri otomotif satu negara? 

Oleh Muhammad Dicky Syaifudin

British Leyland merupakan sebuah perusahaan otomotif yang dibentuk di Inggris pada 17 Januari 1968. Terbentuknya perusahaan ini merupakan sebuah hasil penggabungan dari dua perusahaan otomotif Inggris, yaitu Leyland Motors dan British Motor Holdings. Penggabungan ini didukung oleh pemerintah Inggris untuk membangkitkan industri otomotif Inggris dan dapat disetarakan dengan General Motor milik Amerika Serikat. Sir. Donald Stokes ditunjuk untuk memimpin perusahaan ini. 

Meskipun memiliki ambisi yang cukup besar, British Leyland pada awalnya hanya dapat meneruskan produksi bagi tipe-tipe mobil yang sudah dibuat sebelumnya serta sudah lumayan berumur, seperti Morris Minor yang sudah diproduksi sejak tahun 1948, dan Austin Cambridge yang sudah diproduksi sejak tahun 1959. Namun, British Leyland tetap meraih kesuksesan dengan memproduksi mobil Mini dan 1100 yang keduanya dianggap memiliki harga yang lebih murah dibanding dengan kualitas yang ditawarkan. 

Melihat kurangnya variasi model yang dimilki oleh perusahaannya, Stokes memerintahkan bawahannya untuk memunculkan model baru yang dapat diproduksi. Model baru itu kemudian dituangkan menjadi mobil Morris Marina. Mobil ini mulai diproduksi oleh British Leyland pada tahun 1971. Meskipun mobil ini menjadi salah satu mobil paling banyak terjual di Inggris pada tahun 70-an, mobil ini juga dapat menggambarkan bagaimana masyarakat Inggris melihat citra British Leyland. Mobil ini mempunyai desain yang kurang bagus serta memiliki kualitas yang murahan.

Gambar 1. Proses Produksi mobil BL di pabrik Longbridge. ( Sumber: By Birmingham Museums Trust – Birmingham Museums Trust, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=39738060 )

Kualitas barang yang kurang bagus ini disebabkan karena British Leyland masih memisahkan pusat produksi bagi tiap-tiap merek mobil tertentu. Hal ini menyebabkan pabrik British Leyland sering menghentikan produksi karena banyaknya protes yang dilancarkan oleh karyawan-karyawannya. Protes-protes ini juga membuat pengecekan kualitas suku cadang tidak dilakukan secara tepat serta tidak dapat memenuhi permintaan konsumen untuk perawatan suku cadang. Berbagai faktor ini menyebabkan penjualan British Leyland dapat dilampaui oleh produsen mobil dari luar Inggris, seperti Ford, General Motors, Nissan, dan Toyota.

Lemahnya penjualan yang dicapai oleh British Leyland membuat pemerintah Inggris pada April 1975 memerintahkan Sir. Don Ryder untuk menginvestigasi bagaimana kondisi British Leyland. Keluarnya hasil laporan yang dinamakan Ryder Report ini membuat pemerintah memerintahkan untuk menasionalisasi British Leyland dengan cara membentuk sebuah perusahaan baru yang dinamakan British Leyland Limited (BL). BL ini kemudian dibagi kembali menjadi 4 anak perusahaan, yakni Leyland Cars, Leyland Truck and Bus, Leyland Special Products, dan Leyland International.

Perubahan-perubahan yang telah diterapkan oleh pemerintah Inggris melalui Sir Don. Ryder ini hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Pada tahun 1977, Michael Edwardes diangkat sebagai pemimpin BL. Selama masa kepimpinannya, Michael lebih mengutamakan merek-merek mobil individual dibandingkan mengkonsolidasikan merek Leyland sebagai merek utamanya. Beliau mengubah kembali divisi Leyland Cars menjadi  BL Cars Ltd. Divisi kemudian dibagi kembali menjadi 2 subdivisi, yakni Austin Morris dan Jaguar Rover Triumph (JRT). 

Baca Juga :   Sejarah Kemunculan Superhero dalam Komik

Setelah berbagai perubahan yang telah dilakukan, BL pun akhirnya mengalami keberuntungan yang baik ketika dirilisnya mobil Austin Metro yang dilakukan pada Oktober 1980. Mobil Austin Metro merupakan mobil berpintu tiga yang dianggap memberikan pembelinya desain mobil yang lebih modern dan praktis serta dapat menjadi pilihan alternatif dari mobil Mini yang ikonik namun sudah cukup berumur. Kesuksesan yang diraih oleh mobil Austin Metro menjadikannya sebagai salah satu mobil terpopuler dan terlaris di Inggris pada tahun 1980-an. 

Gambar 2. Mobil Austin Metro, salah satu mobil terlaris yang pernah diproduksi oleh British Leyland (Sumber:https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/98/Austin_Metro_Auto_1983.jpg)

Kepemimpinan Michael Edwardes di BL berakhir pada tahun 1982. Hal ini juga menandakan berakhirnya kesuksesan singkat yang dicapai BL. Kepemimpinan BL pun diisi oleh Sir. Austin Bide. Pada rezim kepemimpinan ini, BL Cars Ltd kembali berubah namanya menjadi Austin Rover Group. Divisi ini dikepalai oleh Harold Musgrove. Perubahan nama divisi ini menjadikan berakhirnya pemisahan merek Austin Morris dan Jaguar-Rover-Triumph. Hal ini terjadi karena Jaguar memutuskan untuk berpindah tangan ke perusahaan berbeda yang bernama Jaguar Car Holdings yang dikepalai oleh Sir.John Egan. Perusahaan ini kemudian memisahkan sepenuhnya dari BL pada tahun 1984.

Pada tahun yang sama, BL memutuskan untuk menghentikan produksi mobil Morris Ital dan Triumph Acclaim. Penghentian produksi ini juga diikuti dengan dihapuskannya merek Morris dan Triumph dari BL. Penghapusan ini menjadikan Austin dan Rover sebagai merek mobil yang tersisa dalam produksi mobil BL. Memasuki tahun 1987, British Leyland mengubah kembali nama perusahaanya menjadi Rover Group. Hal ini menandakan hilangnya merek Austin dari perusahaan produksi mobil ini. Adanya campur tangan pemerintah Inggris dalam Rover Group ketika mereka menjual sahamnya kepada British Aerospaced (BAe). Penjualan ini menandakan berakhirnya upaya pemerintah Inggris untuk meningkatkan kekuatan industri otomotif negaranya. 

DAFTAR SUMBER

Freyssenet, Michael. 2009. The Second Automobile Revolution Trajectories of the World Carmakers in the 21st Century. London: Palgrave Macmillan.

Mclaughlin, Andrew.M dan William. A. Maloney. 2005. The European Automobile Industry: Multi-Level Governance, Policy and Politics. London: Routledge. 

Taylor, James. 2018. British Leyland: The Cars, 1968-1986. London: Crowood Press.

Wells, Peter dan Michael Rawlinson. 1994. The New European Automobile Industry. London: St. Martin’s Press.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts