Arthur Wellesley: Jenderal Inggris Penghancur Ambisi Napoleon

Arthur Wellesley adalah salah satu tokoh militer terkenal Inggris. Arthur, yang memiliki gelar 1st Duke of Wellington, lahir di wilayah Dublin, Irlandia pada 1 Mei 1769. Arthur merupakan anak kelima dari Garret Wesley yang mempunyai kedudukan sebagai 1st Earl of Mornington dan  Anne Wellesley yang bergelar Countess of Mornington. Kedudukan yang dimiliki oleh orang tuanya membuat Arthur dapat menempuh pendidikan yang berkualitas di Universitas Eton dari tahun 1781. Namun, karena Arthur merasa kesepian serta kurang berprestasi, maka pada tahun 1785 ibunda Arthur memutuskan untuk memindahkannya ke akademi militer kerajaan Perancis yang terletak di wilayah Angiers sampai tahun 1786.

Oleh : Muhammad Dicky Syaifudin

Waktu yang dihabiskannya di akademi ini memunculkan perkembangan dalam diri Arthur. Pada 7 Maret 1787, beliau diangkat sebagai letnan muda di 73rd Regiment of Foot yang merupakan bagian dari pasukan infantri Inggris yang bertugas di wilayah Dublin, Irlandia. Posisi yang dijalani oleh Arthur ini bertambah ketika tahun 1790 beliau dipilih untuk menduduki kursi yang dimiliki oleh keluarganya di parlemen Irlandia. Pada tahun 1793, Arthur ditunjuk sebagai Mayor di dalam Regimen 33 Adipati Wellington. Jabatan ini membuatnya terjun ke medan perang di wilayah Flanders, Belanda sampai tahun 1794. Peperangan ini bertujuan untuk menginvasi Perancis serta melindungi Belanda, namun hal ini mengalami kegagalan.

Setelah menyelesaikan tugasnya di Flanders, Arthur dipanggil kembali ke Inggris untuk melanjutkan jabatannya di parlemen Irlandia. Namun, pada 1796, Arthur ditugaskan di India sebagai kolonel. Selama menduduki jabatan tersebut, beliau mengatur regimen yang dibawahinya dengan hemat serta suasana yang santai dan humoris. Posisi Arthur di India semakin diperkuat dengan diangkatnya saudaranya, Richard, sebagai Gubernur Jenderal India. Beliau kemudian ditugaskan untuk mengomandani salah satu divisi pasukan Inggris menghadapi pasukan kerajaan Mysore pimpinan Tipu Sultan dalam perang Anglo-Mysore keempat yang berlangsung antara tahun 1798 sampai 1799.

Setelah peperangan ini berakhir, Arthur diangkat sebagai gubernur dari wilayah bekas kekuasaan kerajaan Mysore. Selama menempati posisi ini, beliau memiliki tugas untuk menstabilkan wilayah Mysore dari gerakan pemberontak. Salah satu gerakan pemberontakan ini dipimpin oleh bekas bawahan Tipu Sultan bernama Dhoondiah Waugh. Meskipun memiliki jumlah pasukan yang lebih kecil, 8.000 dibanding 50.000, Arthur berhasil memadamkan pemberontakan ini serta berhasil membunuh Dhoondiah di peperangan tersebut. Selain pemberontakan ini, Arthur juga banyak ditugaskan untuk memimpin berbagai peperangan di India yang meliputi Maratha, Assaye, Argaum, dan Gawilghur yang semuanya berhasil dimenangkan.

Kemenangan ini membuat Arthur diberi gelar knighthood ketika beliau kembali ke Inggris pada 1805 dan bekerja sebagai ketua sekretaris dari partai Konservatif yang biasanya disebut sebagai Tory Party selama dua tahun. Namun, pemimpin Perancis pada saat itu, Napoleon Bonaparte, meremehkan kemenangan yang diraih oleh Arthur dan menjulukinya sebagai Sepoy General yang tidak setara dengan dirinya. Hal ini membuat media massa Perancis dengan senang hati menyebarkan perkataan ini. Namun, perkataan Napoleon ini akan menjadi bumerang bagi diri dan negaranya.

Ketika memasuki tahun 1907, Arthur kembali ditugaskan ke medan perang dengan tujuan untuk merebut wilayah Copenhagen dari tangan pasukan Denmark. Tujuan ini berhasil dicapai oleh beliau. Kemenangan ini membuat Arthur pada 12 Juli 1808 ditunjuk oleh pemerintah Inggris untuk membantu mempertahankan Portugal dari serangan Perancis dalam perang Peninsula yang termasuk ke dalam perang Napoleon. Kesempatan ini digunakan oleh Arthur untuk membuktikan bahwa anggapan Napoleon sebelumnya tentang dirinya itu salah.  Berkat taktik pembumihangusan persediaan makanan yang diterapkannya membuat Arthur berhasil mempertahankan wilayah Portugal dengan dimenangkannya pertempuran Talavera pada 27 Juli 1809. Kemenangan ini membuat Arthur diberikan promosi jabatan dengan gelar bangsawan Viscount Wellington. 

Dengan keberhasilannya mempertahankan wilayah Portugal. Arthur kemudian diperintahkan pemerintah Inggris untuk memimpin pasukan dan mencoba merebut Spanyol dari tangan Perancis. Arthur berhasil menguasai benteng Perancis di Spanyol di wilayah Ciudad Rodrigo dan Badajoz pada tahun 1812. Kesuksesan ini terus berlangsung ketika pasukan Inggris pimpinan Arthur berhasil memenangkan pertempuran Salamanca pada 22 Juli 1812 yang membebaskan kota Madrid dari tangan Napoleon. Namun, pasukan Arthur mengalami kekalahan pada 21 Oktober 1812 ketika mencoba merebut benteng Burgos yang menghubungkan Madrid dengan wilayah Perancis. Kekalahan ini membuat Arthur menarik kembali pasukannya ke Portugal. 

Baca Juga :   Ekonomi Dalam Perspektif Mahatma Gandhi Bagian I

Gambar 1. Wellington memimpin pasukannya pada pertempuran Salamanca. (Sumber : https://upload.wikimedia.org )

Pasukan Inggris kemudian memulai kembali serangan ke Spanyol pada Mei 1813. Arthur kemudian berhasil mengalahkan pasukan Perancis yang dipimpin langsung oleh adik Napoleon yang juga berperan sebagai raja Spanyol, Joseph Bonaparte, di pertempuran Vitoria pada 21 Juni 1813. Kemenangan ini sedikit tercemar ketika pasukan yang dipimpin Arthur yang diperintahkan untuk mengejar pasukan Prancis yang melarikan diri malah memutuskan untuk melucuti barang-barang berharga yang ditinggalkan. Hal ini membuat Arthur sangat marah dan menyebut prajuritnya sebagai sampah bumi. Kemenangan ini menandakan berakhirnya peperangan di semenanjung Iberia. Atas jasa yang diberikannya selama peperangan ini membuat Arthur dinaikkan pangkatnya dengan gelar Duke of Wellington pada 3 Mei 1814.

Kembalinya Napoleon ke Perancis dari pengasingannya di pulau Elba pada 26 Februari 1815 membuat negara-negara Eropa membentuk aliansi untuk melawan Napoleon. Pemerintah Inggris kembali menunjuk Arthur untuk memimpin pasukan aliansi Inggris-Jerman-Belanda yang berada di Belanda dan berjumlah sekitar 73.000. Pasukan Napoleon dan Arthur pun bertemu di Waterloo pada 15 Juni 1815. Pertempuran ini merupakan pertama kalinya Napoleon dan Arthur bertemu secara langsung di medan perang. Bersama dengan rekannya bernama Gebhard Leberecht Blucher yang merupakan panglima tertinggi pasukan Prussia, Arthur berhasil menghabisi pasukan Perancis serta kembali mengasingkan Napoleon yang kali ini dikirim ke Saint Helena agar tidak dapat kembali merebut Perancis.

Setelah berakhirnya peperangan di Waterloo. Arthur mulai terjun ke dunia perpolitikan Inggris. Ia kembali bergabung dengan partai Konservatif ketika beliau ditunjuk untuk menduduki jabatan Master-General of the Ordnance dalam kabinet Perdana Menteri Robert Banks Jenkinson pada 26 December 1818. Sejak saat itu, pengaruh Arthur di partai Konservatif semakin menguat serta menjadikannya sebagai calon pengganti Perdana Menteri Jenkinson. Pada 22 Januari 1828, Arthur pun diangkat Perdana Menteri Inggris. Jabatan ini dijalankan oleh Arthur sampai 16 November 1830. Setelah itu, Arthur tetap berkarir di dunia politik sampai tahun 1846 saat Arthur memutuskan untuk pensiun. Arthur meninggal di kediamannya di Kastil Walmer, Kent pada 14 September 1852.

Gambar 2. Prosesi pemakaman Arthur Wellesley (Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/26/Funeral_of_the_Duke_of_Wellington._The_funeral_car_passing_the_archway_at_Apsley_House%2C_18_November_1852_22931.jpg )

Daftar Sumber

Esdaile, Charles J. 1990. The Duke of Wellington and the Command of the Spanish Army 1812–14. New York: Palgrave Macmillan.

Foster, R.E. 2014. Wellington and Waterloo: The Duke, the Battle and Posterity 1815-2015. Gloucestershire: Spellmount.

Muir, Rory. 2015. Wellington: Waterloo and The Fortunes of Peace. Cornwall: Yale University Press.

Severn, John. 2007. Architects of Empire: The Duke of Wellington and His Brothers. Oklahoma: University of Oklahoma Press.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts