Abdullah al-Misri dan Hikayat Mareskalek: Kisah Rajawali Agung yang Membangun Tanah Jawa

Dalam esai kehormatannya untuk Adrian B. Lapian, Chambert-Loir dengan jelas menyatakan bahwa informasi mengenai biografi Abdullah al-Misri tidak banyak diketahui. Namun, salah satu aspek biografis terpenting adalah Abdullah al-Misri lahir dari keluarga Arab

Oleh Riqko Nur Ardi Windayanto

Akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 merupakan penanda waktu bagi terjadinya perubahan sosial yang signifikan dan radikal di Indonesia, sebuah negara yang kala itu masih bernama Hindia-Belanda. Berbagai perubahan telah terjadi, baik politik, ekonomi, masyarakat, maupun budaya. Secara kultural, perubahan itu memberikan dampak terhadap khazanah kesusastraan Melayu berupa kemunculan sastra transisional, yaitu perubahan dari sastra klasik menuju sastra modern. Salah satu pengarang sastra tradisional atau pembaharu sastra Melayu adalah Abdullah al-Misri.

(Sumber: https://komunitasbambu.id/abdullah-al-misri-sang-cendekiawan/)

Namun demikian, tak banyak pakar sastra Melayu yang memperhitungkan Abdullah al-Misri sebagai pengarang penting bagi perjalanan sastra Melayu itu sendiri. Seperti disampaikan oleh Zaini-Lajoubert, sejumlah pakar sastra Melayu seperti R.O. Winstedt, Hooykas, dan Braginsky tidak tidak menyinggung namanya sama sekali. Seakan-akan, Abdullah al-Misri dan berbagai karyanya tidak mendapat mimbar eksistensi di alam Melayu. Hal itu disebabkan oleh bayang-bayang dominasi seorang pengarang, yaitu Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dengan karyanya, Hikayat Abdullah, yang selama ini dianggap sebagai pembaru sastra Melayu pada abad ke-19.

Dalam esai kehormatannya untuk Adrian B. Lapian, Chambert-Loir dengan jelas menyatakan bahwa informasi mengenai biografi Abdullah al-Misri tidak banyak diketahui. Namun, salah satu aspek biografis terpenting adalah Abdullah al-Misri lahir dari keluarga Arab—artinya ia keturunan Arab—sebelum tahun 1790, menulis hingga tahun 1824, dan meninggal sebelum tahun 1845. Dalam rentang waktu tersebut, ia menyaksikan empat peristiwa besar perihal suksesi kekuasaan yang terjadi di Hindia-Belanda selama enam belas tahun: (1) pergantian kekuasaan VOC oleh Belanda, (2) pengambilalihan pemerintahan oleh Daendels sebagai wakil penjajahan Belanda-Prancis, (3) kedatangan pasukan Inggris, dan (4) kembalinya Hindia Belanda kepada Belanda. 

Di antara keempat peristiwa tersebut, peristiwa kedua adalah ilham baginya untuk menulis sebuah karya secara sastrawi atau literal, yaitu Hikayat Mareskalek, yang ditulis antara tahun 1813 dan 1816. Hingga tulisan ini saya buat—entah bagaimana nasibnya nanti di masa depan—naskah tersebut kini tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, dengan dua versi, yaitu HMa yang berkode Cod. Or. 1724 dan HMb yang berkode Cod. Or. 2276 (d). Mengapa bisa terdapat dua versi dari sebuah naskah yang sama? Dalam tradisi filologi atau secara sederhana, pengkajian naskah kuno, sebuah naskah mengandung teks. Teks tersebut kerap mengalami perubahan ketika disalin oleh penyalinanya, baik perubahan yang disengaja maupun tidak. Oleh karenanya, teks yang sampai atau dapat kita baca sekarang bukanlah teks asli, melainkan teks salinan. 

Saat ini, Hikayat Mareskalek versi HMa yang telah tersedia dalam bentuk suntingan atau teks latin. Suntingan tersebut dapat dibaca dalam buku Karya Lengkap Abdullah al-Misri yang ditulis oleh Zaini-Lajoubert dan diterbitkan oleh Komunitas Bambu bersama École Française D’extrême-Orient pada tahun 2008. Versi tersebut digunakan sebagai bahan suntingan karena, menurut Zaini-Lajoubert, lebih mendekati bentuk asli dari hikayat. Sementara itu, menurutnya, beberapa bagian dalam HMb lebih sederhana karena telah dihapus oleh penyalinnya. Hal ini juga didukung oleh pendapat Linden dalam disertasinya di Universitas Utrecht yang telah dibukukan, De Europeaan in De Maleische Literatuur, bahwa HMa memiliki ukuran literalitas (kesastraan) yang lebih tinggi.

Baca Juga :   Islam Rasional: Gagasan Dan Pemikiran Harun Nasution

Adapun Hikayat Mareskalek menceritakan suksesi kepemimpinan kolonial yang tengah berlangsung. Seperti tampak pada judulnya, ia menggambarkan perubahan berupa pembangunan-pembangunan yang terjadi di Jawa semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Mareskalek atau Maarschalk Daendels. Mulanya, dalam hikayat tersebut, diceritakan bahwa Mareskalek datang ke tanah Jawa dengan kapal dagang. Kapalnya mendarat dan melepas jangkar di perairan Banten. Ia pun pergi Betawi untuk menemui Gubernur Jenderal Wiese yang saat itu berkuasa. Kedatangannya itu menandai terjadinya peralihan kekuasaan. 

Dalam Orang Indonesia & Orang Prancis: dari Abad XVI sampai dengan Abad XX, Dorléans menyebut Daendels sebagai seorang produk politik Revolusi Prancis yang teguh dan pemberani. Karena keberaniannya, ia dianugerahi penghargaan berupa gelar “Grand aigle de la legion d’honneur” yang berarti ‘Bintang Jasa Rajawali Agung’. Rajawali Agung itu terbang ke Hindia di Timur. Lantas, kepak sayapnya yang tangguh menciptakan angin topan pembangunan dan perubahan bagi tanah Jawa.

Dalam Hikayat Mareskalek, Mareskalek tampil sebagai pemimpin yang membawa perubahan besar bagi Jawa. Jika berbicara mengenai Daendels, ingatan kolektif kita pasti dan sering tertuju pada sebuah jalan yang membentang dari barat ke timur di utara Jawa sepanjang 1000 km. Secara historis, kita mengenalnya sebagai Jalan Raya Pos atau Jalan Anyer-Panarukan. Namun, Hikayat Mareskalek tidak hanya mengisahkan persoalan jalan raya tersebut. Di dalam hikayat ini, Abdullah al-Misri menarasikan berbagai kebijakan pembangunan yang semakin memperlihatkan bahwa Daendels memerintah Hindia Belanda dengan berorientasi pada developmentalisme.

Dengan bersungguh-sungguh, Mareskalek memperbaiki tanah Jawa, meminta para pribumi membangun jalan besar, meramaikan pasar, serta memperbanyak tanaman padi, kopi, kelapa, pinang, dan kacang. Dengan menghasilkan tanaman-tanaman komoditas, para pedagang akan singgah ke Jawa yang berarti menjadi sumber perekonomian. Hikayat Mareskalek tidak hanya menyajikan pembangunan besar yang dilakukan oleh Daendels. Pada bagian-bagian lain, Abdullah al-Misri juga menggambarkan bagaimana Mareskalek meminta para pekerja membangun benteng di Selat Menari di sekitar Gresik dan Surabaya serta benteng di Meester Cornelis, Batavia untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. 

Meminjam gagasan Chambert-Loir, fakta-fakta pembangunan yang dikomandoi oleh Mareskalek dalam Hikayat Mareskalek sangatlah autentik. Meskipun kebenaran dalam karya sastra adalah kebenaran dalam karya itu sendiri, tetapi apa yang dinarasikan di dalam hikayat ini memiliki kesamaan dengan fakta-fakta sejarah. Pembangunan jalan raya, pembangunan benteng, pembangunan loji ke Meester Cornelis, pengadaan tanaman komoditas, dan lain sebagainya, adalah persoalan-persoalan yang faktual dalam proses historisnya. Hal itu menarik dan patut diperbincangkan karena Abdullah al-Misri sebagai seorang keturunan Arab menuliskan fakta-fakta sejarah tentang relasi kolonial dengan pribumi di Hindia-Belanda. Artinya, meskipun bukan bagian dari pribumi dan dari kolonial, ia mampu menarasikan peristiwa kolonialisme yang melibatkan kedua kelompok tersebut secara gamblang.  

Bukan hanya menyajikan fakta-fakta sejarah yang autentik dalam karya sastra, dalam hikayat ini, Abdullah al-Misri juga menarasikan kritik-kritik terhadap pribumi melalui hubungan Mareskalek dengan para pribumi. Pada satu waktu, misalnya, Mareskalek sedang duduk di depan loji di Semarang. Ia pun memanggil para nakhoda yang berdagang ke kota di pesisir utara Jawa itu, lantas menanyakan bagaimana raja-raja kulit hitam atau pribumi memerintah. Maka, para nakhoda itu menyatakan bahwa para pemimpin lokal ada yang memimpin dengan harta, keberanian, akal, dan kehendak istrinya. Lalu, ada di antara mereka yang hanya pandai berburu rusa dan ikan daripada memimpin, dan seterusnya. Mereka menjadi raja hanya karena anak seorang raja. Mendengar jawaban itu, Mareskalek mengatakan bahwa mereka adalah raja-raja bodoh yang tidak pandai memimpin. Dengan kata lain, di sini Abdullah al-Misri mengoperasikan tokoh Mareskalek untuk mengkritik feodalisme yang mengakar dalam praktik kepemimpinan di kalangan pribumi. 

Baca Juga :   Idi Amin: Pemimpin Gila Dari Uganda

Singkat cerita, Abdullah al-Misri melanjutkan ceritanya. Masa pemerintahan Daendels di Hindia-Belanda, terutama di Jawa, berakhir sejak kedatangan Gubernur Jenderal Janssens. “Maka Mareskalek pun turun ke kapal bagaimana datangnya begitu juga perginya.” 

Begitulah Abdullah al-Misri menggambarkan kepergian Daendels. Meskipun cerita masih berlanjut hingga gubernur jenderal berikutnya, narasi tentang Daendels sangat dominan dalam hikayat. Sebab, Rajawali Agung yang menciptakan kebijakan pembangunan dan perubahan besar di Jawa begitu mengilhami terciptanya Hikayat Mareskalek.  Demikianlah Abdullah al-Misri dan salah satu karyanya yang selama ini belum, bahkan tidak diperhitungkan dalam perbincangan sastra Melayu. Seperti mutiara, ia masih terpendam. Dengan keterpendamannya, ia telah mengabadikan kisah Daendels, Sang Rajawali Agung yang membangun tanah Jawa. 

DAFTAR PUSTAKA

Chambert-Loir, Bernard. 2009. “Abdullah al-Misri: Penulis Teori Politik di Jawa pada Awal Abad Ke-19”. In Kanumoyoso, B., Farid, H., Ahsan, I.A., dan Fauzi, M. (eds.), 

Kembara Bahari: Esei Kehormatan 80 Tahun Adrian B. Lapian (pp. 223-246). Jakarta: Komunitas Bambu.

Dorléans, Bernard. 2016. Orang Indonesia & Orang Prancis: dari Abad XVI sampai dengan Abad XX. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Linden, A.L.V.L. Vander. 1937. De Europeaan In De Maleische Literatuur. Meppel: B. Ten Brink.

Skinner, C. 1978. “Transitional Malay Literature: Part 1 Ahmad Rijaluddin and Munshi

Abdullah”. Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde, 134 (4): 466-487. 

Wibowo, Anjasmoro. 2019. Diri dan Liyan dalam ‘Arsy al-Muluk Karya Abdullah bin Muhammad al-Misri: Analisis Pascakolonial Edward Said. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 

Zaini-Lajoubert, Monique. 2008. Karya Lengkap Abdullah bin Muhammad al-Misri. Jakarta: Komunitas Bambu dan École Française D’extrêmeOrient.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts