smallpox

Smallpox: Binasanya Sebuah Pandemi

Pada masa sekarang ini, berkembangnya pandemi Corona yang pertama kali muncul di kota Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019 menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi jalannya kehidupan manusia. Hal ini menyebabkan banyak pihak, baik pemerintah negara maupun  berlomba-lomba melakukan upaya untuk menemukan Vaksin yang dapat memunculkan kekebalan di tubuh manusia terhadap virus COVID-19 penyebab pandemi Corona. Namun, pandemi semacam ini telah dialami oleh manusia dari masa awal kehidupan umat manusia. Salah satu pandemi tersebut adalah Smallpox. Penanganan terhadap pandemi Smallpox bisa dijadikan salah satu contoh ketika umat manusia berhasil membinasakan suatu pandemi tertentu.

Oleh Muhammad Dicky Syaifudin

Smallpox adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh Variola Minor dan Mayor yang menyebabkan muncul bintik-bintik bernanah. Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan, kebutaan, hingga kematian pada manusia. Diperkirakan kasus pertama pada manusia yang disebabkan oleh penyakit Smallpox ini muncul pada abad ke-3 SM.  Penyakit ini telah memakan banyak korban jiwa karena mudahnya penyakit ini ditularkan dari satu manusia ke manusia lainnya. Penyakit ini juga menimbulkan beberapa pandemi yang memunculkan perubahan secara drastis terhadap sebuah wilayah pemerintahan tertentu. Hal ini bisa dilihat dalam kasus penyebaran wabah Antonine yang disebabkan oleh penyakit Smallpox terjadi di Kerajaan Romawi antara tahun 165 M hingga 180 M. Wabah ini membuat meninggalnya penguasa Romawi pada saat itu, Marcus Aurelius Antoninus, serta menghasilkan korban jiwa sebanyak 5 miliar penduduk Romawi. 

Wabah Antoninus ini menjadi salah bukti ganasnya perkembangan penyakit Smallpox ini. Diperkirakan hingga abad ke-20, penyakit Smallpox ini telah menewaskan sebanyak 500 miliar umat manusia. Hal ini menyebabkan munculnya kesadaran untuk menemukan solusi yang dapat menghilangkan penyakit Smallpox ini, yakni dengan menciptakan sebuah vaksin. Vaksin ini pun ditemukan pada 1798 oleh seorang ilmuwan yang berasal dari Inggris, Edward Jenner. Sebelum ditemukannya vaksin ini, pengobatan kepada pasien pengidap Smallpox dilakukan dengan cara Variolasi. Variolasi sendiri merupakan sebuah upaya pengobatan Smallpox yang dilakukan dengan cara memberikan cairan yang di dalamnya terdapat Smallpox ke dalam sebuah luka yang sengaja dibuat pada pasien Smallpox. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa tubuh pasien tersebut akan mendapatkan imunitas terhadap Smallpox.      

27442.jpg
Edward Jenner, Ilmuwan Inggris yang menemukan vaksin Smallpox (Sumber: Kotar, S.L. dan J. E. Gessler. 2013. Smallpox: A History. North Carolina: Mcfarland & Company, Inc., Publishers. Hlm 71.)

Meskipun vaksin Smallpox ini telah ditemukan, namun upaya pemberantasan Smallpox secara besar-besaran baru dilakukan ketika memasuki abad ke-20. Upaya dilakukan oleh Pan American Health Organization (PAHO) pada tahun 1950. Organisasi ini berupaya untuk membinasakan virus Variola Minor dan Variola Major yang menyebabkan penyakit Smallpox di Benua Amerika. Upaya ini membuahkan hasil dengan hilangnya virus tersebut secara alami di seluruh negara di Benua Amerika dengan pengecualian di beberapa negara seperti Argentina, Brazil, Kolombia, dan Ekuador. Meskipun tidak hilang sepenuhnya di negara tersebut, penyebaran virus Variola Minor dan Major dapat ditangani secara efektif sehingga menurunkan jumlah pasien pengidap Smallpox

Melihat keberhasilan pembinasaan penyakit Smallpox yang dilakukan oleh PAHO, pada tahun 1958, Menteri Kesehatan Uni Soviet, Viktor Zhdanov, mengajukan sebuah proposal kepada World Health Assembly (WHA) untuk melakukan upaya pembinasaan penyakit Smallpox. WHA merupakan sebuah perkumpulan di dalam World Health Organization (WHO) yang terdiri para menteri kesehatan dari berbagai negara yang tergabung dalam WHO. Pengajuan proposal yang dinamakan Resolution WHA11.54 ini pun diterima dan disetujui oleh WHA pada tahun 1959. Pada saat diterimanya proposal ini, diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk meninggal dunia setiap tahun sebagai akibat dari penyakit Smallpox.

Baca Juga :   Hukum Archimedes dan Sejarah Perkembangan Balon Udara Bagian 1

Sebagai tindak lanjut dari upaya pemberantasan Smallpox, pada tahun 1966 WHO membentuk sebuah tim internasional yang dinamakan  Smallpox Eradication Team dan diketuai oleh Donald Henderson. Pada tahun 1967 WHO mengucurkan dana sebesar 2.4 miliar dollar untuk meningkatkan intensitas penanganan penyakit Smallpox. WHO juga mengadopsi sebuah metode pelacakan penyakit Smallpox yang ditemukan oleh seorang Epidemologis yang berasal dari Ceko, Karel Raska. Metode ini menyatakan bahwa untuk membinasakan penyakit Smallpox, WHO harus melakukan isolasi terhadap para pengidap Smallpox serta melakukan vaksinasi terhadap orang-orang yang hidup bersama para pengidap Smallpox tersebut. Proses penerapan metode ini dinamakan Ring Vaccination. Pada awalnya, sebagian besar produksi vaksin Smallpox berasal dari Amerika Serikat dan Uni Soviet. Namun, pada tahun 1973, sekitar 80 persen jumlah vaksin Smallpox telah diproduksi di berbagai negara berkembang.

27450.jpg
Proses vaksinasi Smallpox kepada salah satu penduduk di negara Niger (Sumber: https://commons.m.wikimedia.org/wiki/File:Fighting_smallpox_in_Niger,_1969.jpg)

Dalam upayanya membinasakan penyakit Smallpox, WHO menemukan beberapa permasalah yang menghambat upaya tersebut. Masalah tersebut yakni kurangnya sinkronisasi laporan jumlah kasus yang diperoleh oleh WHO dengan jumlah pengidap Smallpox yang ada di lapangan. Hal ini disebabkan karena pemerintah setempat tidak melakukan pendataan secara rinci terhadap jumlah kasus Smallpox yang terdapat di wilayahnya. Untuk permasalahan tersebut, WHO melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga independen untuk melakukan survey terhadap jumlah pengidap Smallpox serta memberikan tempat-tempat yang dapat digunakan sebagai tempat isolasi bagi penduduk pengidap Smallpox.    

Upaya pemberantasan yang dilakukan oleh WHO ini membuahkan. Di benua Eropa, penyebaran Smallpox secara masif terakhir tercatat pada tahun 1972. Kemunculan penyakit Smallpox ini terjadi di Yugoslavia. Penyebaran Smallpox ini terjadi ketika peziarah dari Kosovo baru saja kembali dari Timur Tengah. Di sana ia terjangkit oleh penyakit Smallpox. Epidemi ini menyebabkan sebanyak 175 orang terinfeksi Smallpox dengan 35 orang meninggal dunia. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah Yugoslavia meminta bantuan kepada WHO. Hasilnya, epidemi di Yugoslavia ini hanya berlangsung selama dua bulan. 

Sementara itu, ketika memasuki tahun 1975, penyebaran Smallpox hanya terjadi di wilayah semenanjung Afrika. Kondisi di wilayah tersebut menyebabkan sulitnya pemberantasan penyakit Smallpox. Pada pertengahan tahun 1977, sebuah tim yang dipimpin oleh ilmuwan asal Australia, Frank Fenner, melakukan pelacakan, isolasi, serta vaksinasi Smallpox di wilayah tersebut. Upaya ini menjadikan wilayah terakhir yang terbebas dari penyebaran Smallpox. Pada 8 May 1980, WHO menyatakan bahwa penyakit Smallpox berhasil dibinasakan di bumi ini. 

Daftar Sumber

Finer, Kim Renee. 2004. Deadly Diseases and Epidemics: Smallpox. New York: Chelsea House Publishers

Glynn, Ian dan Jennifer Glynn. 2004. The Life and Death of Smallpox. London: Profile Books Ltd

Koplow, David. A. 2003. Smallpox: The Fight To Eradicate A Global Scourge. California: University of California Press

Kotar, S.L. dan J. E. Gessler. 2013. Smallpox: A History. North Carolina: Mcfarland & Company, Inc., Publishers

Williams, Gareth. 2010. Angel of Death: The Story of Smallpox. New York: Palgrave Macmillan

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts