Kehidupan Kelompok Penggarap Tanah (Serf) Pada Masa Feodalisme Eropa

Membahas mengenai sejarah Eropa, tidak akan terlepas dari Abad Pertengahan. Periode yang dimulai sejak 400 Masehi hingga kira-kira 1400-an, ditandai dengan ciri kehidupan masyarakat Eropa  yang dinamis dan penuh perubahan. Abad pertengahan juga tidak  tidak dapat dilepaskan dengan kemunculan feodalisme.

Oleh Sarita Rahel Diang & Putu Prima Cahyadi

Mengutip artikel Bayu Ardi Isnanto yang diterbitkan situs detikEdu, feodalisme Eropa pada masa Abad Pertengahan identik dengan raja dan ksatria. Seorang raja dipandang sebagai titik sentral dalam pertumbuhan budaya feodalisme di Eropa. Tanpa raja dan ksatria, feodalisme tidak akan dapat tumbuh subur.

Disayangkan, dalam artikel Bayu Ardi Isnanto, tidak terdapat penggambaran mengenai kehidupan masyarakat kebanyakan pada masa feodalisme Eropa. Seolah-olah, masyarakat yang kebanyakan bekerja sebagai penggarap tanah, hanya menjadi pion tidak penting dalam perjalanan feodalisme di benua tersebut.

Apakah benar para penggarap tanah yang hidup pada masa feodalisme tampil hanya sebagai pion dalam sejarah? Jika tidak, bagaimana kehidupan mereka pada masa tersebut?

Sekilas mengenai Feodalisme

Menurut definisi klasik yang dicetuskan oleh François Louis Ganshof dalam buku Feudalism, feodalisme menggambarkan seperangkat kewajiban timbal balik dalam bidang hukum dan militer dari kaum bangsawan, serta berkisar pada konsep penguasa, vassal, dan fief (properti atau hak waris). 

Marc Bloch, dalam buku Feudal Society jilid I dan II, menarik feodalisme ke arah yang lebih luas. Ia tidak hanya mencakup kewajiban kaum bangsawan, tetapi juga dua golongan lainnya, yakni rohaniwan dan petani. Mereka semua terkait dalam sistem manorialisme (sistem manor). 

Dalam masyarakat feodal, raja memberikan sebidang tanah yang luas (fief) kepada bangsawan dan uskup. Para petani tak bertanah (serf) menggarap tanah tersebut. Satu-satunya bayaran bagi mereka adalah diizinkan untuk tinggal di wilayah tersebut dan dijanjikan perlindungan jika terjadi invasi musuh.

Kekuasaan langsung seorang raja terbatas pada wilayah semi-pribadi mereka. Di ranah yang lebih luas, mereka tidak lagi dapat mengeluarkan perintah kepada pejabat yang tunduk pada perintah mereka. Sebaliknya, mereka harus memenangkan kerjasama para magnat (duke dan bangsawan count regional) melalui proses negosiasi.

Ketika seorang raja kehilangan dukungan para magnat seperti yang sering terjadi, dia kehilangan kendali atas kerajaannya. Jika para magnat dan tuan tanah kehilangan dukungan ksatria, para petani terikat atau bebas, dia akan kehilangan kendali atas tanahnya. Seluruh keseimbangan kekuatan feodal bergantung pada lapisan masyarakat di bawahnya. Para petani penggarap tanah menjadi pemegang kunci keseimbangan.

Devolusi kekuasaan dari raja ke bangsawan, dan dari bangsawan ke tuan tanah lokal melahirkan fenomena sosial-politik yang dikenal sebagai “sistem feodal”. Sistem ini didasarkan pada loyalitas personal dan kewajiban antara raja, magnat, tuan tanah lokal, dan pengikut mereka. Hanya melalui ikatan-ikatan ini, suatu bentuk keteraturan dapat berlaku di seluruh wilayah pada Abad Pertengahan, dan raja dapat menggerakkan sumber daya militer kerajaannya.

Hubungan Serf dan Penguasa

Piramida masyarakat Eropa pada masa feodalisme memiliki bentuk piramida. Di puncak, terdapat gereja. Kemudian, pada bagian berikutnya, diisi oleh monarki, para baron, dan ksatria. Para penggarap lahan (serf) menempati peringkat terbawah.

Gereja mengambil pajak dari fief dan pajak gereja (tithe). Para pejabatnya dipilih oleh baron, sebab bangunan gereja dibangun di atas tanah baron. Di Inggris, sebagai contoh, setelah Kontroversi Becket (berlangsung antara 1163 hingga 1170), posisi gereja tampak berada di bawah mahkota.

Baca Juga :   Nurburgring dan Cerita Sang Neraka Hijau
A diagram of a pyramid

Description automatically generated
Piramida kekuasaan pada masa feodalisme Eropa ( Sumber : Sutori.com)

Di puncak piramida, terutama di Inggris, masih terdapat raja dan monarki. Sebagai contoh, William the Conqueror, mengklaim seluruh tanah di Inggris pada tahun 1066 sebagai propertinya sendiri. Ia dan keturunannya dapat memberikan sebidang tanah kepada seorang bangsawan yang sebagai imbalannya, akan menjadi vasal monarki tersebut. 

Sebagai imbalan, sang bangsawan akan memberikan pelayanan kepada monarki. Pelayanan paling umum dan dibutuhkan oleh seorang raja adalah pelayanan militer, yakni berperang sebagai pasukan atau melindungi aset monarki, seperti kastil. Vasal menerima pendapatan dari tanah tersebut, memiliki otoritas atas penduduknya, dan dapat meneruskan hak-hak yang sama kepada ahli warisnya.

Bangsawan (baron) yang telah menerima tanah jarang dapat mengelolanya sendiri. Seringkali, mereka memberikan sebagian tanah ini kepada vasal penyewa (tenant). Vasal penyewa diberikan hak untuk menggunakan tanah tersebut dan mengambil keuntungan darinya. Sebagai imbalan, mereka kemudian memiliki kewajiban terhadap pemilik tanah.  

Serf dan Tanah Garapannya

Sistem feodal mempertahankan dirinya sendiri karena kendali atas tanah memerlukan kemampuan untuk memberikan pelayanan militer. Banyak biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan militer seperti senjata, baju zirah, dan kuda. Kondisi ini membuat timbulnya perseteruan antara aristokrasi tanah (monarki, bangsawan, dan beberapa penyewa) dan para penggarap lahan. 

Para penggarap lahan (serf) berada di bagian terbawah piramida sosial. Mereka membentuk sebagian besar populasi. Di Inggris, mereka membentuk 85% populasi. 

A painting of people working on hay

Description automatically generated
Ilustrasi abad pertengahan yang menggambarkan sekelompok pria memanen gandum dengan arit (Sumber : Wikimedia Commons)

Para serf bekerja tanpa upah di tanah yang dimiliki atau disewa oleh orang lain, untuk menghasilkan makanan bagi mereka sendiri. Tidak kalah pentingnya, mereka menghasilkan makanan dan keuntungan bagi tuan mereka. Sering kali, mereka diperlakukan seperti budak, tidak dapat meninggalkan tanah tempat mereka tinggal dan bekerja.

Tanah yang dikelola para serf merupakan ladang yang dikelola secara turun-temurun. Hal ini membuat mereka memiliki kewajiban secara turun-temurun pula, seperti jumlah hari kerja dalam seminggu, serta memberikan barang atau uang kepada pemilik tanah pada hari-hari tertentu. 

Sebagai penggarap tanah, para serf terikat berbagai larangan. Mereka tidak diizinkan meninggalkan tanah tuannya tanpa izin. Mereka juga tidak diizinkan menikah tanpa izin tuan tanah; mereka harus membayar denda untuk mendapatkan izin menikah. 

Jika serf melakukan mogok kerja akibat adanya devolusi hubungan kekuasaan antara penguasa dan masyarakat, suplai makanan dan pelayanan tidak akan diterima para ksatria. Mereka juga akan kesulitan untuk melakukan kampanye militer, melindungi, atau bahkan setia para baron. Para baron, pada tahap berikutnya, tidak dapat memberi uang pajak dan pasukan ke raja.

Sebagai contoh, kontroversi Raja John. Raja John memberi pajak terlalu tinggi pada rakyat, serta menjual properti Gereja demi melancarkan kampanye-kampanye militer dan invasinya ke Normandia, Prancis dan Irlandia, membuat para baron memberontak. Pemberontakan dan perlawanan mereka memojokkan Raja John. Ditambah dengan adanya tekanan dari Gereja dan Paus yang telah mengucilkannya, memaksanya untuk menandatangani Magna Carta pada 1215. Dokumen ini kelak menjadi basis utama liberalisme Eropa dan salah satu dokumen terpenting dalam sejarah. 

Kehidupan Kebudayaan para Serf

Para serf umumnya tinggal di rumah-rumah kecil (cruck houses). Rumah ini terdiri dari rangka kayu yang dilapisi campuran lumpur, jerami, dan kotoran ternak. Rumah ini beratapkan jerami dengan lantainya yang juga biasanya dilapisi jerami. 

Para serf menggunakan sumber air yang sama untuk memasak, membersihkan, dan membuang limbah. Kondisi ini menyebabkan air mudah terkontaminasi sehingga memantik penyebaran penyakit yang luas.

Baca Juga :    Pergerakan Nasionalisme Myanmar
The Medieval Peasant House - Medievalists.net
Ilustrasi rumah para serf pada masa feodalisme Eropa (Sumber : Medievalists.net)

Meskipun kehidupan para serfs sangat melelahkan dan berat, terdapat tradisi meriah yang digelar dengan berbagai festival yang sangat mencerminkan budaya masyarakat abad pertengahan. Salah satu contoh dari festival yang sangat dipengaruhi gereja Katolik adalah adanya Karnaval. Festival ini diadakan setiap tahun, terutama menjelang Paskah. Pada perayaan Karnaval, terutama di Italia, Spanyol, dan Prancis, diadakan perayaan publik, parade, pesta makan dan minuman. Selain Karnaval, terdapat juga festival lainnya, yang biasanya dipengaruhi dengan kebudayaan lokal masyarakat.

Penutup

Meski jarang dibahas mengenai abad pertengahan Eropa, kehidupan sehari-hari para serf memiliki peran penting dalam jalannya sistem feodal di Eropa. Mereka, yang menempati dasar piramida, menjadi kekuatan penting untuk menentukan kestabilan jalannya hubungan antara gereja, monarki, para baron dan ksatria. 

Tanpa kehadiran para serf, para baron dan ksatria tidak dapat mengolah tanah-tanah mereka. Kondisi tersebut memengaruhi penguasa monarki yang kesulitan untuk mengumpulkan tenaga untuk ekspedisi militer dan mempertahankan wilayah kerajaan. Selain itu, apabila peran para serf dihilangkan, gereja yang menjadi soko guru sistem feodal Eropa tidak akan dapat menjalankan kekuasaan mereka.

Referensi

Anonim. “Life of Peasantry (Serfs) in the Middle Ages – English History” https://englishhistory.net/middle-ages/life-of-peasantry-serfs/. Diakses 6 Desember 2023. 

Anonim. “Medieval Europe: The Feudal System”. https://timemaps.com/encyclopedia/medieval-europe-feudalism/. Diakses pada 3 Desember 2023.

Bloch, Marc. (2004[1961]). Feudal Society Volume I: The Growth of Ties of Depencence. Diterjemahkan oleh L.A. Manyon. London dan New York: Routledge.

Bloch, Marc. (2005[1961]). Feudal Society Volume II: Social Classes and Political Organization. Diterjemahkan oleh L.A. Manyon. London: Routledge.

Ganshof, François Louis. (1952). Feudalism. London dan New York: Longmans.

Isnanto, Bayu Ardi. 2023. “Feodalisme Adalah: Kenali Sejarah, Prinsip, dan Orientasinya”. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6825631/feodalisme-adalah-kenali-sejarah-prinsip-dan-orientasinya. Diakses 18 November 2023.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts