Candi Jabung di Probolinggo; Peninggalan Majapahit yang Pernah Dikunjungi Raja Hayam Wuruk saat Mengelilingi Jawa Timur

Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Indonesia juga dilewati oleh garis Khatulistiwa sehingga menjadikan negara Indonesia termasuk dalam negara dengan iklim tropis dan berada pada daerah embusan angin musim Indo-Australia. Iklim tropis tersebut sangatlah memengaruhi mata pencarian masyarakat di Indonesia yang meliputi pertanian, pelayaran, dan lain sebagainya. Angin musim juga memengaruhi pola pelayaran di Indonesia. Pelayaran disini meliputi penangkapan ikan, dan yang lebih penting adalah perdagangan. 

Oleh Adinda Meyta Dwi Ayuningtyas

Wilayah perairan Indonesia menjadi jalur perdagangan yang strategis karena wilayah perairan tersebut termasuk dalam rute jalur perdagangan Internasional sehingga dilewati oleh beberapa negara. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah sehingga menarik minat para pedagang-pedagang dari luar termasuk dari India dan Tiongkok. Mereka melakukan perdagangan di Indonesia untuk mendapatkan rempah-rempah. Adanya hubungan dagang yang terjalin antara Indonesia dan India mengakibatkan masuknya pengaruh budaya India terutama pengaruh agama (Hindu-Buddha) ke Indonesia. Terdapat beberapa teori yang membahas tentang bagaimana proses masuknya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia. Teori tersebut antara lain teori brahmana, teori ksatria, teori waisya, teori arus-balik, dan teori sudra. Dari beberapa teori tersebut masih belum ditemukan teori manakah yang sangat tepat dalam proses masuk serta penyebaran agama Hindu-Buddha di Nusantara. Adanya pengaruh Hindu-Buddha tersebut menimbulkan kemunculan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia dengan kerajaan yang tertua yaitu Kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai ini menjadi kerajaan bercorak Hindu pertama di Indonesia dan beberapa kemunculan kerajaan lainnya termasuk kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, dengan Kerajaan paling akhir yaitu Kerajaan Majapahit.

Candi Jabung 
Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/candi-jabung/

Candi Jabung 

Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/candi-jabung/

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan dengan corak Hindu-Buddha yang memiliki Ibu Kota di Trowulan, Jawa Timur. Raja pertamanya adalah Kertarajasa Jayawarddhana atau dikenal dengan nama Raden Wijaya yang memerintah sekitar tahun 1293-1309 Masehi. Kerajaan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas bahkan wilayah kekuasaannya mencakup negara luar Indonesia. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sri Rajasanagara atau dikenal dengan nama Raja Hayam Wuruk yang memerintah pada tahun 1350-1389 M bersama patihnya Gajah Mada. Pada masa pemerintahannya, Raja Hayam Wuruk pernah melakukan lawatan mengelilingi Jawa Timur dan beliau mengunjungi salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang berlokasi di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur yaitu Candi Jabung pada tahun 1359 yang tercantum dalam kitab Negarakertagama. 

Probolinggo

Tak banyak yang tahu tentang Probolinggo, daerah yang memiliki wilayah pegunungan dan wilayah Pantai ini ternyata merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit pada masa lampau, bahkan beberapa orang Probolinggo pun tidak mengetahui hal tersebut. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sebuah Candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang berlokasi di wilayah Kabupaten Probolinggo. Daerah penghasil buah mangga dan anggur ini ternyata banyak menyimpan Sejarah dari periode Indonesia Kuno bahkan sampai pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Siapa sangka, Probolinggo yang jarang diketahui oleh banyak orang ini memiliki berbagai peninggalan Sejarah yang dimulai dari masa Hindu-Budha bahkan sampai pada peninggalan masa Pemerintahan Hindia Belanda. Di wilayah Kota Probolinggo, dapat ditemui berbagai peninggalan Masa Pemerintahan Hindia Belanda yang terletak di Tengah-tengah Kota dengan peninggalan yang paling terkenal yaitu Gereja Merah. Akan tetapi, banyak yang tidak mengetahui, bahwa Probolinggo juga menyimpan berbagai peninggalan pada masa Hindu-Budha, salah satunya yaitu Candi Jabung. Candi ini terletak di Kabupaten Probolinggo, tepatnya di Desa Jabung, Paiton. 

Baca Juga :   Peran  Mahasiswa Terhadap Sosial Politik  di  Indonesia

Dapat diketahui bahwa Candi Jabung yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. Adanya bukti salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit yang ada di Probolinggo membuktikan bahwa pada zaman dulu Probolinggo merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Terutama pada nama Kecamatan Paiton yang terdiri dari kata “Pait” atau bagian dari kata Majapahit dan “Ton” yang berarti terlihat. Nama Paiton merupakan pemberian dari Raja Hayam Wuruk.

Sejarah Singkat Candi Jabung

Candi Jabung yang berdiri pada tahun 1276 Saka atau 1354 Masehi. Candi ini dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk dan merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang beraliran Tantraisme dalam agama Buddha Mahayana. Candi Jabung yang terletak di Desa Jabung, Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini merupakan bangunan suci bagi umat Budha. Umat Budha yang berada di kawasan Probolinggo seringnya mengunjungi dan mengadakan upacara keagamaan di Wilayah Candi Jabung. Bangunan Candi ini menghadap ke arah barat dengan sebuah anak tangga di sisi muka. Meskipun Candi Jabung merupakan candi dengan corak Buddha Mahayana, tetapi terdapat relief Sri Tanjung pada sisi tenggara candi. Hal ini memperlihatkan corak Hindu yang sangat jelas pada bagian relief candi. Dalam Kitab Pararaton juga disebutkan bahwa Candi Jabung merupakan pendharmaan Raden Sumana dengan nama Bajrajina Paramitapura. Disebutkan juga bahwa Sajabung yang merupakan makam dari salah seorang anggota keluarga Raja yang bernama Bhre Gundal. Sedangkan dalam Kitab Negarakertagama tercatat bahwa Candi Jabung pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk dalam lawatan mengelilingi Jawa Timur pada tahun 1359 Masehi.

Arsitektur Candi Jabung

Candi yang didirikan pada abad 1354 Masehi ini dibangun dengan susunan batu bata merah, memiliki ukuran panjang 13,13 Meter, lebar 9,60 Meter dan memiliki tinggi 16, 20 Meter. Candi Jabung berdiri pada sebidang tanah berukuran 35×40 Meter dan dibangun di ketinggian 8 Meter di atas permukaan laut. Candi ini memiliki tiga bagian yaitu, atap candi, badan candi, dan kaki candi. Sebagian atap Candi Jabung telah runtuh dan diperkirakan berbentuk stupa. Badan candi berbentuk silinder dan kaki candi berupa batur yang memiliki dua bagian kaki candi. Candi Jabung sebenarnya memiliki pagar yang terbuat dari batu bata merah dan kini hanya tersisa satu penjuru pagar yang berada di sisi barat daya dari lokasi Candi Jabung. Bernama Candi Menara Sudut, fungsinya adalah sebagai pelengkap induk Candi Jabung. Memiliki ukuran tiap-tiap sisinya 2, 55 Meter dan tinggi 6 Meter. Pernah mengalami pemugaran pada tahun 1983-1987 oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala. 

Referensi 

Poesponegoro,  Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional Indonesia jilid II, Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, (Sebagian informasi didapatkan langsung saat penelitian dan berasal dari berbagai informasi yang terdapat pada papan informasi di lokasi Candi Jabung).

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts