KH. Abu Dardiri dan Sejarah Muhammadiyah di Purbalingga

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Pendirian organisasi ini untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Sebagai sebuah organisasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam, Muhammadiyah selalu berupaya untuk menyebarkan dakwah Islam sebagaimana yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW, melalui lembaga pendidikan maupun amal usaha sosial lainya. Seiring berjalanya waktu, Muhammadiyah terus berkembang dan memiliki pengaruh luas di Indonesia sehingga organisasi ini berhasil diterima secara luas oleh masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. 

Oleh Bimba Valid Fathony

Gencarnya dakwah Muhammadiyah ke berbagai penjuru Nusantara telah berhasil mencetak tokoh-tokoh hebat yang turut berkiprah dalam perkembangan dakwah Muhammadiyah. Salah Satu tokoh tersebut yaitu KH. Abu Dardiri. 

Sumber: Dokumentasi pribadi arsip PDM Purbalingga-foto KH. Abu Dardiri bersama pimpinan Muhammadiyah Banyumas

Riwayat hidup KH. Abu Dardiri

K.H. Abu Dardiri dilahirkan di Gombong pada tanggal 24 Agustus tahun 1895. Terkait riwayat kehidupan di masa kecil dan riwayat pendidikanya kurang diketahui secara pasti. Namun K.H. Abu Dardiri pernah bekerja sebagai pegawai kereta api S.D.S, lalu kemudian berpindah bekerja di pabrik gula (yang kemungkinan berada di Kalibagor Banyumas). Dirinya kemudian tinggal dan menetap di Purbalingga. Disana beliau menjalani usaha percetakan dengan didukung peralatan yang sederhana yaitu dari batu (steendrukkerij) dengan kapasitas cetak 300-500 lembar per hari. Disitu beliau juga menerbitkan buku kecil-tipis tentang agama Islam. Beliau juga merupakan ketua Muhammadiyah di Purbalingga saat Muhammadiyah Purbalingga berdiri di tahun 1920.

Ketika beliau masih muda, KH. Abu Dardiri merupakan Konsul Pimpinan Muhammadiyah Daerah Banyumas sejak tahun 1930 sampai tahun 1963 di masa usia lanjutnya. Dengan lamanya jabatan konsul yang beliau jabat, Beliau digelari “konsul abadi” PP Muhammadiyah. Sebelum menjabat sebagai konsul Muhammadiyah, KH. Abu Dardiri menjabat sebagai ketua Muhammadiyah cabang Purbalingga.

Pada zaman Jepang, KH. Abu Dardiri menjadi Sjumokatyo (Kepala Jawatan Agama) Karesidenan Banyumas. Dalam jabatannya ketika itu, beliau mengusulkan kepada Pemerintah Jepang, agar supaya di Sekolah-sekolah Rakyat disediakan guru-guru agama untuk memberi pelajaran Agama Islam. Usul itu dikabulkan hingga pada akhirnya semua Sekolah Rakyat di daerah Banyumas diberi pelajaran Agama Islam. Kemudian, menyusul Sekolah Rakyat di daerah-daerah Karesidenan Kediri dan Pekalongan yang siswa-siswanya diberi pelajaran Agama Islam. Kiprah KH. Abu Dardiri ini sangat menentukan dalam proses memperjuangkan usul pembentukan Kemenag.

Pengusul pembentukan Kementerian Agama

Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, KH. Abu Dardiri menjadi anggota Komite Nasional Indonesia (KNI) Banyumas dan mewakili KNI Banyumas dalam sidang KNI seluruh Jawa.  Ketika KNI Banyumas bersidang pada awal bulan November 1945, beliau mengusulkan agar kementerian agama dibentuk secara terpisah dan tidak digabungkan dengan kementerian pengajaran.

KH. Abu Dardiri dan KH. Saleh Su’aidy memperjuangkan usul pembentukan Kementerian Agama dalam sidang pleno KNIP di Jakarta. Saat berangkat ke Ibu Kota, KH. Abu Dardiri dan KH. Saleh Su’aidy juga ditemani oleh Sukoso Wirjosaputro yang merupakan anggota KNI Banyumas. Melalui ketiga tokoh itulah usul pendirian Kemenag dari KNI daerah Banyumas disuarakan.

Pada saat diadakan sidang KNI seluruh Jawa, dengan Pemerintah Pusat di Jakarta 24-28 November 1945, KH. Abu Dardiri mengemukakan agar urusan agama jangan dimasukkan dalam Kementerian Pengajaran. Sidang inilah merupakan sebagai titik mula lahirnya Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia. KH. Abu Dardiri mengusulkan supaya dibentuk Kementerian Agama yang khusus.

Baca Juga :   12 Gurindam: Pemikiran Raja Ali Haji Dalam Membentuk Nilai-Nilai Moral dan Etika Masyarakat yang Ideal

Usulan itu diterima pada tanggal 3 Januari 1946, Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan surat keputusan untuk membentuk Kemenag RI. Berdirinya institusi ini ditetapkan melalui surat Ketetapan Pemerintah Nomor: 1/SD/1946 di Yogyakarta. Menteri Agama pertama saat itu adalah Prof. HM Rasyidi yang juga salah satu tokoh Muhammadiyah.

KH. Abu Dardiri juga menjabat sebagai penghulu naib atau kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Banyumas. Pada bulan November 1956, beliau berhenti dari jabatannya sebagai Kepala KUA Banyumas dengan hak pensiun. KH. Abu Dardiri wafat pada tanggal 1 Agustus 1967 di usia 72 tahun. Beliau meninggalkan 2 orang isteri dan 5 orang anak.

Sejarah berdirinya Muhammadiyah di Purbalingga

Persebaran Muhammadiyah ke berbagai penjuru Nusantara dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota. Gagasan KH. Ahmad Dahlan ternyata mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921, Kiai Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Nusantara. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang sudah terjangkau dakwah Muhammadiyah. Masyarakat Muslim Purbalingga pertama kali mengenal Muhammadiyah ketika Kiai Khotib yang diutus oleh Kiai Abu ‘Amar (Penghulu Landraad) untuk ke Yogyakarta guna mempelajari ajaran KH. Ahmad Dahlan sebelum tahun 1920 dan diperkirakan Muhammadiyah sudah masuk dan dikenal oleh masyarakat Muslim Purbalingga sekitar tahun 1918 yang dimulai lewat pengajian di desa-desa. 

Sepulang Kiai Khotib dari Yogyakarta, Kiai Khotib dan Kiai Abu ‘Amar kemudian mengadakan pengajian-pengajian yang disebut dengan “Mambangil Mambahis”. Pada tahun 1920 Kiai Haji Ahmad Dahlan berkunjung ke Purbalingga. Kemudian setelah para tokoh mengikuti pengajian mereka mengembangkan ilmunya dengan mengadakan pengajian di desa masing-masing. Mereka pun di desanya memberi nama kelompok pengajiannya dengan nama yang sama yaitu “Mambangil Mambahis”. Dari situlah kemudian berkembang, mendirikan suatu organisasi yang disebut Muhammadiyah, sementara mereka di desanya masing-masing mendirikan Ranting Muhammadiyah. Tepatnya pada tanggal 30 Juni 1922 resmi berdiri Muhammadiyah cabang Purbalingga. Secara De Facto periode pertama dengan KH. Abu Dardiri sebagai ketua dan KH. Sya’roni sebagai wakilnya. Muhammadiyah   Cabang   Purbalingga   resmi   berdiri  dengan  surat  ketetapan  dari  Hoof  De  Bestuur  Muhammadiyah  Yogyakarta No.5  tanggal 1 Januari 1923. Pada perkembangannya Muhammadiyah Cabang Purbalingga selanjutnya dimotivasi oleh Kiai Haji Djawari Hasyim dan Kiai Haji Syarbini.

Pusat Muhammadiyah Purbalingga awalnya berada di kompleks Masjid At-Taqwa, Kelurahan Purbalingga Wetan (Depan Kantor Kejaksaan Negeri) sebelum berpindah ke Pendopo KH Ahmad Dahlan (Sekarang kompleks SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga). Setelah pindah dengan adanya kantor pusat yang baru menjadi ghirah baru para kader Muhammadiyah untuk memajukan syiar Islam di Purbalingga. Kantor pusat baru ini awalnya gedung yang dipinjam partai Masyumi yang kemudian dibeli oleh Muhammadiyah, KH. Abu Dardiri merupakan donatur yang melunasi pembelian gedung dan tanah tersebut. 

Nama yang kini diabadikan

Nama KH. Abu Dardiri banyak diabadikan di berbagai tempat seperti nama gedung (salah satunya gedung PDM Banyumas), nama masjid, dll. Di Purbalingga nama Abu Dardiri turut diabadikan  sebagai nama komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Komisariat ini didirikan tanggal 6 Juni 2021. KH. Abu Dardiri menjadi inspirasi berdirinya IMM di Purbalingga. IMM di Purbalingga merupakan organisasi otonom Muhammadiyah yang baru berdiri sepanjang perjalanan sejarah Muhammadiyah di Purbalingga. Adanya komisariat IMM tersebut yang diberi nama Abu Dardiri menaruh suatu harapan besar agar semangat perjuangan KH. Abu Dardiri dapat diteruskan oleh generasi muda Muhammadiyah khususnya di Kabupaten Purbalingga.

Baca Juga :   Sri Paku Alam VIII: Fasilitator Masa Revolusi Fisik

Kesuksesan Perserikatan Muhammadiyah di Kabupaten Purbalingga dengan berbagai amal usaha yang dimiliki. Tidak bisa lepas dari para penerus-penerusnya yang mewarisi semangat dan militansi KH. Abu Dardiri sebagai sosok inspirator yang mana beliau merupakan ketua pertama Muhammadiyah di Purbalingga. Peran dan kiprah tokoh KH. Abu Dardiri telah menjadi bagian dari sejarah berdirinya Muhammadiyah di Kabupaten Purbalingga. 

Referensi

Tim Penyusun. 100 Tokoh Muhammadiyah Yang Menginspirasi. Yogyakarta: Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2014.

Suwarno dan Asep Daud Kosasih. Dinamika Gerakan Muhammadiyah Di Banyumas. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013.

Nurhayati dkk. Muhammadiyah Dalam Perspektif Sejarah, Organisasi, Dan Sistem Nilai. Bantul, Yogyakarta: Trust Media Publishing, 2018.

Biodata Penulis

Nama  : Bimba Valid Fathony- Mahasiswa S2 Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Alamat : Desa Bumisari 1/1, Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, Jateng

Email : bimbavalid06.bv@gmail.com

Wa    : 083113777730

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts