Ultimatum Christison: Bekasi Lautan Api

Bilamana kita sering mendengar peristiwa ‘Bandung Lautan Api’ di Kota Bandung, ada aksi perlawanan yang tak kalah hebatnya dengan peristiwa di kota Patriot. Namanya Bekasi Lautan Api. Peristiwa tersebut terjadi pada rentang tahun 1945-1947 saat revolusi fisik sedang gencar-gencarnya. Revolusi ini merupakan periode yang menentukan masa depan bangsa Indonesia. Waktu tentang perjuangan rakyat Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan. 

Oleh Muhammad Sadam Khadafi

Bekasi lautan api, nukilan sejarah yang terlupakan - Hops ID

 Bekassi tempo doloe 

Sumber: Instagram @ipotolawas

Bekasi pada masa revolusi 1945-1949 menjadi salah satu daerah konsentrasi perlawanan rakyat kala itu, terlebih tindakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Hubertus van Mook yang membuat garis demarkasi yang menyebabkan perpecahan bangsa. Menurut Ade Maman Suryaman, garis demarkasi ini menjadi garis batas antara Republik Indonesia dengan Sekutu/NICA. Batas garis tersebut melewati sebelah barat Kewedanaan Bekasi yakni Kali Cakung ke utara sampai Cilincing dan Kali Buaran ke Selatan sampai ke Cileungsi (Ali Anwar, 2018). 

Sejak ditentukannya garis demarkasi tersebut, kedua belah pihak seringkali bertikai dan melanggar peraturan yang sudah disepakati. Serdadu-serdadu Sekutu beberapa kali menganggu pintu gerbang Republik Indonesia yang dijaga oleh beragam laskar dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) Batalyon V Resimen VI Divisi Siliwangi pimpinan Mayor Sambas Atmadinata (Randy Wirayudha, 2018). 

Peristiwa itu bermula dari pesawat Dakota milik sekutu mendarat darurat karena kerusakan mesin di Rawa Gatel, Cakung pada November 1945. Pesawat itu terbang dari Lanud Kemayoran menuju Lanud Kalibanteng Semarang. Ketika itu Cakung masih masuk ke wilayah Bekasi. Melihat ada pesawat jatuh, masyarakat sekitar mencoba mendatangi lokasi kejadian. Namun, tentara Inggris yang merasa lokasi ini merupakan wilayah kekuasaan Indonesia menjadi tertekan dan menembak ke arah masyarakat. Gerilyawan Bekasi pun murka terhadap Sekutu Inggris tersebut. Alhasil, 26 orang pasukan Sekutu ditahan di Tangsi Polisi Bekasi (Ali Anwar, 2006). 

Sontak kabar tersebut sudah sampai ke telinga pihak Inggris. Panglima Sekutu Inggris di Indonesia, Letjen Philip Christison mengeluarkan ultimatum: “Dalam tempo 24 jam tawanan tersebut harus dikembalikan ke Jakarta, apabila tidak maka Bekasi akan dijadikan lautan api”. Kemarahan Letjen Christison berdalih bahwa penumpang yang ada di pesawat itu adalah anggota Palang Merah yang ditugaskan untuk pergi ke Semarang. Pihak Republik Indonesia memberikan jaminan keamanan dan akan mengembalikan para tawanan. Namun pihak sekutu tidak mempercayai nya. Alih-alih mereka menyiapkan pasukan untuk membebaskan para tawanan namun sesampainya di Bekasi, mereka ditolak oleh pasukan Indonesia yang terdiri dari beragam laskar dan gerilyawan. Pada tanggal 29 November 1945, tentara Inggris dalam kekuatan yang cukup besar menuju Bekasi (Ali Anwar, 2006). Sekutu melakukan penyerangan tersebut pertama kali di daerah Cakung, Pondok Ungu, dan Kranji. Pertempuran di Cakung mengakibatkan jatuhnya korban pada kedua belah pihak, dari pihak Republik Indonesia terhitung 13 orang tewas. Pihak sekutu merasa Bekasi sulit ditembus karena pertahanan pasukan Indonesia yang sangat banyak saat itu, maka sekutu mundur dengan membawa pasukannya yang telah menjadi korban. Saat tiba di Pondok Ungu, mereka harus berhadapan dengan pasukan Hizbullah yang dipimpin oleh KH. Noer Alie dan dua regu pasukan TKR Laut pimpinan Mayor Hasibuan. Serangan pun terjadi sehingga pasukan Hizbullah terdesak sampai Jembatan Sasak Kapuk. Pasukan Hizbullah pun mundur mengikuti instruksi dari pimpinannya hingga dari segala arah pasukannya dihadang oleh tentara Inggris. Kong Matalih, Saksi Sejarah Pertempuran Besar Sasak Kapuk - SEIDE

Baca Juga :   Prabu Dharmawangsa Airlangga dalam Sejarah Mdang Kahuripan Abad XI

Pasukan Sekutu bersiap untuk perang

 Sumber: Seide.id

Hanya sebatas wilayah Sasak Kapuk, pimpinan dari ketiga pasukan mengerahkan 400 personil untuk mencegat Inggris. Persenjataan mereka hanya memakai golok, arit, bambu runcing dan ketapel melawan pasukan Inggris yang bersenjatakan senapan jauh lebih modern. Pertempuran tidak terbendung, gempuran mortir dan artileri Inggris memakan banyak korban pasukan Republik serta memaksa pasukan Hizbullah dan TKR mundur ke arah utara. Pertempuran tersebut dinamakan sebagai pertempuran Sasak Kapuk, yang mana pertempuran dengan skala besar pertama kali di Bekasi menyebabkan 40 pejuang dari kota Patriot gugur dan 15 lainnya hilang. Pimpinan Hizbullah, KH. Noer Alie melarikan diri dengan cara menceburkan diri ke kali Sasak Kapuk. Setelah berhasil memukul mundur pasukan Republik Indonesia, pasukan Inggris langsung melanjutkan perjalanan ke Jakarta.

Bekasi Lautan Api di Mata Dua Saksi - Historia

Rumah warga dibakar oleh Sekutu Sumber: Historia.id

Dalam peristiwa yang dinamakan Bekasi Lautan Api, ratusan rumah warga ludes dilahap api, puluhan warga sipil dipaksa mengungsi ke luar kota. Hingga di mana karya puisi Chairil Anwar yang berjudul “Karawang-Bekasi” menunjukkan asa untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, dalam empat baris awal berisi;

Kami yang kini berbaring antara Karawang – Bekasi

Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami

Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Chairil Anwar menciptakan puisi ini karena beliau melihat betapa menyedihkannya keadaan masyarakat Bekasi hingga Karawang yang telah dibombardir oleh sekutu. Keprihatinannya ini menciptakan puisi yang terkenang hingga kini, dan menjadi harapan agar tetap berjuang dan melawan penjajahan.

Daftar Pustaka

Anwar, Ali. 2006. Bekasi di Bom Sekutu. (Bekasi: Komunitas Baca Bekasi), hlm, 39.

Bekassi Tempo Doeloe. Instagram Potolawas diakses pada tanggal 8 Agustus 2023.

Kusumo, Rizky. 2022. “Bekasi Lautan Api, Pertempuran Heroik para Pejuang dari Kota Patriot”, dalam artikel https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/02/21/bekasi-lautan-api-pertempuran-heroik-para-pejuang-dari-kota-patriot diakses pada tanggal 8 Agustus 2023.

Pasukan Sekutu bersiap untuk perang. Seide.id diakses pada tanggal 8 Agustus 2023.

Rumah Warga dibakar oleh Sekutu. Historia.id diakses pada tanggal 8 Agustus 2023.

Wirayudha, Randy. 2018. “Bekasi Lautan Api di Mata Dua Saksi”, dalam artikel https://historia.id/militer/articles/bekasi-lautan-api-di-mata-dua-saksi-DWer2/page/1 diakses pada tanggal 8 Agustus 2023.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts