Doktrin San Min Chu I dan Munculnya Nasionalisme Tiongkok

Kekacauan demi kekacauan terjadi di Tiongkok akibat banyaknya pemberontakan terhadap pemerintahan Dinasti Manchu dan peperangan dengan bangsa asing yang pada akhirnya banyak merugikan Tiongkok. Hal inilah yang membuat rakyat Tiongkok sadar akan keburukan Dinasti Manchu. Mereka juga menyadari bahwa pengaruh asing yang  masuk ke Tiongkok sangat berbahaya. Akibat dari banyaknya pemberontakan dalam negeri dan konflik internasional dengan negara luar, akhirnya kekuasaan Dinasti Manchu dapat dijatuhkan. Inilah yang merupakan awal meletusnya Revolusi Tiongkok oleh Dr. Sun Yat Sen (Farida, 2016 : 62).
Oleh Aditya Rachman 

Di Tiongkok terdapat kesatuan politis yang relatif permanen sehingga diakui sebagai “bangsa-bangsa historis”. Maka pergerakan nasional merupakan bentukan-bentukan dari penaklukan imperia (Hobsbawm, 1992 : 73). Didorong pula oleh adanya faktor-faktor penindasan yang dilakukan oleh bangsa Barat terhadap rakyat setempat melalui eksploitasi ekonomi dan buruh, perampasan hak-hak rakyat (pemilikan tanah), penerapan undang-undang barat dan penerapan cukai yang tidak dipahami masyarakat. Nasionalisme Tiongkok tidak sekedar anti bangsa asing (barat) melainkan juga semua hal yang berbau barat, seperti budaya barat, agama barat, IPTEK barat, dan produk-produk barat. Dengan kata lain perasaan kulturalisme muncul dan merasuk dalam hati bangsa Tiongkok di tengah-tengah perjalanan pergerakan nasional. 

Menurut Nusarastriya dalam artikel jurnalnya Sejarah Nasionalismenya Dunia dan Indonesia, ia mengatakan bahwa nasionalisme Tiongkok sebelum Sun Yat Sen identik dengan kosmopolitanisme. Ini berarti nasionalismenya belum memiliki identitas yang jelas karena masih identik dengan kosmopolitanisme yaitu dalam bentuk komunisme dunia. Namun sesudah Sun Yat Sen menunjukkan perbedaan karena terlihat di dalam konsep San Min Chu i (Mintsu, Minchuan, Min sheng).

Era Sun Yat Sen (1918) menunjukkan perbedaan dalam memposisikan nasionalisme dibandingkan dengan era sebelumnya. Dalam tulisannya San Min Chu I memberikan prinsip The Three People’s Principles yang merubah posisi kosmopolitanisme. Posisi nasionalisme pada era ini memperlihatkan perbedaannya dibanding sebelum Sun Yat Sen sebagaimana terlihat pada tiga skema Sun Min Chu I yang mencakup Mintsu atau nasionalisme, MinChuan atau demokrasi, dan Min Sheng atau sosialisme. Hal ini jelas-jelas menempatkan nasionalisme sebagai salah satu dari tiga prinsip. Nasionalisme diakui sebagai prinsip penting dalam ajarannya berdampingan dengan demokrasi dan sosialisme sebagai prinsip yang sama-sama penting dalam kehidupan bangsa.

Dalam tulisannya sendiri Sun Yat Sen mengirimkan sebuah surat kepada sahabatnya yang berisi doktrin San Min (Yat-sen, hlm 3).

“Dikirim pada 27 Januari 1924. Sahabat yang Terhormat: Saya akan berbicara tentang Doktrin San Min. Doktrin ini mungkin dijelaskan secara singkat sebagai doktrin untuk keselamatan bangsa. Doktrin adalah pikiran, iman, dan sebuah kekuatan. Ketika seseorang beralasan pada hal tertentu, ia pertama kali mengembangkan pikiran. Setelah nya pikiran diartikulasikan, ia menciptakan iman dan dengan demikian kekuatan dihasilkan. Sebuah doktrin, oleh karena itu, dimulai dengan pemikiran, kemudian devitalisasi dengan penciptaan iman, dan akhirnya didirikan oleh produksi kekuatan. Doktrin San Min adalah doktrin untuk keselamatan bangsa dalam arti ini mempromosikan pengakuan Tiongkok sebagai setara dengan negara lain; dengan memproduksi politik keseimbangan dan keadilan ekonomi di negara itu, itu akan cocok untuk keberadaan Cina yang abadi di Dunia. Jika kita sampai pada kesimpulan bahwa Doktrin San Min adalah jalan keselamatan untuk Cina, kita dapat mengatakan bahwa kita percaya pada Doktrin San Min. Keyakinan seperti itu akan menghasilkan suatu kekuatan yang cukup kuat untuk mempengaruhi keselamatan negara.”

Falsafah politik San Min Chu I atau Tiga Prinsip Dasar Rakyat atau Nasionalisme, Demokrasi, dan Kemakmuran Rakyat. Nasionalisme yang berada dalam doktrin San Min ini diarahkan kepada penggulingan kekuasaan Manchu dan mengakhiri hegemoni asing atas Tiongkok. Sun Yat Sen memandang Tiongkok sebagai negara termiskin dan terlemah di dunia yang menduduki posisi paling rendah dalam masalah-masalah dunia. “Rakyat negara lain mempersiapkan pisau dan garpu, sementara China menjadi ikan dan dagingnya” (Sukarnaprawira, 2009 : 22). Oleh karena itu, Sun Yat Sen mengatakan Tiongkok harus tumbuh menjadi kekuatan besar serta mampu menyebarkan nilai-nilai Tiongkok ke seluruh dunia. Sun Yat Sen menyatakan bahwa kedatangan dan hegemoni asing atas Tiongkok telah menyebabkan hilangnya wilayah-wilayah Tiongkok, atas dasar inilah Sun Yat Sen memunculkan nasionalisme dengan doktrin San Min Chu I.

Baca Juga :   Nasionalisme Cina di Indonesia: Doktrin Sun Yat Sen dalam Gerakan Anti Jepang Etnis Tionghoa di Makassar

Dalam doktrin Min Tsu/Nasionalisme, Sun Yat Sen memandang bahwa doktrin ini sebagai doktrin untuk menyelamatkan negara. Dengan berdasar pada tradisi sosial China, doktrin Min Tsu secara singkat dijelaskan sebagai “doktrin kelompok nasional”. Di China sendiri, hubungan keluarga dan kekeluargaan lebih kuat, jadi doktrin Min Tsu ini menekankan pada “doktrin kelompok keluarga” dan “doktrin kelompok klan”. Yat Sen memandang bahwa kurang sekali rasa nasionalisme yang dimiliki oleh orang-orang China, hal ini dicirikan dengan banyaknya orang asing di China. 

Dengan kuatnya ikatan keluarga dan kekeluargaan, tidak jarang orang mengorbankan hidup dan rumah mereka untuk urusan kekerabatan. Misalnya di Kwangtung, dua klan dapat bertarung kehilangan nyawa dan harta benda. Di sisi lain, orang-orang kami ragu untuk mengorbankan diri mereka sendiri untuk tujuan nasional. Semangat persatuan belum meluas melampaui hubungan keluarga dan klan (Yat-sen, hlm 3). Maka dalam hal inilah doktrin San Min Chu I sangat berpengaruh dalam memunculkan semangat nasionalisme tiongkok, sebab doktrin ini didasarkan atas budaya dari orang-orang China sendiri dan hal ini yang membuat doktrin ini mudah masuk dan diterima oleh orang-orang Tiongkok.

Nasionalisme yang digagas oleh Sun Yat Sen (San Min Chu I) adalah doktrin kelompok nasional dan tidak dapat diterapkan ke negara asing. Dalam doktrin nasional, Yat Sen membedakan pengertian bangsa dan  kebangsaan. Secara singkat, kelompok-kelompok kebangsaan dibentuk oleh pembangunan alam dan bangsa-bangsa terbentuk akibat penaklukan. Dalam filosofi politik Tiongkok ada yang disebut dengan Wang Tao (aturan pemerintah yang baik hati), ini adalah pengembangan kelompok melalui pertumbuhan yang secara alami dan harmonis. Dalam artian perkembangan kelompok nasional tumbuh dengan sendirinya dan dengan tentram dan damai. Ada pula yang disebut dengan Pa Tao (aturan kekuatan militer) adalah perluasan kelompok nasional melalui penaklukan. Produk dari wang tao adalah kebangsaan, dan produk dari pa tao adalah negara nasional.

Maka dalam hal itu dapat dijelaskan bahwa doktrin kelompok nasional ini berdasar pada kebudayaan Tiongkok. Dalam doktrin nasional yang berdasar pada kebudayaan Tiongkok tersebut, Dr. Sun Yat Sen memunculkan politik kebudayaan Tiongkok yang bertujuan; 1) semua orang Tionghoa harus ikut serta dalam satu wadah politik, 2) kesatuan politik ini hanya didasarkan pada kebudayaan, 3) kebudayaan ini harus menjadi dasar dan menjadi ideologi, 4) ideologi harus sesuai dengan pola tradisi umat manusia dan alam semesta, 5) pemahaman terhadap ideologi dalam kehidupan bermasyarakat menjadi tujuan dalam pikiran dan perbuatan, 6) yang penting dalam masyarakat demikian penyesuaian diri terhadap standar etik oleh setiap anggota masyarakat, 7) standar etik harus diutamakan bagi kepentingan masyarakat dan bukan bagi kepentingan individu. Dengan melalui masyarakat setiap individu akan memperoleh kepuasan dan kebahagiaan hidup, akan tetapi yang penting setiap individu harus menyatukan diri sepenuhnya terhadap masyarakat, 8) ideologi ini harus dipahami dan disebarluaskan oleh setiap individu, terutama oleh orang-orang terpelajar, para pejabat yang berwenang, dan para pemimpin, 9) kebudayaan merealisasikan corak kebiasaan ini menjadi ideal dan menjadikan suatu norma bagi seluruh umat manusia, 10) kesatuan politik dan ideologi yang didasarkan atas tradisi dan siklus alam semesta ini, dimana yang terpenting itu keseluruhan dan bukan individu sebagai perseorangan (Abidin, 2016 : 197).

San Min Chu I sebagai doktrin nasional dengan cara menanamkan doktrinnya melihat dari kebudayaan orang-orang Tiongkok dan menjadikannya jalan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Tiongkok kembali. Pengaruh doktrin nasional San Min Chu I dalam menumbuhkan nasionalisme Tiongkok sangatlah besar. Sebab jalan dari doktrin ini melalui kebudayaan orang-orang Tiongkok melalui keluarga dan kekeluargaan serta dalam bentuk klan/kelompok. Doktrin nasional ini tidak dapat dijadikan doktrin oleh orang luar/negara lain.

Baca Juga :    Pergerakan Nasionalisme Myanmar

Dr. Sun Yat Sen membentuk doktrin San Min Chu I sebagai doktrin untuk menumbuhkan kembali semangat nasionalisme orang-orang Tiongkok. Doktrin ini berhadapan dengan doktrin kosmopolitanisme yang berkembang di Tiongkok. Mereka berargumen bahwa nasionalisme sempit tidak cocok untuk peradaban yang progresif. Doktrin kosmopolitanisme ini sangat tidak menguntungkan bagi tiongkok sebab doktrin ini beranggapan bahwa orang asing manapun bisa memerintah negara asalkan dia adalah orang yang berbudi luhur dan doktrin ini lebih menekankan pada individu itu sendiri. Oleh karena itu, nasionalisme adalah sarana eksistensi untuk suatu ras. Sama seperti seorang sarjana bergantung pena dan tinta untuk mencari nafkah, maka doktrin San Min Chu I sebagai doktrin nasional berhasil menumbuhkan semangat nasionalisme orang-orang Tiongkok. Sun Yat Sen beranggapan bahwa mungkin saja rakyat Tiongkok ditakdirkan untuk nasib yang sama, berkuasa atas tanahnya sendiri, berdiri di atas kakinya sendiri. 

Penyebab mendasar dari dekadensi bangsa Tiongkok adalah hilangnya semangat nasionalisme. Karena hal itu, orang-orang asing memerintah di Tiongkok selama lebih dari dua abad. Sun Yat Sen mengatakan dalam artikel yang ditulis oleh dirinya San Min Cun I The Three Principles of The People bahwa jika orang-orang Tiongkok masih sedikit bahkan hilang rasa nasionalismenya dan lebih condong pada kosmopolitanisme maka orang-orang Tiongkok tidak hanya akan kehilangan negaranya secara politis, tetapi rasnya akan terpapar pada bahaya pemusnahan yang segera terjadi. Maka doktrin San Min Chu I yang berdasar pada tiga prinsip yaitu nasionalisme, demokrasi, dan kemakmuran rakyat berhasil menumbuhkan semangat nasionalisme.Doktrin San Min Chu I sebagai doktrin nasional dengan mengajarkan nasionalisme melalui kesetiaan keluarga dianggap bukan hanya sebagai yang termudah, tetapi juga paling efektif karena metode seperti itu sesuai dengan tradisi Tiongkok dan menyentuh erat kesejahteraan semua individu dan juga keluarga mereka.

Daftar Pustaka

Abidin, Yusuf Z. (2016). Tionghoa, Dakwah & Keindonesiaan

Farida, I. (2016).Berdirinya Negara Republik Nasionalis Cina Dan Peran Umat Islam. Hlm : 62. Diakses dari : http://eprints.radenfatah.ac.id/238/3/BAB%20III%20Berdirinya%20Republik.pdf 

Hobsbowm, E J. (1992). Nasionalisme Menjelang Abad XXI . Yogyakarta: Tiara Wacana, hlm. 73.

Nusarastriya, Yosaphat H.Sejarah Nasionalisme Dunia Dan Indonesia. Hlm : 10-11. Diakses dari : http://ris.uksw.edu/download/jurnal/kode/J01043 

Yat-sen, Sun. San Min Chu I the Three Principles of the People. Hlm. Diakses dari : https://sunyatsenfoundation.org/wpcore/wp-content/uploads/San-Min-Chu-I_FINAL-3-Principles.pdf 

Sukarnaprawira, Aa K. (2009). China Peluang atau Ancaman. Jakarta, Restu Agung. Hlm : 22.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts