Prabu Jayabaya dan Ramalan Masa Depan

Prabu Jayabaya atau yang lebih dikenal sebagai Sri Aji Joyoboyo adalah raja Kerajaan Kadhiri atau Kediri yang memerintah sekitar tahun 1135-1159 Masehi. Prabu Jayabaya terkenal atas kesaktiannya hingga bisa meramal masa depan yang hingga saat ini diyakini sebagian besar telah terbukti dan terjadi. Prabu Jayabaya naik tahta sebagai Raja Kediri dengan gelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Pada masa kepemimpinan sang prabu, Kerajaan Kediri begitu disegani oleh raja-raja di Pulau Jawa. Prabu Jayabaya juga dikenal karena ramalan masa depan yang dimuat dalam kitab Jangka Jayabaya yang sekarang berada di museum Airlangga Kota Kediri. Prabu Jayabaya dapat meramal berbagai kejadian di masa mendatang berkat kesucian hati dan kejernihan pikiran karena beliau seseorang yang taat dalam beragama. Salah satu ramalan Jayabaya yang terkenal adalah “Jawa akan berkalung besi” Ramalan ini mengisyaratkan bahwa Pulau Jawa akan memiliki banyak rel kereta yang membentang dari Banten hingga Banyuwangi dan membentang membentuk seperti kalung. Ramalan Jayabaya lainya yang terkenal adalah kedatangan orang berkulit putih ke Indonesia. Ramalan ini dikaitkan dengan penjajahan era kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda. Ramalan ini menjadi kenyataan. Setelah 400 tahun kepemimpinan Jayabaya, Belanda datang untuk menjajah Indonesia tepatnya pada tahun 1595 dan diikuti oleh jepang setelah Belanda menyerah melawan Jepang.


Oleh Ferdy Kurniawan

Dibawah kekuasaan Prabu Jayabaya, kerajaan Kediri terkenal hingga ke luar negeri karena sudah menjalin hubungan dengan bangsa asing. Menurut catatan seorang musafir yang berasal dari Tionghoa, dituliskan bahwa terdapat kerajaan besar yang berada di pulau Jawa yang bernama Kediri dan dipimpin oleh Sri Jayabaya. Dalam masa pemerintahan Prabu Jayabaya, pemerintahan tidak hanya berfokus pada kekuatan militer, tetapi dalam bidang kebudayaan dan kesusasteraan juga. Oleh sebab itu, para bangsawan dapat meluangkan waktunya untuk kepentingan kebudayaan dan kesusasteraan.

Prabu Jayabaya (Sumber : inovasee.com)

Prabu Jayabaya merupakan seorang raja yang adil dan bijaksana dalam memerintah dan memiliki perhatian yang cukup besar dalam bidang kebudayaan dan kesusasteraan. Jayabaya memiliki peran dalam membangun kesusastraan Jawa. Prabu Jayabaya dipercaya memiliki hasil karya dalam bidang kesusasteraan berupa ramalan-ramalan yang tercatat dalam Jangka Jayabaya. Ramalan-ramalan Prabu Jayabaya dipercaya sebagian masyarakat Jawa sebagai petunjuk dalam memahami perubahan atau fenomena sosial. Namun terdapat juga sebagian orang yang meyakini bahwa Serat Jangka Jayabaya hanya sebuah mitos karena jangka yang memiliki makna sebagai ramalan dalam perspektif agama merupakan perbuatan yang syirik. Meskipun demikian, Jangka Jayabaya memiliki popularitas yang sangat tinggi di kalangan masyarakat Jawa. Walaupun terdapat pro dan kontra dalam kehidupan masyarakat Indonesia, hal tersebut tidak mengurangi eksistensi dari Jangka Jayabaya. 

Ramalan pada dasarnya merupakan suatu hal yang bersifat spiritual atau metafisis, yakni suatu hal yang tidak terlihat oleh mata. Dalam perspektif keilmuan, ramalan tidak dapat dikatakan sebagai suatu yang ilmiah karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui metode ilmiah. Ramalan hadir atas dasar kebatinan sang peramal. Suatu ramalan didasarkan pada perhitungan yang terjadi pada suatu keadaan yang selanjutnya akan dihubungkan dengan analisa yang tajam supaya dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat menghasilkan suatu ramalan. 

Jangka yang memiliki makna sebagai petunjuk, yang kemudian oleh masyarakat diartikan sebagai ramalan. Kemudian kata Jayabaya secara etimologi berasal dari dua suku kata yakni “Jaya” yang berarti kejayaan atau berjaya, sedangkan “Baya” yang berarti keadaan yang berbahaya atau permasalahan yang sedang dihadapi. Berdasarkan makna kata yang sudah diuraikan, dapat dipahami bahwa Jayabaya sebagai tokoh utama dalam Serat Jangka Jayabaya dikisahkan sebagai seorang pemimpin sekaligus pencipta dari Serat Jangka Jayabaya yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. 

Baca Juga :   Api Pemberontakan PRRI di Sumatra Tahun 1958

Ramalan Jayabaya bersumber dari sebuah kitab  Kitab Musasar yang ditulis oleh Sunan Giri III atau Sunan Giri Prapen pada tahun 1618 Masehi. Serat Jangka Jayabaya tertua dan otentik yaitu karangan Pangeran Wijil I atau yang dikenal dengan Pangeran Kadilangu II yang dikarang pada tahun 1741-1743 Masehi. Eksistensi dari ramalan Jayabaya hingga saat ini tidak dapat terlepas pengaruh kondisi kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Kemudian, banyak masyarakat Indonesia yang memercayai ramalan Jayabaya karena realitas kehidupan bangsa Indonesia yang dinilai sesuai dengan isi ramalan Jayabaya. Lalu dalam ramalan Jayabaya juga disebutkan akan hadir seorang pemimpin yang akan membawa bangsa Indonesia ke masa keemasan yang kehidupan masyarakatnya adil dan makmur. Sosok pemimpin tersebut dikenal dengan istilah “Ratu Adil” atau beberapa yang menyebutkan sebagai “Satrio Piningit”.  Maka dari itu, Serat Jangka Jayabaya dipercayai memiliki peran dan pengaruh terhadap perjalanan kehidupan bangsa Indonesia meskipun masih diselimuti kontroversial didalamnya.

Nilai keagamaan merupakan suatu bentuk anjuran yang terkait antara hubungan manusia dengan sang pencipta dan berbagai ajaran lainnya dalam beragama. Nilai keagamaan ini bertujuan supaya manusia memiliki karakter yang lebih baik lagi. Prabu Jayabaya sebagai raja pandhita (pemuka agama) sekaligus pemimpin dari kerajaan Kediri telah mengaktualisasikan nilai keagamaan berupa sikap toleransi dalam kehidupan beragama. Prabu Jayabaya yang merupakan titisan Dewa Wisnu menerima keberadaan ulama Islam bahkan ulama tersebut dijadikan seorang guru oleh Prabu Jayabaya. Kondisi ini dapat dilihat ketika Prabu Jayabaya menerima Maulana Ngali Sjamsuzein di wilayah kekuasaanya bahkan Prabu Jayabaya banyak belajar dari Maulana Ngali Sjamsuzein hingga dapat mencatat jangka atau ramalan-ramalan yang akan terjadi di masa depan berkat dari cerita yang dituturkan oleh sang guru. Ramalan Jayabaya yang berisi tentang petunjuk keadaan di masa depan dapat dikatakan sebagai karya sastra yang berhasil tercipta pada masa kepemimpinan Prabu Jayabaya di kerajaan Kediri. Prabu Jayabaya sebagai tokoh utama dalam Serat Jangka Jayabaya berhasil menciptakan petunjuk-petunjuk kejadian di masa depan berkat penuturan cerita yang diberikan oleh gurunya yakni Maulana Ngali Sjamsuzein dan dari sebuah kitab juga yang bernama Kitab Musasar. Popularitas dari ramalan Jayabaya yang sampai saat ini masih bertahan karena tidak dapat terlepas dari kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap ramalan tersebut. Karena salah satu isi ramalan Jayabaya hingga saat ini masih menjadi harapan seluruh masyarakat di bumi Nusantara. Mereka senantiasa menunggu datangnya sosok Ratu Adil yang dipercaya mampu membawa bangsa Indonesia menuju masa kejayaan. Banyaknya kesesuaian isi ramalan Jayabaya dengan kehidupan bangsa Indonesia menjadikan Serat Jangka Jayabaya memiliki peran dan pengaruhnya dalam kehidupan bangsa Indonesia dan memiliki pengaruh juga terhadap kondisi kepemimpinan di Indonesia.

Referensi  

Erlangga, G. (2021). Serat Jangka Jayabaya: Relevansi dan pengaruhnya terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya15(2), 239-248.

Sari, I. N., & Setyorini, N. Mengungkap Misteri Zaman dalam Serat Pranitiwakya.

DAFTAR PUSTAKA

Any, A. 1990. Rahasia Ramalan Jayabaya, Ranggawarsita, dan Sabdopalon. Semarang: Aneka Ilmu

Narwoto, S. 2018. Ramalan Jaybhaya Apa Relevansinya dengan Ramalan Suku Maya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Minardi. 2017. Menepis Ratu Adil Sebagai Ramalan dan Menghadirkan Ratu Adil Sebagai Wacana Kepemimpinan. Jurnal Islam Nusantara, 1(1), 79–104.

Sasmita, G. G., Joebagio, H., & Sariyatun. 2018. Humanisme dalam Serat Jangka Jayabaya Perspektif Javanese Wordview. Religio: Jurnal Studi Agama-Agama, 8(1), 29–56.

Baca Juga :   Sejarah Singkat Film Horor dan alasan Malam Jumat dianggap menyeramkan 

Sasmita, G. G., Joebagio, H., & Sariyatun. 2018. Serat Jangka Jayabaya Relasi Sastra, Sejarah dan Nasionalisme. Historia, 6(2), 391–402.

Sumarsono, D., Priyatiningsih, N., & Deswijaya, R. A. 2019. Nilai Pendidikan Serat

Jayabaya Karya Raden Ngabehi Ronggo Warsito. Kawruh: Journal of Language

Education, Literature, and Local Culture, 1(2), 28–42.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

(2) Komentar

  1. Rahayu

  2. yemima anindya menulis:

    keren banget looo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts