Islam Rasional: Gagasan Dan Pemikiran Harun Nasution

Harun Nasution merupakan seorang cendekiawan Islam asal Indonesia yang menempuh perjalanan intelektualnya di negeri gurun pasir. Beliau lahir pada tanggal 23 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Perjalanan intelektualnya berawal dari desakan orang tuanya untuk berangkat ke Saudi Arabia. Harun nasution tidak menetap lama  di Arab Saudi. Ia kemudian pindah ke Mesir untuk mendalami ilmu Ushuluddin di Universitas Al-Azhar. Karena merasa ilmunya belum cukup, ia melanjutkan ke Universitas Amerika, Kairo (Nasution, 1995).

Oleh A. Anjasyah

Selain perjalanan intelektual, ia juga menggeluti karir diplomatik, yang ia mulai setelah mempersunting putri asal Mesir. Dari Mesir ia ditarik ke Jakarta untuk menjadi sekretaris pada kedutaan besar Indonesia di Brussel. Namun, situasi politik di Indonesia tahun 60-an mengharuskan ia untuk memilih mengundurkan diri dari jabatannya dan kembali pulang ke Mesir. Di Mesir ia memulai di bawah bimbingan ulama fiqih tersohor bernama Abu Zahrah. Kemudian ia mendapat tawaran untuk mendalami studi Islam di McGill, Kanada. Kemudian beliau kembali ke tanah air dan mengalirkan perhatian keilmuannya di IAIN Jakarta. Di sini ia juga pernah menjabat sebagai rektor selama dua periode sejak 1974 sampai 1982 serta memelopori berdirinya pascasarjana untuk studi Islam di IAIN Jakarta. 

Karya-karya beliau acapkali menjadi kajian di berbagai PTKI  negeri maupun swasta. Gagasan tentang Islam rasional memiliki derajat yang tinggi sebagai bahan perbincangan porsi daging di kalangan mahasiswa perguruan tinggi. Ide -ide yang dikemukakan oleh Harun Nasution sering dibahas dan diperdalam. Namun uniknya, pembahasan ini menjadi tidak membosankan dan seakan-akan selalu bertambah kenikmatan yang lebih dalam sebuah ajang diskusi kritis oleh mereka pada ranah pemikiran Islam. Dalam menggambarkan pembaruan pemikiran Islam, banyak istilah yang digunakan misalkan Modernisasi Islam, Kontekstualisasi Islam, dan lainnya.  Harun Nasution menggunakan istilah “Islam Rasional” untuk menggambarkan fenomena tersebut (Nasution, 1986).

Pemikiran rasional Harun Nasution dipengaruhi oleh persepsi tentang Al-Quran dan Hadis yang memiliki kedudukan tinggi pada akal manusia. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah keselarasan yang komprehensif terhadap realitas yang terjadi dengan apa yang tertuang dalam konteks Al-Qur’an dan Hadis. Maka  dari  itu,  konsep Islam  rasional sebagai sebuah  solusi  yang  ditawarkan  oleh  Harun  diharapkan  dapat  menumbuhkan  sikap dinamis agar perilaku yang cenderung bersikap fatalistis dan statis dapat ditinggalkan (Nurhadi, 2013, 45).

Melihat ulang catatan sejarah, pada masa Islam klasik (650-1250 M), pemikiran rasional dalam dunia Islam sangat berkembang pesat sehingga umat Islam mengalami kemajuan dalam berbagai bidang—seperti: sains, politik, ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi. Hal ini didasari oleh tingginya kedudukan akal untuk memahami isi kandungan al-Qur’an dan Hadis. Namun di abad pertengahan perkembangan pemikiran rasional semakin menurun, bahkan tergantikan oleh pemikiran tradisional. Pemikiran tradisional pada abad ini ditandai pada sikap peniruan (taqlid) terhadap hasil ijtihad ulama zaman klasik. Sikap peniruan ini terkadang dikultuskan (disucikan) sehingga sesuatu yang berlainan dengan pendapat ulama klasik merupakan tindakan penyimpangan (Irfan, 2018).

Islam seringkali dimaknai secara tekstualitas saja karena memang otoritas yang diajarkan oleh Nabi menjadi rujukan nomor satu di kalangan Qadariyah maupun Jabariah, walaupun dengan beberapa modifikasi tetapi otoritas dari nabi menjadi suatu keutamaan dan kepercayaan yang hak bagi mereka. Harun Nasution kemudian mencoba untuk memberikan suatu pemahaman bahwa Islam itu tidak bisa didekati secara tekstualitas saja, karena Islam ini merupakan jalan hidup yang berarti bisa merambah ke seluruh dimensi kehidupan umat manusia. 

Baca Juga :   Menulis Sejarah Seperti Ibnu Athir al-Jaziri

Sebagai seorang muslim sejati kita tidak boleh menutup cakrawala dengan adanya fitrah yang diberikan kepada kita yang tentu menjadi pembeda yang jelas antara manusia dengan makhluk Allah lainya. Allah menciptakan Nabi Adam dengan memberikan akal pikiran sehingga ia tahu segala apa yang ada di sisinya, berbeda dengan malaikat dan jin yang hanya tahu ketika Allah memberi tahu mereka. Karena itu fitrah manusia adalah sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah sebagai khalifah, yang mana rasionalitas atas akal pikiran menjadi terobosan keharusan untuk digunakan secara baik dan dioptimalkan. Banyak ayat Al-Quran yang membahas tentang memaksimalkan potensi akal manusia untuk ditugaskan sebagai khalifah di bumi ini.

Maka, Islam rasional yang di gagaskan oleh pemikiran Harun Nasution ini harus dipahami secara mendalam oleh umat Islam agar dapat memberikan nafas baru dalam penafsiran pada kajian Islam. Tulisan ini akan mengulas beberapa pemikiran Harun Nasution terkait dengan Islam rasional.

 Harun Nasution berpendapat bahwa Al-Qur’an dan Hadis dapat dimaknai sesuai dengan kebutuhan. Kalau untuk umat muslim umum yang tidak mendalami ilmu keagamaan, maka ayat Al-Qur’an dan Hadis dimaknai sedemikian rupa adanya, jadi apa yang dibaca yaitu yang ia temui dan ia amalkan. Berbeda dengan orang khos (orang yang mendalami ilmu agama) Al-Qur’an dan Hadis bisa dikaji lebih detail lagi atau mendalam supaya bisa memunculkan suatu istinbat hukum yang baru dan lebih komprehensif. 

Contoh konkret dalam ibadah zakat.  Di Arab Saudi yang merupakan tempat turunnya agama Islam, Zakat berupa beras dan padi karena di sana makanan pokoknya bukan itu melainkan kurma, anggur, roti/gandum. Tetapi kalau di Indonesia in tentu bisa menggunakan beras. Menandakan berkat rasionalitas Fuqaha masa lampau.Peran imam mazhab juga memberikan kontribusi besar. Keempat imam mazhab memberikan pedoman jalan atau pilihan alternatif lain, tidak langsung menggunakan kurma tetapi menggunakan bahan makanan pokok. Itulah kenapa di Indonesia boleh menggunakan beras atau jika tidak ada menggunakan uang yang nantinya  makanan pokok yang kemudian disalurkan kepada amil zakat. Hal ini adalah salah satu contoh dari rasionalitas Islam. Kita ketahui dulu latar belakangnya atau intisari dari ayat maupun Hadis yang terkait dengan ibadah tersebut baru kemudian dikontekstualisasikan. 

Selanjutnya, mengenai teologi rasional yang di gagaskan oleh Harun Nasution. Dalam agama terdapat dua ajaran yang erat kaitannya dengan perjalanan hidup manusia. Pertama, setelah kehidupan pertama di dunia (material) akan ada kehidupan selanjutnya di akhirat nanti (spiritual). Kedua, agama mengajarkan bahwa perbuatan manusia selama di dunia akan dipertimbangkan kelak di akhirat. Paham pertama dikenal dengan filsafat fatalisme (Jabariyah), sedangkan yang kedua disebut paham Qadariyah atau kebebasan dalam berbuat (Nasution, 1995, 111).  

Rasionalitas tidak bisa berhenti hanya pada aspek spiritual atau ibadah saja, tetapi harus masuk pada aspek sosial. Agar terbentuk suatu basis sosio-religiusitas yang mampu menyokong proses hablumminallah dan habluminannas agar berjalan beriringan. Itulah yang kemudian banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung hal ini. Banyak ayat yang berbicara tentang ibadah yang kemudian dikaitkan dengan muamalah, banyak ayat yang berbicara mengenai Shalat yang disambung dengan zakat, taat kepada Allah di sambung ke Rasul-Nya (Qs. At-Taubah; 71). Ini merupakan salah satu hikmah yang terkandung di dalamnya yaitu Ibrah bahwa selain hablumminallah yakni urusan dengan Tuhan terkait spiritualitas kita, ada hal lain yang perlu kita lakukan yakni hablumminannas.

Rasionalitas umat Muslim juga harus dipacu sedemikian rupa agar tidak berhenti. Artinya tetap berkembang dinamis sesuai dengan perkembangan global dengan perhelatan iptek yang ada di dunia barat. Dikarenakan kita berada di bawah bayang-bayang barat, tanpa ada upaya seolah-olah kita pasrah karena berpedoman pada Quran dan Hadis. Rasionalitas  harus dibangun sehingga bisa menjadi kultur yang positif untuk pembangunan peradaban umat Islam yang ada di seluruh dunia. 

Baca Juga :   Sejarah Afrika pada Masa Kerajaan dan Pengaruh Islam di Dalamnya

Itulah mengapa dulu ketika dinasti Abbasiyah Islam mencapai puncak kejayaan, salah satunya adalah karena mereka menempatkan rasionalitas tepat pada proporsinya. Jadi, urgensi dari Islam rasional menurut Harun Nasution dikaitkan dengan masalah saat ini mengenai perkembangan dunia yang sudah semakin pesat dan menimbulkan berbagai masalah dinamis yang  butuh penyikapan yang proporsional. Karenanya Islam ini tidak bisa didekati secara tekstual saja tetapi harus didekati secara kontekstual.

Islam merupakan jalan hidup. Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Jadi tidak mungkin kita memaknai Quran dan hadis secara tekstual saja dan secara gramatikal kebahasaan saja. Quran dan Hadis harus dimaknai secara kontekstual dan tidak mungkin dilakukan kecuali dilakukan dengan rasionalitas yang tepat. Menggunakan rasionalitas sangat dianjurkan tetapi tidak boleh keluar dari batas koridor Islam. Itulah yang harus kita pegang dalam menggunakan rasionalitas dalam mengkaji seluruh aspek kehidupan sesuai dengan internalisasi nilai-nilai keislaman. Oleh  sebab  itu, Harun  berkesimpulan  bahwa  tidak  ada  teori  yang  membawa  kepada  kebenaran  atau keyakinan tentang apa yang diketahui benar-benar kenyataan (Nurisman, 2005, 241).

Daftar Pustaka

Irfan, M. (2018). Paradigma Islam Rasional Harun Nasution: Membumikan Teologi Kerukunan. JISA, 1(1), 107-127. https://doi.org/10.30829/jisa.v1i1.1784

Nasution, H. (1986). Akal dan Wahyu dalam Islam. UI Press.

Nasution, H. (1995). Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran. Mizan.

Nurhadi. (2013). Harun Nasution: Islam Rasional dalam Gagasan dan Pemikiran. Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 45-57.

Nurisman. (2005). Pemikiran Filsafat Islam Harun Nasution: Pengembangan Pemikiran Islam di Indonesia. Teras.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

(3) Komentar

  1. Ѕweet blog! I found іt while broԝsing on Yahoo News.
    Do you have any ѕսggestions on how to get ⅼisted
    in Yahoo News? I’vе bеen trying for a while Ƅut
    I never seem to get there! Ⲥheers

  2. Very deѕcriрtive post, I liкed that a lot. Will there be a pагt
    2?

  3. someone menulis:

    kerennn-!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts