Revolusi Oktober 1917: Kemenangan Komunisme dan Perubahan Radikal Sistem Politik Rusia

Abad dua puluh merupakan sebuah periode historis umat manusia yang saling berebut hegemoni politis dan ideologis, suatu periode pertentangan yang luar biasa yang menyebabkan polarisasi politik dunia yang tajam antara demokrasi dan kebebasan melawan Sosialis-komunis dan kepatuhan massal (totalitarian).

Oleh Adrian Aulia Rahman

Tulisan ini berfokus pada suatu paparan subjektif dan interpretatif mengenai suatu peristiwa penting di masa lampau. Tulisan kali ini dimotivasi oleh sebuah ketertarikan akan salah satu peristiwa fenomenal dan krusial bagi dinamika peradaban umat manusia terutama di abad ke 20, yaitu revolusi sosialis-komunis pada Oktober 1917. Sebuah Revolusi yang menarik yang membawa pada kita mempelajari sosial politik serta mengenal dan mendalami tataran pemikiran yang  “tabu” di Indonesia yaitu Marxisme, Leninisme, Komunisme. 

Tentu saja, seakan sudah menjadi hukum kodrati, bahwa setiap apapun di dunia ini tidak akan pernah terlepas dari pro dan kontra, anti partisan dan simpatisan. Begitupun revolusi 1917 juga penuh dengan intrik politik dan sentimen-sentimen antipati dari pihak yang kontra ideologis terhadap jalannya revolusi tersebut. sebagaimana lazimnya peristiwa revolusi, tidak ada kesederhanaan dan kedamaian di dalamnya. Justru kompleksitas dan ketidakstabilan sosial yang mendera sebelum revolusi, saat revolusi dan pasca revolusi.

Ada sebuah buku yang luar biasa karangan seorang profesor sejarah Florida State University yaitu Professor Robert Gellately, dengan judul buku Lenin, Stalin, dan Hitler: Era Bencana Sosial buku ini secara komprehensif dan lengkap membahas kompleksnya peristiwa revolusi bahkan sebelum itu. Sejarah Uni Soviet di bawah rezim Lenin berlanjut kepada rezim Stalin juga bagaimana rezim Hitler dan Nazi menguasai Jerman, dan diakhiri dengan pembahasan mengenai kecamuk perang dunia dua yang berkobar di Eropa terutama antara Soviet Rusia dan Jerman Nazi. Buku ini mambantu kita memahami secara sederhana peristiwa bersejarah yang sangat penting dan implikasi sosio-politiknya bagi peradaban umat manusia.

Bolshevik sang penggerak revolusi

Pada dekade 1917 dunia masih diselimuti awan konfrontasi dan kabut peperangan yang dahsyat. Perang dunia yang akan berimplikasi signifikan pada berubahnya peta politik global dan distribusi kekuasaan politik, yang secara signifikan merubah corak ideologi dan government system di beberapa negara yang secara langsung terlibat dalam dinamika konfrontasi terbesar awal abad ke 20 ini. Perang yang akan melahirkan perang yang lebih dahsyat dan maha hebat lagi di masa mendatang, perang yang sejatinya hanya disebabkan perebutan kekuasaan dan pengaruh, juga sebagai ajang atau sarana berebut tempat tertinggi sebagai penguasa dunia. Itulah perang, di saat korban jiwa berjuta-juta, korban materil tidak terhitung jumlahnya, dan apa yang dihasilkan? Tidak ada, selain dominasi politik yang nyata yang membawa kita pada suatu kesenjangan atau disparitas sosial yang tidak terelakkan.

Di Rusia, tanah Tsar Nicholas II berkuasa pada saat itu, ketidakstabilan sosial melanda dan tidak ternafikan. Ekonomi diguncang dengan begitu hebat karena keterlibatan kekaisaran dalam kecamuk perang dunia, political system dan government system yang begitu rapuh dan hilang pondasinya, membuat eksistensi rezim Tsar saat itu dipertanyakan. Mampukah rezim Tsar ini bertahan dalam ketidakstabilan situasi dunia dan domestik yang kian nyata dan memburuk? Jawabannya ternyata tidak. Di saat ketidakstabilan sosial yang melanda Rusia menyebabkan masyarakat waswas dan skeptis terhadap rezim kaisar. Pada tanggal 23 Februari 1917 terjadi suatu demonstrasi besar di ibukota St. Petersburg, dengan narasi atau tuntutan-tuntutan seperti “Beri kami Makan”, “Hentikan perang”, “Gulingkan rezim Romanov” dan narasi lain yang serupa. Hal ini menandakan betapa kalut dan kacaunya situasi sosial politik di Kekaisaran Rusia. 

Baca Juga :   Sejarah Singkat Film Horor dan alasan Malam Jumat dianggap menyeramkan 

Pada saat kehancuran Tsar semakin jelas didepan mata. Meletuslah suatu revolusi tahap awal di Rusia yang  dikenal dengan Revolusi Februari 1917. Revolusi Februari merupakan serangkaian peristiwa revolusi yang mengawali sebuah fase revolusi akbar di Rusia, sekaligus menjadi suatu peristiwa yang akan membawa badai perubahan yang signifikan di masa mendatang. Alexander Kerensky menjadi perdana Menteri dari negara yang sudah bertransformasi bidang sosial dan politiknya melalui sebuah revolusi. Namun revolusi Februari ini bukanlah inti utama dari revolusi Rusia, karena revolusi hebatnya terjadi beberapa bulan berselang pasca revolusi Februari yaitu pada Oktober (menurut kalender Julian) sedangkan menurut kalender Gregorian terjadi di bulan November. Revolusi itu berjudul Revolusi Oktober atau Revolusi Bolshevik.

Kata Bolshevik mungkin akan cukup asing bagi para pembaca yang tidak pernah berkenalan dengan sejarah revolusi Rusia. Di Rusia ada sebuah partai utama dengan haluan ideologi kiri atau Marxis bernama Russian Social Democratic Labour Party (RSDLP). Partai dengan ideologi Marxisme ini memiliki dua faksi utama yaitu Bolshevik dan Menshevik. Dikutip dari Britannica.com perbedaan antara dua faksi tersebut adalah faksi Bolshevik memiliki pemikiran yang ultra revolusioner dan sangat menuntut sentralisasi, disiplin dan profesionalisme. Bahkan, faksi Bolshevik ini dengan berani melakukan pemboikotan pada pemilihan Duma (Parlemen Rusia) pada pemilu 1906, dan menolak bekerjasama dengan pemerintah. Sedangkan Menshevik adalah faksi atau golongan sosialis yang cenderung lebih moderat. Faksi Menshevik menyatakan bahwa proletariat tidak dapat mendominasi sebuah revolusi, sehingga kerjasama dengan kaum borjuis kiri diperlukan untuk mendirikan sebuah rezim liberal kapitalis, yang mereka anggap sebagai pendahulu yang diperlukan masyarakat sosialis. Namun memang, di dalam komposisi RSDLP, Bolshevik adalah faksi mayoritas sedangkan Menshevik adalah faksi minoritas. Tidak heran apabila yang muncul dan kian menonjol pada revolusi Oktober 1917 atau kaum Bolshevik dengan semangat revolusinya yang non kompromi. Vladimir Lenin menjadi salah satu yang tokoh sentral di faksi Bolshevik. Oleh karenanya, tidak heran apabila ‘Sang penggerak Revolusi’ disematkan pada Bolshevik.

Revolusi Oktober 1917 ini adalah revolusi yang digerakkan oleh ideologi revolusioner Marxisme berikut Leninisme. Sebagaimana menurut Marx, perkembangan sejarah umat manusia akan melewati lima tahapan yang berhubungan erat dengan kondisi ekonomi: komunisme primitif, perbudakan, feodalisme, kapitalisme, sosialisme dan Komunisme Internasional. Revolusi Oktober ini secara ideologis dilandaskan pada keyakinan akan pemikiran Marx bahwa menurut mereka, suatu corak hidup masyarakat global akan sepenuhnya sosialis yang akan berakhir menjadi komunis internasional di masa depan, yang salah satu cara menujunya adalah dengan melakukan revolusi sosial yang radikal.

Bolshevisme dengan muatan dan rasionalisme ideologisnya yaitu Marxisme-Leninisme, telah secara politis merebut hegemoni di daratan Russia dan mengubah sistem dan struktur politiknya menjadi Sosialis-Komunis. Bersama tokoh-tokoh sentral Bolshevik, diantaranya seperti Vladimir Ilich Lenin (1870-1924), Josef Stalin (1878-1953), Leon Trotsky (1879-1940), dan tokoh-tokoh lainnya. Tiga nama tersebut, karena memang  adalah tokoh sentral revolusi. Dimana Lenin sebagai bapak revolusi dan penggerak utama revolusi juga pencipta doktrin Leninisme sekaligus pemimpin pertama Uni Soviet, kemudian Stalin selaku tokoh yang mewarisi kekuasaan Uni Soviet dari tangan guru dan rekan revolusionernya Lenin, dan Trotsky sebagai salah satu kritikus Marxis terhebat sepanjang masa dan pendiri Tentara Merah. Tokoh-tokoh ini tidak diragukan lagi perannya dalam revolusi Oktober 1917.

Revolusi Oktober Implikasinya Terhadap Peta Politik Dunia

Baca Juga :   Ekonomi Dalam Perspektif Mahatma Gandhi Bagian II

Revolusi Oktober, sebagai revolusi sosialis-komunis pertama di dunia secara langsung berimplikasi logis pada dinamika politik domestik Rusia maupun politik dunia. Akan begitu kompleks apabila berbicara mengenai dampak suatu perubahan sosial radikal seperti revolusi tetapi sangat menarik untuk sedikitnya diulas. Periode 1917 adalah periode perang besar dunia. Perang dunia pertama akan menemui akhirnya. Perang yang akan mengakibatkan perang di masa mendatang, perang yang mengakibatkan puluhan juta jiwa tewas, perang yang mengubah secara radikal sistem tatanan sosial dan government system di beberapa negara dan perang yang mengubah percaturan politik dunia.

Revolusi Oktober ini menjadi semacam motivasi yang begitu kuat bagi setiap individu-individu dan komunal yang berorientasi Marxis di berbagai negara untuk melakukan revolusi serupa. Revolusi yang dikagumi oleh para simpatisannya, yang telah menggetarkan dunia kapitalisme barat dan membuat hegemoni barat di dalam percaturan politik global terancam. Seperti misalnya pendirian Komintern (Komunis Internasional) pada tanggal 2 Maret 1919 di Moskow. Hal ini secara politis merupakan sebuah usaha sistematis kaum komunis di seluruh dunia untuk bersatu padu dan mengeratkan persaudaraan proletariat di seluruh dunia untuk mencapai ambisi dan idealisme politiknya di bawah payung Komintern. Sebagaimana Marx pernah berkata “Proletarier aller Lander vereinigt Euch” yang apabila diartikan, Kaum proletar dari semua negara, Bersatu.

Politik internasional pasca Revolusi Oktober atau pasca perang dunia pertama, telah menghasilkan peta kekuasaan global yang akan membuat dunia terpolarisasi dalam konfrontasi politik di masa mendatang. Lahirnya Uni Soviet menandakan bahwa hegemoni Kapitalisme dan Demokrasi Liberal barat tidak bisa mendominasi dunia, karena adanya kekuatan Komunisme global yang kian waktu kian bertambah kekuatannya dan tersinergikan kepentingan politiknya. Abad dua puluh merupakan sebuah periode historis umat manusia yang saling berebut hegemoni politis dan ideologis, suatu periode pertentangan yang luar biasa yang menyebabkan polarisasi politik dunia yang tajam antara demokrasi dan kebebasan melawan Sosialis-komunis dan kepatuhan massal (totalitarian). Hal yang menjadi menarik adalah, Uni Soviet yang merupakan negara baru dengan sistem dan ideologi baru pasca Revolusi tetapi di masa pasca perang dunia 2 dapat menyaingi Amerika yang secara ketahanan politik dan ekonominya lebih mapan dan mumpuni. Reformasi dan inovasi di bidang teknologi militer Uni Soviet pun menjadi sesuatu yang luar biasa dan membuat dunia barat ketar-ketir dibuatnya. Perebutan hegemoni politik dan ideologi ini pun membawa umat manusia pada periode sejarah yang kita kenal dengan istilah perang dingin (Cold War). Namun sayang, negara dengan ideologis Marxisme-Leninisme-Komunisme ini hanya bisa mempertahankan eksistensinya selama 74 tahun saja yaitu semenjak berdirinya pada 1917 sampai pada keruntuhannya 1991. Namun yang perlu kita insyafi adalah terlepas dari persoalan politik dan perdebatan apapun, Revolusi Oktober 1917 di Rusia telah mengubah warna dan khazanah sejarah dunia yang menuntut kita untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa besar tersebut.

Daftar Pustaka

Gellately, Robert. 2007. Lenin, Stalin, dan Hitler: Era Bencana Sosial. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

The Editors of Encyclopaedia Britannica. Bolshevik | Definition, History, Beliefs, Flag, & Facts. 

(https://www.britannica.com/topic/Bolshevik)

The Editors of Encyclopaedia Britannica. Menshevik | Definition, Facts, & History. (https://www.britannica.com/topic/Menshevik)

Heywood, Andrew. 2016. Ideologi Politik: Sebuah Pengantar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 

The Guardian. From the archive, 16 March 1917: The story of the Russian revolution.

(https://amp.theguardian.com/world/2015/mar/16/russian-revolution-uprising-archive-1917)

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts