Pergerakan Turki Muda Dan Jatuhnya Palestina Dalam Perang Dunia I

Sejatinya Utsmaniyah pada awalnya bersikap netral ketika perang akan terjadi. Namun secara diam-diam Enver Pasha melakukan perjanjian rahasia dengan Jerman yang menyeret Utsmaniyah masuk dalam blok Sentral dan mengikuti Perang Dunia dengan imbalan Jerman akan memberikan bantuan kapal selam.

Oleh Rafid Hadyan Amrullah

Kesultanan Utsmaniyah merupakan Negara Islam yang berdiri pada tahun 1299. Osman Bey bin Ertugrul Ghazi memisahkan suku Kayi dari kesultanan Seljuk yang melemah dan mendirikan negara baru yang kelak akan dikenal dengan Utsmaniyah sesuai nama pendirinya. Kesultanan Utsmaniyah mulai berkembang pada abad 14-17 Masehi yang mana perkembangan baik secara wilayah maupun politik meningkat cukup pesat disana. 

Kejayaan Utsmaniyah mulai menurun secara perlahan setelah wafatnya Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Negara-negara Eropa mulai bangkit pada zaman Renaisans dan memulai imperialisme ke seluruh dunia. Sementara itu Utsmaniyah yang secara perlahan mulai melemah secara internal semakin keteteran menghadapi kekuatan Eropa yang semakin berkembang. Utsmaniyah mulai kehilangan pengaruhnya bahkan wilayah-wilayah mereka sedikit demi sedikit mulai dicaplok negara-negara Eropa. Hingga akhirnya Utsmaniyah mulai memasuki era Tanzimat. 

Era tanzimat dan kemunduran signifikan Utsmaniyah

     Era Tanzimat merupakan era Utsmaniyah mengalami modernisasi berdasarkan kemajuan barat. Sultan Mahmud bin Abdul Hamid atau yang lebih dikenal dengan Sultan Mahmud II adalah tokoh yang mengawali era Tanzimat ini. Sultan Mahmud II saat itu berupaya memajukan Utsmaniyah dengan meniru negara-negara Eropa yang sangat pesat perkembangannya. Diantaranya adalah mengubah gaya fesyen masyarakat Utsmaniyah. Setelan jas dan topi fez dikenalkan sebagai pengganti gamis dan serban. Sejak era Sultan Mahmud II para Sultan Utsmaniyah tidak lagi mengenakan serban. Kemudian dipisahkannya undang-undang yang mengatur agama dan negara. Reformasi ini bertujuan untuk mempercepat sekularisasi Utsmaniyah dengan tujuan setiap warga negara mempunyai hak hukum yang sama dalam negara. Hal ini dicetuskan setelah ada prasangka intimidasi oleh Utsmaniyah terhadap orang-orang Armenia. 

Secara garis besar walau banyak perkembangan dalam era Tanzimat, nyatanya target dari para sultan akan era ini tidaklah memenuhi harapan. Bahkan menyebabkan kemunduran signifikan akibat westernisasi di Utsmaniyah nyatanya tidak terlalu sesuai dengan perkembangan negara. Banyak sebab kejayaan Utsmaniyah di masa lalu yang mulai ditinggalkan akibat pengaruh westernisasi ini dan lambat laun berakibat kehancuran Kesultanan di masa mendatang. 

Pergerakan Turki Muda 

Pergerakan Turki Muda merupakan sebuah pergerakan yang merupakan basis lanjutan dari Utsmaniyah Muda. Tujuannya sama yakni ingin melakukan revolusi pemerintahan dari monarki absolut ke monarki konstitusional. Utsmaniyah muda sempat berhasil mengubah Pemerintahan Utsmaniyah menjadi Monarki Konstitusional pada tahun 1876, tetapi tidak bertahan lama karena praktik ini dianggap tidak memberikan dampak yang signifikan. Sultan Abdul Hamid bin Abdul Majid (Sultan Abdul Hamid II) akhirnya membubarkan Konstitusi sekaligus Utsmaniyah muda. 

Pada tahun-tahun yang sama, Pergerakan Turki Muda mulai muncul dalam dinamika politik Utsmaniyah. Mehmed Bey, Namik Kemal, Nuri Bey, Reshad Bey, dan Refik Bey merupakan tokoh-tokoh awal yang mendirikan Pergerakan Turki Muda. Bersama tokoh-tokoh lainnya yang merupakan alumni pelajar dari perguruan tinggi ternama di Eropa. Mereka berusaha kembali meneruskan cita-cita Utsmaniyah Muda merevolusi pemerintahan Utsmaniyah menjadi Konstitusional. Namun usaha mereka mendapatkan hambatan dari Sultan Abdul Hamid II. Sultan saat itu tahu betul bahwa Turki Muda terpengaruh oleh paham-paham barat yang bertujuan menghancurkan Kekhalifahan Utsmaniyah dan mendirikan Negara Zonis di Palestina. 

Baca Juga :   Dinamika Gejolak Revolusi Melati 

Turki Muda sejatinya bukanlah organisasi yang independen. Tujuan mereka sebenarnya merupakan kepentingan dari organisasi lain yakni Freemasonry dan Zionisme. Organisasi inilah yang memanfaatkan Pergerakan Turki Muda untuk melengserkan Sultan Abdul Hamid II yang dianggap sebagai penghalang rencana mereka. Abdullah Cevet yang merupakan anggota Freemasonry sekaligus Turki Muda menjalin hubungan dengan tokoh Zionisme yakni Theodor Herzl. Cevet memiliki akses luas di dalam kalangan pejabat Utsmaniyah. Dari situlah mereka mencoba menghancurkan pemerintahan Sultan Abdul Hamid II dari dalam. 

Pelengseran Sultan Abdul Hamid II

Sultan Abdul Hamid II dari awal sudah dianggap penghambat oleh pihak-pihak yang ingin menghancurkan Islam dan Kekhalifahan Utsmaniyah. Sultan Abdul Hamid II begitu hati-hati dan gigih menghadapi rongrongan kekuasaan dari Freemasonry dan Zionisme yang menunggangi Pergerakan Turki Muda bersama komite persatuan dan pembangunan. Alasan mengapa zionisme sangat memusuhi Sultan Abdul Hamid II adalah karena sang Sultan mengetahui rencana Zionis mendirikan negara di Palestina. Ketika Zionis datang ke hadapan Sultan hendak meminta agar Utsmaniyah sudi menjual beberapa petak tanah untuk pemukim Yahudi ditolak mentah-mentah oleh Sultan. Bahkan Theodor Herzl yang merupakan wakil Zionis saat itu diusir dengan kasar oleh Sultan Abdul Hamid II.

Komite ini memiliki kekuatan untuk menggulingkan Sultan Abdul Hamid II. Walaupun secara pergerakan mereka menggunakan paham barat. Komite ini tetap mengatasnamakan agama dalam pergerakan dan upaya mereka menggulingkan Sultan sehingga mendapatkan hati rakyat. Selain itu banyaknya anggota parlemen Utsmaniyah yang sudah disusupi anggota Freemasonary dan juga Turki Muda sehingga membuat kedudukan Sultan kian melemah karena banyak pengkhianat di sekitarnya. 

Fitnah tentang zalimnya pemerintahan Sultan Abdul Hamid II berhembus kencang sehingga posisi Sultan Abdul Hamid II kian terancam. Para anggota parlemen Utsmaniyah telah setuju untuk melengserkan Sultan. Hingga puncaknya adalah pada tahun 1909 atas desakan parlemen Utsmaniyah. Syaikhul Islam Muhammad Zhiyaudin mengeluarkan fatwa pencopotan Sultan Abdul Hamid II dari Sultan Utsmaniyah dan Khalifah Islam. Kemudian keputusan senat memutuskan Pangeran Muhammad Reshad naik tahta menggantikan saudaranya.

Sumber : Twitter Rayyan Tilde
Perang Dunia I

     Setelah saudaranya dilengserkan, Muhammad Reshad naik tahta Utsmaniyah. Namun ketika Sultan Muhammad Reshad bertahta, kekuasaan tidak sepenuhnya dimiliki karena sistem pemerintahan beralih kembali ke konstitusi yang mana Sultan tidak memiliki kekuasaan mutlak. Pemerintahan Utsmaniyah saat itu dipegang oleh Talaat Pasha, Djamal Pasha dan Enver Pasha. Mereka bertiga merupakan anggota komite persatuan dan pembangunan Pergerakan Turki Muda. Bahkan bisa dibilang kedudukan atau posisi Sultan Muhammad Reshad saat itu tidaklah lain sebagai boneka dari tiga pasha yang menguasai pemerintahan saat itu. Pada era ini Kesultanan Utsmaniyah terseret dalam Perang Dunia I bersama blok sentral yang mengalami kekalahan yang berdampak besar pada kelangsungan Kesultanan.

Perang Dunia I merupakan salah satu perang besar di era modern. Perang terjadi pada tahun 1914 hingga 1918 dengan melibatkan banyak negara Eropa. Pemicu perang ini adalah terbunuhnya Franz Ferdinand putra mahkota Austro-Hungaria oleh Serbia. Perseteruan keduanya kemudian meluas hingga banyak negara dan membentuk kedua blok. Di satu sisi Inggris, Prancis, Rusia dan kawan-kawan mereka membentuk blok Sekutu, sementara disis lain blok Sentral diisi oleh Jerman, Austria-Hongaria, Bulgaria dan Utsmaniyah. Sejatinya Utsmaniyah pada awalnya bersikap netral ketika perang akan terjadi. Namun secara diam-diam Enver Pasha melakukan perjanjian rahasia dengan Jerman yang menyeret Utsmaniyah masuk dalam blok Sentral dan mengikuti Perang Dunia dengan imbalan Jerman akan memberikan bantuan kapal selam. Dalam hal ini keputusan murni berada pada tangan Enver Pasha, bahkan Sultan Muhammad Reshad tidak memiliki keputusan mutlak terkait terjunnya Utsmaniyah dalam Perang Dunia I. 

Baca Juga :   Peran Pemuda Jong Java dalam Mewujudkan Perubahan Indonesia
Sumber : Wikipedia

Pertempuran Gaza dan jatuhnya Palestina

    Hijaz dan Gaza merupakan salah satu medan Perang Dunia I. Pasukan Utsmaniyah menghadapi agresi Inggris yang mengincar wilayah Palestina. Agresi Inggris untuk Palestina tidak lain masih berhubungan dengan kepentingan Zionis internasional untuk mendirikan negara Zionis di bumi Palestina.

     Inggris melancarkan serangan ke Palestina selama tiga gelombang serangan dari Maret hingga  November 1917. Pada gelombang pertama, di bulan Maret Inggris mengalami kekalahan total dari Utsmaniyah akibat kesalahan jendral Inggris dalam mengatur strategi pertempuran. Pada gelombang kedua yang dilancarkan Inggris di bulan April, Inggris lagi-lagi mengalami kekalahan telak akibat Utsmaniyah dan sekutunya Jerman telah memperkuat  pertahanan di sekitar Gaza.

     Pada tanggal 9 Desember 1917 Yerusalem jatuh ke tangan Inggris dan Utsmaniyah kehilangan kendali atas Palestina. Bahkan dalam perang ini Istanbul sempat jatuh ke tangan sekutu sebelum akhirnya Mustafa Kemal Pasha memimpin perang kemerdekaan dan mengusir sekutu dari Anatolia (Asia Kecil). Sementara itu ketiga Pasha yang merupakan anggota komite persatuan dan pembangunan Pergerakan Turki Muda itu melarikan diri ke luar wilayah Utsmaniyah. Merekalah dalang dibalik terseretnya Utsmaniyah di dalam Perang Dunia dan menyebabkan Palestina jatuh ke tangan Sekutu. Talaat, Djemal dan Enver dibunuh oleh orang Armenia dalam pengasingan mereka akibat adanya dugaan bahwa mereka adalah dalang dibalik pembantaian Armenia.

     Pasca Perang Dunia Utsmaniyah kehilangan pengaruhnya atas Hijaz dan Palestina. Bahkan kepemimpinan Sultan Utsmaniyah saat itu mulai diragukan banyak pihak. Bahkan imbasnya adalah pencopotan Sultan Muhammad Reshad pasca Perang Dunia dan digantikan oleh saudaranya Muhammad Vahdettin. Namun sama seperti saudaranya ia tak mendapatkan kekuasaan absolut sampai Kesultanan akhirnya dibubarkan Mustafa Kemal Pasha pada 1922 yang kemudian Mustafa mendirikan Republik Turki Sekuler dan berlanjut pada penghapusan Kekhalifahan pada tahun 1924.

Daftar Pustaka

 Hussain, Isthiaq. 2011. The Tanzimat : Secular reforms in the Ottoman Empire. www.faith-matters.org

Gabor, Agoston and Masters, Bruce. 2009. Encyclopedia of Ottoman Empire. New York : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data

Herdiansyah, Deden A. 2016. Dibalik Runtuhnya Turki Utsmani. Yogyakarta : Pro-U Media

Ash-Shalabi, Muhammad. 2014. Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Terj. Samson Rahman. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar

A Howard, Douglas. 2017. A History of the Ottoman Empire. Cambridge : Cambridge University Press

J Dawson, Christoper. 2017. The Third Battle of Gaza October-November 1917. Institute Proceedings

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Related Posts