Mengungkap Tragedi WTC dan Pentagon

Tragedi WTC dan Pentagon telah terjadi 20 tahun yang lalu. Namun, adanya keterlibatan pelaku selain Osama dan Al Qaedah-nya masih menjadi misteri. Berbagi fakta di lapangan mendukung dugaan adanya konspirasi. 

Pada 11 September 2001, seluruh dunia dikejutkan oleh peristiwa runtuhnya Menara Kembar World Trade Center (WTC) di New York setelah sebelumnya ditabrak oleh pesawat komersial Boeing 757-200ER dengan kode penerbangan American Airlines Flight 11 pada pukul 08.45 dan Boeing 757-200 United Airlines Flight 175 pukul 09.03. Jumlah korban tewas dalam tragedi ini sebanyak 2996 orang termasuk 19 orang pembajak. Sementara itu lebih dari 6000 orang dilaporkan terluka. Erwin Kusuma dalam Jejak Sejarah Terorisme menyebut bahwa hal ini menjadi tragedi terbesar di Amerika Serikat sejak peristiwa Pearl Harbour 07 Desember 1941. 

Oleh Unu Nurahman

Tiga belas menit setelah Presiden George Bush menyampaikan bahwa Amerika Serikat telah diserang teroris, pada pukul 09.43 sebuah pesawat Boeing 757-200 AA 77 jatuh di sisi barat Gedung Pentagon, Washington DC dan menewaskan 189 orang. Kemudian pada pukul 10.10 kembali sebuah pesawat dengan tipe yang sama jatuh di Stony Creek, 80 mil dari Pittsburg dan menewaskan 64 orang. Presiden Bush dalam keterangan resminya menyatakan bahwa Amerika Serikat dalam keadaan perang dan menuduh Osama bin Laden, pendiri kelompok Al Qaeda yang diduga bermukim di Afghanistan sebagai otak serangan ini 

Kamaruzzaman Bustamam –Ahmad dalam Satu Dasawarsa The Clash of Civilization: membongkar Politik Amerika Di Pentas Dunia (2003: 179) menyatakan bahwa sebelum Uni Soviet runtuh, Amerika Serikat mendanai semua kegiatan Osama bin Laden untuk menghadapi Soviet melalui latihan militer di Pakistan. Jadi, sangat wajar jika Osama bin Laden tidak diketahui keberadaanya dan tidak mengherankan jika tragedi 11 September telah diketahui oleh pemerintah Amerika Serikat.

Amerika Serikat berniat untuk menggempur kamp-kamp milisi di Afghanistan, Yaman, Sudan, dan Pakistan jika pemerintah Afghanistan tidak menyerahkan Osama bin Laden. Menanggapi hal tersebut, pada tanggal 14 September 2991 pihak Taliban melalui juru bicaranya, Mullah Mohammad Omar menyatakan kesiapan Taliban mempertahankan negaranya. Pihak Taliban sendiri memastikan Osama bin Laden tidak terlibat dalam serangan ke WTC dan Pentagon pada tanggal 15 September 2001.

Serangan Amerika Serikat ke Afghanistan

Setelah berhasil membuat opini nasional dan internasional bahwa Osama dan Al Qaeda sebagai satu satunya  pihak yang terlibat dalam tragedi WTC dan Pentagon, pada 07 Oktober 2001, Amerika Serikat didukung oleh negara NATO  lainnya yaitu Inggris, Kanada, Belanda, Perancis dan Australia serta Aliansi Utara menyerang Afganistan yang saat itu dipimpin oleh pemerintahan Taliban. Kode operasi untuk serangan militer ini dikenal dengan nama Operasi Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom). Pada tahun 2015 kode operasinya berubah menjadi Operation Freedom Sentinels

https://www.melinweb.com/wp-content/uploads/2016/10/tragedi-911-wtc-768x454.jpg

Sumber: www.melinweb.com

Melalui pertempuran sengit, akhirnya Amerika Serikat dan koalisinya dapat menggulingkan pemerintahan Taliban. Sementara itu, Osama bin Laden dapat meloloskan diri dan baru bisa ditembak mati oleh pasukan elite AS Navy Seal di Abbottãbad di Pakistan  pada tanggal  01 Mei 2012. Taliban semakin gencar menyerang tentara Afghanistan dengan dukungan Amerika Serikat dan NATO setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan untuk menarik pasukannya dari Afganistan secara berkala hingga bulan September 2021. Pada tanggal 15 Agustus 2021, Taliban berhasil menduduki istana kepresidenan sekaligus mengambil alih kepemimpinan Presiden Ashraf Ghani Ahmadzai yang melarikan ke Tajikistan serta mengangkat Amrullah Saleh sebagai pejabat sementara presiden.

Baca Juga :   Menelaah Singkat Kehidupan Masyarakat Jepang Kontemporer

Dugaan Konspirasi

Setelah beberapa tahun melakukan penelitian FEMA, NIST dan 9-11 Commision menyimpulkan bahwa penyebab utama keruntuhan gedung-gedung tersebut adalah api akibat terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh. Namun demikian, hal itu dikritisi oleh Profesor Steven E. Jones, guru besar Fisika di Brigham Young University, Utah, dan Prof Dr Morgan Reymonds, guru besar  Texas University yang melakukan penelitian dari sudut teori fisika.

Profesor Jones mengatakan kehancuran dahsyat seperti yang dialami Twin Tower serta gedung WTC hanya mungkin terjadi karena bom-bom yang sudah dipasang pada bangunan-bangunan tersebut. Pendapat yang sama disampaikan juga oleh Richard Gage, pendiri Architects and Engineers for 9/11 Truth, menegaskan lebih dari 1.100 pakar berpendapat bahwa penyebab runtuhnya gedung World Trade Center karena bukan tabrakan pesawat. Hal ini membuka dugaaan ada pihak lain yang terlibat. 

Mantan Presiden Italia Francesco Cossiga mengatakan kepada surat kabar Italia tertua Italia bahwa peristiwa 9/11 didalangi oleh dua lembaga intelijen CIA (Central Intelligence Agency) dan Mossad (Israel). Francesco juga mengatakan bahwa ini adalah hal yang sudah diketahui secara luas di antara badan-badan intelijen global. 

Pernyataan Cossiga ini cukup beralasan apabila kita melihat kembali fakta bahwa Uhud Barak, Perdana Menteri Israel satu jam sebelum kejadian menyampaikan pidato di sebuah stasiun Amerika Serikat yang mengingatkan bahaya teror orang Arab dan mengajak memerangi terorisme. Menurut laporan, terdapat 4000 orang Yahudi yang bekerja di WTC akan tetapi pada saat kejadian mereka tidak ada yang masuk kerja.

Tuduhan pemerintah Amerika Serikat terlibat dalam serangan itu juga dikemukakan oleh David Ray Grifin, seorang profesor filsafat dan teologi agama dalam The New Pearl Harbour: Disturbing Questions about the Bush Administration and 9/11 (2004) secara gamblang menguak fakta-fakta tersembunyi dan kejanggalan dalam tragedi 9/11.

Seperti dikutip dari bbc.com, Amerika Serikat adalah negara yang memiliki angkatan udara terkuat di dunia. Akan tetapi mereka gagal menghentikan pesawat pembajak. Padahal pada tanggal 9 September 2001, Komando Pertahanan Udara Amerika Serikat menggelar latihan tempur rutin. Ada isu bahwa Wakil Presiden Amerika Serikat Dick Cheney memerintahkan militer diam dan tidak menghadang pesawat itu.

Refleksi

Tragedi WTC dan Pentagon telah terjadi 19 tahun yang lalu. Namun demikian adanya keterlibatan pelaku selain Osama dan Al Qaedanya masih menjadi misteri. Aksi terorisme dengan membajak satu pesawat sering terjadi. Akan tetapi, pembajakan empat pesawat sekaligus dalam satu waktu sulit diyakini. 

Peristiwa ini membuat Amerika Serikat dan sekutunya telah menempatkan kelompok Islam fundamental dan negara-negara Arab dalam tuduhan terorisme sehingga mereka merasa memiliki justifikasi untuk melakukan serangan militer untuk menggulingkan pemerintahan di Afghanistan dan Irak.  Komunitas muslim di Amerika Serikat mendapat tekanan psikologis dan sentimen antipati di waktu awal setelah tragedi. Seiring dengan semakin terkuaknya kejanggalan dan dugaan konspirasi, banyak orang Amerika Serikat semakin tertarik untuk mengenal dan mempelajari Islam yang sesungguhnya bahkan menjadi mualaf.

BIBLIOGRAFI

Griffin, David Ray. 2004. The New Pearl Harbour: Disturbing Questions about the Bush Administration and 9/11. Olive Branch Press.

Bustamam – Ahmad, Kamaruzzaman. 2003. Satu Dasawarsa The Clash of Civilization: membongkar Politik Amerika Di Pentas Dunia.Yogyakarta: Ar-Ruz

Kusuma, Erwin. 2010. Jejak Sejarah Terorisme. Jakarta: Intimedia Ciptanusantara

https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2011/09/110907_conspiracy_september
https://www.kompasiana.com/mata/fitnah-dan-konspirasi-besar-di-balik-tragedi-11-9_550a19cc8133117175b1e4f1

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts