Sejarah Lahirnya Musik Underground di Indonesia Tahun 1970-1990

Kemajuan musik rock tahun 1970-an, ditandai dengan berdirinya grup band rock dengan berbagai karakter. Namun, tujuan berdirinya grup-grup band rock pada masa itu hanya untuk kepentingan pertunjukan saja. Mereka tidak punya banyak peluang untuk masuk dapur rekaman dan mengekspresikan musiknya lewat album. Pada saat itu,  produser menganggap bisnis rekaman musik rock sangat tidak menguntungkan secara komersial. Kondisi inilah yang dimaksud dengan underground. Para musisi pada saat itu, hanya hidup dari panggung ke panggung saja. Konser musik rock hanya disaksikan oleh penggemarnya saja, tanpa adanya promosi atau publikasi secara  besar-besaran. Akibatnya musik rock kurang populer dikalangan masyarakat luas. Grup-grup band rock mencari popularitas hanya melalui hal-hal yang akan mengundang perhatian masyarakat luas (Heryanto, 2011).

Oleh : Taufik Isnan

Banyak hal-hal mengundang perhatian yang dibuat oleh grup band rock pada masa itu. Salah satunya adalah gaya panggung teatrikal kelompok musik AKA yang menjadi sebuah fenomena pada masa itu. Aksi panggung Ucok sang vokalis yang digantung dengan kaki di atas dan kepala di bawah sambil bernyanyi yang kemudian ditusuk tusuk oleh personil lain membuat pertunjukan AKA selalu mengundang perhatian penonton dan media massa. Pada akhirnya, AKA menjadi grup band rock dengan bayaran termahal saat itu. Selain itu, grup band Micky Jaguar yang hadir dengan gaya panggung menyembelih kelinci dan meminum darahnya, Rawe Rontek dengan atraksi debusnya, serta Trechem dengan vokalis yang muncul dengan kepala terbakar atau adegan bunuh diri juga manjadi sebuah pertunjukan yang fenomenal. Gaya panggung teatrikal semacam ini menjadi sebuah kewajiban untuk bisa menarik perhatian penonton. Grup band yang tidak memiliki gaya panggung aneh tidak akan mendapat sambutan penonton (Idzar, 2017).

Kuatnya pengaruh musik rock barat tidak berarti musisi rock Indonesia harus tunduk dengan budaya musik rock barat. Band rock Indonesia tetap mempertahankan jati dirinya dengan menulis lagu yang autentik dengan menunjukan cita rasa Indonesia dalam lirik berbahasa Indonesia, seperti yang dilakukan kelompok musik Giant Step asal Bandung (Kimung, 2012, 40).

Salah satu keunikan musik underground adalah tidak adanya batas antara musisi dengan penggemarnya meskipun musisi tersebut sangat diidolakan. Musik underground tak mengenal bintang. Semua grup band dianggap sejajar. Perbedaannya hanya terletak pada mutu dari musik yang diciptakan oleh band itu sendiri. Seperti yang dikemukakan Ucok A.K.A kepada Majalah Aktuil No.187, edisi Maret 1976, bahwa dirinya tidak percaya dengan rockstar atau superstar. Semua orang sama dan semua orang mampu asalkan diberikan kesempatan yang sama (Kimung, 2012, 22).

Cerminan bahwa musik rock adalah musik yang anti kemapanan adalah perkembangan yang terus menerus terjadi dengan munculnya jenis-jenis musik baru sejalan dengan kemajuan teknologi yang mendukung terciptanya jenis musik baru dengan bantuan alat-alat musik yang berkualitas dan alat alat rekaman atau alat alat panggung yang canggih dan bermutu. 

Sementara itu, di dunia global, heavy metal yang berjaya di era 1970-an  digeser oleh musik speed metal atau trash metal di awal tahun 1980-an di saat speed metal dan thrash metal berkembang melanda kaum remaja dunia. Namun, kaum muda Indonesia tidak mengikuti perubahan tersebut. Hal ini dikarenakan publikasi dari musik speed metal dan thrash metal masih kurang. Selain itu, pengaruh musik tahun 1960-an dan 1970-an masih kuat melekat pada dua generasi masyarakat musik rock Indonesia. Kaum muda Indonesia hanya mengikuti kebangkitan musik blues dan rock n’roll sedangkan musik heavy metal yang masih bertahan. Istilah underground pun hilang di Indonesia. Selain itu muncul pula gelombang musik rock baru yaitu hard rock yang ditandai dari munculnya grup-grup band baru seperti Slank, Whizz kid, Kaisar, Calacah, Jam Rock, dan lain-lain pada tahun 90-an (Kimung, 2012, 25).

Baca Juga :   Dinamika Perusahaan Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS)

Pertengahan tahun 1980-an muncul grup-grup band baru yang membawakan irama musik thrash metal dan speed metal seperti Rudal (Bandung), Valhalla (Medan), Roxx (Jakarta), Power Metal (Surabaya). Bersamaan dengan itu, salah satu produser rekaman dan promotor pertunjukan yaitu Log Zhelebour giat menggelar Festival Musik Rock Se-Indonesia dengan tahap seleksi  di setiap kota dan provinsi. Momen ini sangat berarti bagi grup-grup band yang pada saat itu karena mendapat sarana untuk mempublikasikan bandnya. Pada pertengahan 1980-an, warna thrash metal belum terlalu kental dalam diri grup-grup band rock indonesia . Unsur hard atau heavy metal masih sangat kental dengan grup grup tersebut.

Ciri ciri thrash metal adalah tempo musik yang lebih cepat dari heavy metal dengan suara gitar yang bising dan cara bernyanyi dengan suara teriakan lantang atau jeritan kasar seperti orang kesakitan (Wallach, 2017, 25). Tema lagu yang ditulis band thrash metal bertema sosial, politik, keluarga, atau lingkungan. Mode berpakaian yang dikenakan para musisi thrash metal diberi stigma negatif oleh masyarakat. Mereka menganggap musik ini tidak berkepribadian. Pandangan ini jelas keliru karena ketika satu band sudah memutuskan untuk memilih hasrat bermusiknya, disanalah kepribadiannya terbangun. Beberapa contoh religiusitas juga nampak di musik thrash metal seperti di lagu Amennya sepultura dan Eleven Keys milik Rotor. Dari sudut pandang sastra pun, lirik lagu yang diciptakan banyak memuat nilai sastra. Metallica misalnya, yang selalu menulis lagu dengan aturan sajak atau kesamaan pengucapan vokal pada akhir kalimat dalam setiap bait nya.

Akhir tahun 1980 muncul gelombang musik baru dari barat, yaitu Death Metal. Aliran musik ini merupakan pengembangan dari musik trash metal dalam hal tema musik yang lebih cepat dengan alur nada yang tidak baku atau minor. Pengembangan lain adalah teknik vokal dengan teriakan mengeram. Seiring berkembangnya trash metal dan death metal, istilah underground muncul lagi di Indonesia dengan lahirnya grup-grup band seperti SuckerHead, Rotor, Funneral, Necromancy, Jasad, Insanity, Schzophrenia, Voila, dan Orion. Dapat dikatakan, akhir tahun 1980-an hingga awal tahun 1990-an adalah tonggak baru muncul nya musik underground di Indonesia.

Mendengungnya kembali istilah underground diiringi dengan kesadaran anti mapan para musisi dalam melihat hasrat musik. Tahun 1970 ketika underground baru lahir di Indonesia, semangat ini nyata terlihat sehingga sepuluh tahun kemudian hasrat musik ini mencapai tahap eksistensinya di masyarakat lalu underground lalu menghilang Tahun 1990-an. ketika antitesis dari kemapanan rock 1980-an ini dipertanyakan di sanalah underground dilahirkan kembali. Bandung dengan segala kompleksitasnya adalah tempat paling produktif melahirkan hasrat-hasrat baru para pendobrak nilai-nilai dan norma-norma blantika musik rock Indonesia tersebut (Kimung, 2012, 23).

References

Heryanto, Y. (2011). Sejarah Musik Underground 1989-1999. Jurusan Sejarah Ilmu Sejarah UNPAD.

Idzar, R. (2017). Indie Label: Cara Membuat Album Independen. Mizan.

Kimung. (2012). Ujung Berung Rebels: Paceng Dina Galur. Minor Book.Wallach, J. (2017). Musik Indonesia 1997-2001. Komunitas Bambu.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts