Hancurnya Ambisi Napoleon di Waterloo

Latar Belakang

Tahun 1814 mungkin merupakan tahun terburuk bagi Napoleon. Semenjak pasukannya hancur sia-sia di Rusia, performa pasukan Napoleon kian menurun. Koalisi yang menjadi musuh Napoleon semakin lama semakin kuat. Negara yang awalnya menjadi sekutu Napoleon pada akhirnya berubah menjadi lawannya. 

Oleh Valerius Tarigan 

Mulai tahun 1813, strategi perang Perancis berubah dari menyerang menjadi bertahan. Satu per satu wilayah kekuasaannya jatuh ke tangan koalisi. Kota-kota yang terisolasi pun perlahan juga ikut menyerah. Pertempuran Leipzig benar-benar membuat Napoleon harus mundur ke Perancis. Koalisi pun mengejar sampai akhirnya Perancis pun jatuh setelah rakyat Paris menyambut kedatangan mereka. Napoleon terpaksa mengasingkan diri ke pulau Elba pada tahun 1814.

Singkat cerita, Napoleon muak dan memutuskan untuk kabur dari pulau itu bersama 600 pasukannya. Berita kaburnya sang kaisar tersiar sampai ke seluruh Eropa. Raja Monarki Bourbon Perancis yaitu Louis XVIII, meminta para jenderalnya untuk menghadang pasukan kecil Napoleon tersebut tetapi mereka gagal.

Suasana Pertempuran Waterloo, 18 Juni 1815 (Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Battle_of_Waterloo_1815.PNG)

 Cerita paling terkenal ada di pasukannya Marshal Ney. Ney merupakan tangan kanan Napoleon yang paling setia saat kaisar Perancis itu berada di puncak kejayaannya. Ketika Perancis kalah tahun 1814, Ney berpindah haluan dan malah meminta Napoleon untuk mengasingkan diri. Sekarang, Ney diminta langsung oleh Louis XVII untuk menangkap Napoleon. Namun, Ney bersama pasukannya justru memutuskan untuk bergabung dengan Napoleon.

Napoleon menguasai Perancis dan rakyatnya kembali mendukung serta bersorak atas kedatangan kaisarnya. Raja Louis XVIII kemudian mundur dari Paris. Negara-negara Eropa lain khususnya Inggris terkejut dengan berita ini. Mereka tidak terima jika Napoleon menjadi penguasa Perancis.

Inggris merupakan musuh bebuyutan Perancis, khususnya Napoleon. Sejak awal perang Napoleon, negara Ratu Elizabeth itu seringkali menyuap negara lain untuk melawan Napoleon. Kini saat Napoleon kembali bangkit dan menjadi penguasa Perancis, Inggris ketakutan dan ingin menginvasi Perancis lagi. Satu per satu negara dikumpulkan untuk kemudian bersiap menginvasi negara itu. Napoleon pun tidak tinggal diam.

 Tentara Napoleon sangatlah sedikit pasca kejatuhan  dan perebutan kembali kekuasaan  oleh Napoleon. Secara masif Napoleon melatih tentaranya dari awal dan mengumpulkan lagi veteran-veterannya. Sebut saja old guard, salah satu unit pasukan Napoleon yang paling elit dan setia. Singkat cerita, pasukan tersebut berhasil terbentuk dan Napoleon melihat ancaman yang ada di sekitarnya.

Ancaman paling berbahaya terletak di utara. Di sana merupakan letak pasukan Inggris di bawah pimpinan Sir Arthur Wellesley atau Duke of Wellington. Reputasi Wellington selama perang Napoleon sangatlah tinggi. Hampir semua pertempuran Inggris di bawah pimpinan Wellington berakhir dengan kemenangan. Sejak awal, Perancis sebenarnya sangat menghindari adanya kontak langsung dengannya. 

Pasukan kedua yang tidak kalah mematikan adalah pasukan Prusia yang dipimpin oleh Blucher. Gebhard von Blucher merupakan salah satu pemimpin militer Prusia yang terkenal sangat beringas dan agresif. Pada tahun 1806, pasukannya dikalahkan di negerinya sendiri tepatnya di kota Lubeck. Pada saat itu, Blucher harus menyerah dari Perancis dan kota Berlin berhasil diduduki Perancis. Kecintaannya pada Prusia membuat jenderal ini memiliki dendam yang mendalam kepada Napoleon.

Pasukan Wellington dan Blucher sebenarnya terpencar. Ini merupakan kesempatan bagi Napoleon, mengingat Napoleon sendiri memiliki kekhasan dalam berperang dengan taktik cepatnya. Jumlah masing-masing pasukan Inggris dan Prusia pun seimbang dengan Napoleon jika terpencar.  Namun, Napoleon akan kalah jumlah apabila pasukan Inggris dan Prusia bersatu.

Baca Juga :   Hukum Archimedes dan Sejarah Perkembangan Balon Udara Bagian 1

Tanggal 15 Juni 1815, Perancis bergerak ke utara memasuki wilayah Belgia (tempat Wellington dan Blucher menetap). Di sana, sayap kiri Napoleon yang dipimpin Marshal Ney, bertemu dengan Wellington di Quatre Bras sedangkan Napoleon sendiri mencoba menghajar Blucher di Ligny dengan cepat. Sayangnya Wellington berhasil bertahan. Walaupun Blucher kalah dan harus mundur akan tetapi pasukannya masih utuh. Napoleon memerintahkan Marshal Grouchy untuk mengejar Blucher dan memastikan supaya Blucher tidak bertemu Wellington.

Pasukan Inggris akhirnya mundur setelah mendengar kabar bahwa Prusia kalah di Ligny. Wellington menetap di sebelah selatan kota Brussels, di sebuah desa bernama Waterloo. Tak lama kemudian, Wellington menerima sebuah pesan dari Blucher. Isinya adalah bahwa besok Prusia akan datang ke Waterloo untuk membantu Inggris melawan Napoleon. Akhirnya Wellington memutuskan untuk bertahan.

Pertempuran Waterloo

Pagi hari  tanggal 18 Juni 1815, Wellington bersama pasukan Inggris bertahan di Waterloo. Di sana terdapat tiga rumah yang berada di titik strategis pasukan Inggris. Rumah tersebut adalah Hougoumont di sisi sayap kanan, La Haye Sainte di tengah, dan di sebelah kiri ada Papelotte. Ketiga rumah tersebut diisi dan difortifikasi dengan kuat oleh pasukan elit Inggris. Pasukan Inggris memilih lokasi yang bagus yaitu di belakang bukit. Ini akan sangat menguntungkan bagi mereka karena artileri Perancis akan kesulitan untuk menjangkau mereka.

 Napoleon sudah berada di sisi selatan Wellington dan bersiap menyerang. Namun sayangnya, serangan harus ditunda karena cuaca buruk yang menyebabkan medan  berlumpur. Kondisi ini sangat merugikan bagi pergerakan pasukan. Jadi, Napoleon menunggu dan baru memulai pertempuran pada pukul 11 siang.

Titik pertama yang diserang Napoleon adalah rumah Hougoumont. Rumah itu walaupun kecil namun pertahanannya luar biasa. Pasukan Napoleon berulang kali mencoba menerobos rumah tersebut namun tidak berhasil. Gigihnya pasukan Inggris di rumah tersebut terbukti akan mengubah sejarah Eropa ke depannya.

Siang hari pukul 12, meriam Perancis berderu. Walaupun tadi dikatakan bahwa pasukan Inggris berlindung di balik bukit, nyatanya banyak juga yang terkena meriam. Pada pukul 1.30 siang, Napoleon mengerahkan infanterinya secara frontal. Pasukan Inggris yang terkenal akan kedisiplinannya tetap bertahan dan secara kompak menembak infanteri Perancis tersebut secara rapi. Kavaleri berat Inggris juga membantu menyerang. Serangan Napoleon tersebut kacau balau, pasukannya terpencar dan menjadi sasaran empuk bagi pasukan berkuda Inggris.

Pasukan Kavaleri Inggris menyerang pasukan infanteri Perancis yang bergerak maju (Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Scotland_Forever!.jpg)

Terlalu senang atas kemenangan tersebut, kavaleri Inggris bergerak terlalu jauh ke depan. Saat itulah mereka diserang oleh kavaleri Perancis, khususnya lancers yang menggunakan tombak dan mematikan saat penyerbuan.

Wellington yang melihat ini berpikir bahwa dia akan kalah sehingga dia memutuskan untuk bergerak sedikit ke belakang bukit untuk mencari perlindungan. Marshal Ney mengira mereka benar-benar mundur. Umumnya pasukan yang terpecah belah dan mundur akan segera diserang oleh kavaleri sehingga moral dan semangat tempur mereka menjadi jatuh. Ney melancarkan serangan kavaleri tersebut secara besar-besaran, tanpa bantuan artileri dan infanteri.

Prediksi Ney salah. Dia menyerang bukit tersebut dan terkejut ketika Inggris telah siap di belakangnya. Pasukan Inggris secara rapi membuat formasi kotak, memasang bayonet, dan hanya menunggu kedatangan Ney. Alhasil, serangan kavaleri Ney gagal. Pasukan berkuda tidak dapat menembus formasi kotak, hanya dapat mengitarinya saja. Ini membuat penembak Inggris sangat mudah menembaki orang di atas kuda tersebut atau tinggal mengejarnya dengan bayonet jika kavaleri tersebut mencoba masuk. Ney akhirnya mundur dan ini merupakan blunder paling terkenal yang dilakukan selama pertempuran ini.

Baca Juga :    Pergerakan Nasionalisme Myanmar

Pada sore hari, rumah La Haye Sainte akhirnya dikuasai Perancis. Ini membuat Perancis dapat menempatkan artilerinya dekat dengan pasukan Inggris yang tadi berformasi kotak. Ini sangat menguntungkan Perancis mengingat artileri sangatlah mematikan jika berhadapan dengan formasi kotak. Secara masif pasukan Inggris mulai berdarah dan ada tanda-tanda kekalahan. Wellington memiliki pemikiran untuk menyelamatkan pasukannya dengan mundur.

Di sisi Napoleon sendiri, Napoleon sadar bahwa pasukan Prusia telah berada di sisi sayap kanannya. Grouchy terbukti tidak mampu menahan Blucher. Prusia bahkan telah menguasai desa Plancenoit yang berada persis di sisi kanan belakang tentara Perancis. Serangan dari samping tersebut memaksa Napoleon untuk menggunakan cadangannya. Pada akhirnya, satuan yang paling dilindungi Napoleon pun dipakai juga, yaitu Imperial Guard, pasukan Perancis paling berpengalaman dan elit yang pernah ada pada jamannya.

Para pasukan elit tersebut akhirnya dikerahkan maju menuju sisi tengah pasukan Inggris. Wellington tidak takut. Disiapkan pasukan red coats nya untuk menghadapi mereka dan tidak segan-segan menembak mereka dalam jarak dekat. Ketika mengetahui tentara Inggris akan menyerbu, para imperial guard tersebut mundur. Di situlah Wellington melakukan serangan umum kepada Napoleon.

Pasukan Napoleon sudah kelelahan karena pertempuran tak kunjung usai. Hal ini diperburuk dengan berita bahwa serangan imperial guard yang gagal dan adanya pasukan Prusia dari samping. Tentara Perancis mundur tak karuan dan meninggalkan medan tempur. Satu-satunya yang bertahan adalah Old Guard milik Napoleon di tengah-tengah dan membuat formasi kotak, hanya untuk dihabisi. Napoleon sendiri meninggalkan kencananya dan mencoba kabur dari kavaleri Prusia. Pertempuran tersebut telah usai dengan Inggris dan Prusia sebagai pemenangnya. Korban jiwanya tidak sedikit, yaitu sebanyak 23 ribu dari pihak koalisi dan 27 ribu dari pihak Perancis.

Akibat

Pertempuran Waterloo merupakan sebuah momentum yang membuktikan bahwa Perancis bukan lagi penguasa Eropa. Seluruh harapan, ambisi, serta pencapaian Napoleon sudah lenyap setelah pertempuran ini. Pasukannya sudah habis, dia memilih menyerah. Akhirnya, dia dibawa untuk diasingkan kembali ke pulau St. Helena, pulau yang lokasinya sangat terisolasi di tengah samudera Atlantik dan meninggal di sana 6 tahun kemudian.

Setelah Waterloo, tidak ada lagi perang besar di Eropa dalam waktu yang cukup lama. Perang berikutnya baru terjadi pada tahun 1853 saat Rusia berhadapan dengan sekutu di Krimea. Inggris sendiri tidak terlibat besar dalam perang sampai seratus tahun kemudian, yaitu Perang Dunia Pertama.

Sumber:

Epic History TV. (2015, 17 May) Napoleonic Wars: Battle of Waterloo 1815 [Video]. YouTube. 

Fremont-Barnes, G. (2012). Waterloo 1815. Spellmount.

Roberts, A. (2005). Waterloo: June 18, 1815: The Battle for Modern Europe. HarperCollins.

Wooten, G. (1992). Waterloo 1815: The Birth of Modern Europe. Osprey Publishing.

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts