Hitler, Nazi, dan Penguasaan Jerman

Selain Mussolini yang sedang mengembangkan kekuatannya di Italia, di Jerman muncul tokoh yang bernama Adolf Hitler. Awalnya ia merupakan seorang prajurit yang ikut berjuang dalam Perang Dunia I. Berita mengenai kekalahan Jerman di PD I dan Perjanjian Versailles, membuatnya melihat Jerman sebagai negara yang lemah dan ia mempunyai keinginan untuk membangun negara tersebut sebagai negara yang kuat. Ia pun nantinya menjadi salah satu tokoh diktator paling terkenal dalam sejarah.

Oleh: Muhammad Verrell Fassa

  Awal mula kekuatan Hitler di Jerman, berasal pada tahun 1919. Hitler bergabung dengan kelompok bernama German Worker’s party atau Deutsche Arbeiterpartei (DAP). Kelompok tersebut merupakan kelompok rasis, anti-semitis, nasionalistik, anti kapitalis, dan anti-komunis. Meskipun mereka mempunyai ideologi yang berbeda, namun mereka semua setuju bahwa masalah Jerman dapat ditemukan pada konspirasi Yahudi, ancaman Bolshevis, dan eksploitasi kapitalis. Mereka ingin menghapus hal tersebut dan mengubah Jerman kembali kepada status nasional dan militernya. 

Kartu Anggota DAP Hitler (Sumber: Wikimedia Commons)

Hitler pun dengan cepat menjadi pemimpin dari kelompok itu karena kemampuannya yang luar biasa dalam hal orasi penghasut dan propagandis serta karena keabdiannya kepada kelompok tersebut. Hitler mengubah nama kelompok itu pada tahun 1920 menjadi National Socialist German Workers’ Party atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Nazi. Sebagai pemimpin, Hitler menuntut untuk mendesak otoritas mutlak dan kesetiaan total karena menurutnya, pemimpin yang kuat akan memperbaiki bangsanya. Seperti Mussolini dalam halnya sikap dan teknik militer ke dalam politiknya, Hitler melakukan hal yang sama dan menggunakan seragam, simbol, hormat, lambang, dan lain-lain sebagai suatu rasa solidaritas dan persahabatan. 

Peristiwa Beer Hall Putsch dan Dipenjarakannya Hitler

Ia terinspirasi March on Rome yang dilakukan Mussolini di Italia. Ia menganggap kudeta adalah cara yang paling benar untuk mengontrol pemerintahan Jerman. Sebagai awalan, pada November 1923, Hitler mencoba untuk merebut kekuasaan negara Bavaria di Munich. Peristiwa ini dikenal sebagai Beer Hall Putsch atau Munich Putsch. Kurang lebih dua ribu Nazi berbaris di tengah kota. Mereka akhirnya bertemu dan melawan para polisi yang menghasilkan kematian 16 orang dari Nazi. 

Situasi di Odeonsplatz, Munchen (Sumber: Deutsches Bundesarchiv)

Hitler kabur namun akhirnya ia ditangkap lalu dibawa ke pengadilan, tetapi disana wibawanya meningkat. Ia menggunakan kesempatan itu untuk mencela republik dan perjanjian Versailles dan memproklamirkan filsafatnya yang nasionalisme rasial.  Pidato-pidatonya dipublikan oleh pers dan membuat Hitler mendapat reputasi nasional luas dan menjadikan hukumannya menjadi hukuman ringan yaitu dengan 5 tahun penjara, dengan syarat pembebasan yang cepat. Disana ia membuat sebuah karya yang memuat esensi pandangannya tentang dunianya yang dikenal dengan nama Mein Kampf. Kudetanya yang tidak sukses mengajarkannya bahwa kekuasaan akan didapatkannya bukan melalui kekuatan melainkan dengan pemanfaatan demokrasi dan politik partai. 

Cover dari Mein Kamp (Sumber: digitalcollections.nypl.org)

Pembangunan Kembali, Penguasaan Jerman, dan Nazi Jerman

Setelah meninggalkan penjaranya dalam kurun waktu 9 bulan, ia terus membangun partainya dan menunggu adanya sebuah krisis yang menyerang republik dan membuat gerakannya menjadi suatu kekuatan dalam politik nasional. Pada akhir tahun 1929, krisis yang bernama Depresi Besar melanda yang bermulai di Amerika Serikat. Rakyat Jerman lebih menerima radikalisasi Hitler ketika ekonomi Jerman terpuruk. Suara untuk partai Nazi melonjak yang tadinya dari 810.000 suara pada tahun 1928, sekarang menjadi 6.400.000 suara di tahun 1930. Kaum Nazi menjanjikan akan kepemimpinan yang efektif dan ditemukannya solusi untuk krisis ekonomi kepada masyarakat kelas menengah bawah. Daya Tarik dari seorang Hitler sangatlah efektif dan orang-orang Jerman terbujuk akan kesungguhannya yang fanatis, kemauan kerasnya, dan keyakinan bahwa takdir memilihnya untuk menyelamatkan Jerman.  

Baca Juga :   Arsitektur dan Peninggalan Bangunan di Era Nazi Jerman

Pada pemilihan 31 Juli 1932, kaum Nazi mendapat 37,3% suara dan 230 kursi dimenangkannya. Franz von Papen yang merupakan kanselir baru mengundurkan diri dan membujuk presiden Paul von Hindenburg untuk mengangkat Hitler sebagai kanselir. Papen mendapat dukungan karena ia memandang Hitler sebagai alat yang berguna untuk melawan komunisme dan lain-lain. Hitler akhirnya ditunjuk sebagai kanselir, karena adanya tekanan dari para politisi, industrialis, dan sebagainya terhadap Hindenburg. Peristiwa ini dikenal sebagai Machtergreifung. Hitler yang memegang jabatan pada 30 Januari 1993 dengan cepat mengambil alih kekuasaan diktatorial karena ia tidak pernah ada maksud untuk memerintah dengan semangat konstitusi. 

Dibakarnya gedung parlemen (Reichstag Fire) pada Februari 1993 oleh seorang komonus berdarah Belanda, membuat Hitler untuk membujuk Hindenburg untuk menandatangani dekrit keadaan darurat (The Reichstag Fire Decree), yang menangguhkan hak-hak sipil dengan alasan negara terancam oleh subversi internal. Hitler lalu menggunakan kekuasaan darurat ini untuk menahan wakil-wakil komunis dan demokratik sosial. Dalam pemilu Maret 1933, rakyat Jerman memilih 288 wakil Nazi dalam parlemen yang memiliki 647 kursi. Karena wakil-wakil komunis yang sedang ditahan dan adanya 52 suara dari wakil partai nasionalis, kaum Nazi mendapatkan mayoritas. Hitler kemudian membuat agar parlemen mengesahkan perundang-undangan tanpa persetujuan parlemen.  Partai-partai politik akhirnya membolehkan Hitler untuk merombak pemerintahan dan membuatnya sebagai diktator dengan kekuasaan yang terbatas. 

Gedung Parlemen yang Terbaka (Sumber: Wikimedia Commons)

Hitler menggunakan perangkat demokrasi sebagai alat untuk menghancurkan demokrasi dan membuat negara totaliter. Keinginan lebih dari sekedar kekuasaan diingkan oleh para pemimpin totaliter. Kaum Nazi melakukan pergerakan untuk menundukan semua lembaga politik dan ekonomi dan semua kebudayaan kepada kehendak partai. Mereka menuntut kesetiaan tanpa syarat dan dukungan yang berkobar dari massa. 

Hitler yang menjadi pemimpin dari Reich Ketiga, mewujudkan dan mengungkapkan kehendak nyata rakyat Jerman. Mengomando kesetiaan tertinggi, dan memegang kekuasaan yang mahakuasa. Otoritas yang dimilki Hitler tidak dibatasi oleh apapun dan meliputi segalanya. Pada Mei 1993, harta serikat-serikat buruh telah dikuasai oleh Nazi, selain itu mereka juga memenjarakan para pemimpinnya dan mengakhiri perundingan kolektif dan pemogokan. Hitler menginginkan kesetiaan, kepatuhan, dan mesin perang, oleh karena itu ia tidak memerangi kaum industrialis. Para pekerja memuji rezimnya karena berhasil mengatasi pengangguran.

Hitler, Sang Führe (Sumber: turntable.kagiso.io)

Media-media seperti film, buku, radio, pers, dan sebagainya dikendalikan oleh Dr. Josph Goebbels sebagai Kementerian Pencerahan Rakyat. Propaganda-propaganda yang dibuat oleh para Nazi memiliki tujuan untuk menjatuhkan mereka yang mempunyai pemikiran bebas dan membuat mereka memuja sang Führer. Rezim mereka lebih tertuju kepada perekrutan anak muda. Mereka yang berusia antara 10-18 tahun wajib bergabung dengan pemuda Hitler. Sekolah-sekolah menjadi tempat doktrin ideologi Nazi. 

Nazi menganggap bahwa agama Kristen adalah saingan bagi jiwa Jerman, bergerak untuk menindas kaum Protestan dan Katolik. Pelajaran agama pun dikurangi dan silabus diubah untuk menghilangkan asal-usul Yahudi dari agama Kristen di sekolah-sekolah publik. Kristus digambarkan sebagai pahlawan Arya. Gestapo (polisi rahasia negara) melakukan hal-hal seperti menyensor koran-koran gereja, melarang sejumlah pendeta berkhotbah, memenjarakan sejumlah kritikus pendeta, dan lain-lain. Sejumlah orang yang melawan Nazisme jika tidak dikirim ke kamp konsentrasi maka mereka akan dihukum mati. Para pendeta yang tidak merepresentasikan gereja-gereja Jerman, menyerah dan memutuskan untuk bekerja sama dengan Nazi. 

Baca Juga :   Jena 1806: Sebuah Pelajaran Penting bagi Prusia

Kaum Nazi membuat hidup para orang-orang Yahudi disana seperti neraka. Mereka merancang orang Yahudi agar seperti orang buangan, dan melembagakan langkah anti-Yahudi. Banyak dari dokter, professor, seniman dilarang untuk mempraktekan profesi mereka, dan pegawai yang beraliran Yahudi dipecat. Perkawinan ataupun perjumpaan antara orang Jerman dan Yahudi dilarang. Universitas, sekolah, rumah sakit, restoran, dan fasilitas lainnya ditutup bagi orang Yahudi. 

Pada November 1938, Nazi memanfaatkan situasi dimana seorang politikus Jerman dibunuh oleh seorang pemuda Yahudi. Mereka merencanakan suatu pembunuhan yang massal. Kaum Nazi membunuh orang-orang Yahudi, membakar dan merampas ribuan rumah, toko, dan sinagog Yahudi. Langkah-langkah ini hanyalah awalan karena tujuan utama mereka adalah pembasmian umat Yahudi eropa yang menjadi tujuan mereka di Perang Dunia II.  Rezim Nazi ditampakan sebagai negara yang menyiksa orang Yahudi, pemenjaraan massal, dan kamp konsentrasi. 

Referensi

Perry, Marvin. 2014. Peradaban Barat (Dari Revolusi Perancis Hingga Zaman Global). Bantul: Kreasi Wacana

Bendersky, Joseph W. 2007. A Concise History of Nazi Germany. Lanham, MD: Rowman & Littlefield Publishers, Inc.

Evans, Richard J. 2005. The Third Reich in Power 1933-1939. New York: The Penguin Press. 

Share:

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn

Related Posts